KESIMPULAN METODE Laporan Teknis 2013 P2ET LIPI

161 21. KENDALA DAN PERMASALAHAN Rancang bangun dari Filter harus dikerjakan diluar PPET‐LIPI sehingga memerlukan waktu yang agak lama.

22. KESIMPULAN

Telah dibuat sebuah prototype dari Filter Combline di frekuensi 9,4 GHz. Filter combline yang dirancang terdiri dari 11 batang silinder yang disusun sejajar, diantara satu batang silinder dengan yang lainnya terdapat stub berbentuk persegi yang berfungsi untuk mempersempit bandwith filter. Bandwidth hasil pengukuran lebih lebar dibandingkan dengan spesifikasi yang diinginkan, hal ini disebabkan karena karakter dari combline filter yang mempunyai bandwith lebar.

23. DAFTAR PUSTAKA

b Matthaei, G.L., Young, L., and Jones, E.M.T, Microwave Filter, Impedance Matching Network, and Coupling Structure, Artech House, Inc, 1980 c Hunter, I., Theory and Design of Microwave Filters, IEE, London, UK, 2001. d Cristal, E.G, coupled Circular Cylindrical rods between parallel ground plane, IEEE Trancactions on Microwave Theory and Techniques, 1964 e Mattaei, G.l, Comb‐line band‐pass‐filter of narrow or moderate bandwidth, Microwave J, 1963 162 Rancang Bangun Transduser Array untuk Meningkatkan Daya Pancar Sistem Sonar Deni Permana Kurniadi, ST 163 LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Kegiatan Penelitian : Rancang Bangun Transduser Array untuk Meningkatkan Daya Pancar Sistem Sonar 2. Kegiatan Prioritas : Program Penelitian, Penguasaan dan Pemanfaatan Iptek. 3. Peneliti Utama Nama : Deni Permana Kurniadi, ST Jenis Kelamin : Pria 4. Sifat Penelitian : Baru Tahun ke I 5. Lama Penelitian : 2 dua Tahun 6. Biaya Total 2013 : Rp. 152.180.000 Bandung, Desember 2013 Ketua PME PPET LIPI, Peneliti Utama, Dr. Purwoko Adhi, DEA NIP. 19670911 198701 1 001 Deni Permana Kurniadi, ST NIP. 19691111 199703 1 004 164 ABSTRAK Sound Navigation and Ranging SONAR, adalah suatu teknik navigasi yang sama seperti sistem RADAR, hanya saja menggunakan gelombang serta medium yang berbeda. Pada sistem SONAR gelombang yang dipergunakan adalah gelombang akustik yang memanfaatkan air sebagai medium propagasi. Penguasaan teknologi bawah air bersifat strategis, sama seperti sistem Radar karena banyak sekali aplikasi teknologi yang bisa dihasilkan baik itu untuk peralatan komersial ataupun peralatan militer. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mendukung kompetensi PPET – LIPI dalam rancang bangun produk penelitian menjadi produk‐produk komersial yang akan mendorong tumbuhnya industri lokal yang handal, karena didukung oleh hasil‐ hasil penelitian yang terukur dan teruji. Dukungan untuk penelitian ini menjadi penting, karena Indonesia sangat memerlukan produk‐produk yang dapat mendukung pertahanan dan keamanan baik di atas maupun di bawah air. Mengingat pengembangan teknologi bawah air relatif baru, maka pengembangan ke arah itu mempunyai nilai strategis tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia, setidaknya di kawasan asia tenggara. Terlebih lagi jika kita memperhatikan teknologi alusita yang dimiliki Angkatan Bersenjata khususnya yang menerapkan teknologi bawah air, hampir sebagian besar menggunakan teknologi luar negeri sehingga nilai ketergantungannya sangat tinggi. Hal ini terjadi karena industri dalam negeri yang mengembangkan teknologi bawah air terutama untuk peralatan militer masih sangat jarang. Disisi lain, untuk pemeliharaan, perbaikan, dan pengadaan sistem, baik untuk militer dan non‐militer masih sangat tergantung dari luar negeri. Pada akhir penelitian ini diharapkan akan melahirkan beberapa inovasi, kemandirian teknologi serta daya saing yang tinggi dalam perkembangan teknologi bawah air, mengingat sangat sedikit sekali lembaga riset, institusi serta industri yang bergerak di bidang ini. Sementara, peneliti‐peneliti di PPET‐LIPI sejak tahun 2004 telah melakukan beberapa kegiatan penelitian mengenai penguasaan teknologi elekronika bawah air, yang merupakan dasar dalam pembuatan sistem sonar. Kata kunci: sonar, gelombang akustik, projektor, hydrophone, heterodyn.

24. PENDAHULUAN

24.1 Latar Belakang Masalah

Dalam setiap penyusunan strategi pertahanan negara dari tantangan, ancaman dan gangguan, sering terlupakan pentingnya pertahanan bawah air. Padahal Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas lautan 3 kali dari luas daratan, membuat Indonesia menjadi negara bahari yang potensial. Oleh karena itu, sudah selayaknya penguasaan teknologi bawah air menjadi prioritas selain penguasaan ‐penguasaan teknologi lainnya. Pada kenyatannya sekarang, Lembaga dan kegiatan Penelitian di bidang teknologi bawah air di Indonesia masih sangat sedikit, terlebih lagi untuk bidang pertahanan, dirasa kurang mendapat prioritas, yang mengakibatkan perkembangan teknologi tersebut dalam kondisi stagnan dan jauh tertinggal dengan negara‐negara tetangga terutama Singapura dan Malaysia. 165 Untuk Lembaga Penelitian seperti PPET‐LIPI, keadaan ini merupakan kesempatan emas untuk membuat aplikasi‐aplikasi hasil riset dan masuk ke industri pertahanan yang oleh Menristek diserukan agar para peneliti melirik industri Hankam mengingat anggaran militer yang besar di negeri kita, sehingga dapat memperkuat sistem pertahanan nasional, daya saing dan kemandirian. Beberapa contoh aplikasi teknologi bawah air yang sekarang dipergunakan adalah sistem sonar, sistem navigasi kapal laut dan kapal selam, pelacak black box pesawat, pengendali Torpedo, sistem komunikasi kapal selam, diver tracking, dan lain‐lain. Padahal pemeliharaan, perbaikan, dan pengadaan sistem ini baik untuk militer dan non‐militer masih tergantung dari luar negeri. Gambar 1. Prinsip Kerja Sistem Sonar Prinsip kerja dari sistem sonar adalah dihasilkannya suatu bentuk sinyal atau impuls di bagian pemancar, kemudian akan dirubah bentuk besarannya oleh sebuah projektor menjadi bentuk gelombang akustik, bentuk gelombang akustik tersebut akan dipancarkan ke dalam air. Ketika gelombang akustik tersebut mengenai suatu objek, maka gelombang akustik tersebut akan dipantulkan kembali dan kemudian akan ditangkap oleh hydrophone, diperkuat pada sistem penerima, yang selanjutnya akan dilakukan proses pengolahan sinyal, sehingga dapat ditampilkan pada tampilan peraga secara visual. Karena kejadian pengiriman gelombang akustik serta penerimaan sinyal pantul terjadi berulang‐ulang dalam setiap detik, maka pada layar peraga akan ditampilkan suatu bentuk sinyal continuous yang akan memperlihatkan keadaan di bawah permukaan air.

24.2 Perumusan Masalah

Rancang bangun transduser array untuk meningkatkan daya pancar sistem sonar ini terdiri dari elemen‐elemen projektor ultasound transducer element yang disusun secara paralel seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini : 166 Gambar 2. Prinsip Kerja Transduser Array bagian Pemancar • Transmit Beamformer, merupakan sub‐bagian dari sistem transduser array yang mana sinyal atau impuls dari keluaran sistem sonar akan diproses dahulu dengan menggunakan metoda splitter secara langsung, dimana besarnya daya dibagi sama besar tergantung dari jumlah elemen projektor yang dipergunakan dengan fasa yang sama. • Ultrasound High Voltage Transmitter, merupakan sub‐bagian dari sistem transduser array yang berfungsi untuk menaikkan daya atau level tegangan sebelum masuk kepada elemen projektor. • Transmit Focus Delay, merupakan sub‐bagian dari sistem transduser array yang mana sinyal atau impuls yang sudah dikuatkan, akan digeser fasanya dengan metoda delay. Besarnya pergeseran fasa, tergantung dari jumlah elemen projektor yang dipergunakan. • Ultrasound Transducer Elements, merupakan sub‐bagian dari sistem transduser array yang berfungsi untuk mengubah sinyal listrik menjadi getaran akustik.

25. TUJUAN DAN SASARAN

25.1 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah penguasaan teknologi tranduser array sebagai projector pada sistem pemancar sonar, untuk menunjang kebutuhan kemandirian pertahanan dan keamanan.

25.2 Sasaran

Sasaran dari penelitian ini adalah rancang bangun tranduser array untuk meningkatkan daya pancar sistem sonar sebagai alat pendeteksi kapal selam bekerjasama dengan Labinbair Dislitbang TNI Angkatan Laut. 167

26. METODE

• Studi literatur, yaitu menganalisis trend teknologi pada 5 tahun terakhir untuk teknologi ultrasonicsonar dari jurnal‐jurnal internasional, selanjutnya mengambil beberapa ide yang layak untuk diplikasikan pada sistem komunikasi bawah air. Sumber untuk melakukan studi literatur ini selain di PDII ‐LIPI, kepustakaan alat‐alat pada Mabes TNI, juga di Labinbair TNI‐AL. • Studi lapangan, yaitu melakukan pengukuran lapangan dengan lebih spesifik pengukuran dasar secara umum pernah dilakukan dengan memperhatikan faktor ‐faktor kondisi medan yang memungkinkan adanya refleksi gelombang atau pun dead zone. Selanjutnya dari pengukuran lapangan ini akan diketahui sejauh mana kondisi tersebut berpengaruh pada sistem yang akan dibuat. Studi lapangan akan dilakukan pada daerah gelombang tenang seperti danau atau teluk dan daerah laut terbuka. • Analisa dan Simulasi, yakni melakukan perancangan modul‐modul yang akan dirakit, kemudian melakukan simulasi. • Perakitan, yakni merakit modul‐modul yang berdasarkan hasil analisa dan simulasi sudah mempunyai unjuk kerja optimum. • Pengujian Laboratorium, yakni mengadakan pengujian laboratorium terhadap rangkaian yang telah dirakit. Pengujian skala laboratorium ini sangat dimungkinkan karena sudah bisa membuat model redaman air, sebagai hasil dari pengalaman dalam kegiatan‐kegiatan sebelumnya. • Pengujian Lapangan, yaitu melakukan uji coba di lapangan atas modul tansduser array yang sudah dibuat, sehingga bisa dilakukan penyempurnaan pada bagian‐bagian yang belum optimal.

27. RENCANA CAPAIAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN