5.9 Analisis Statistik
5.9.1 Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi
Gambar 5. 11 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
Komplikasi di RSU Kabanjahe Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada kelompok umur
≤ 40 tahun adalah 4,3 sedangkan pada kelompok umur 40 tahun adalah 95,7 dari total penderita 23 orang.
Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada kelompok umur ≤
40 tahun adalah 6,9 sedangkan pada kelompok umur 40 tahun adalah 93,1 dari total 87 orang. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi lanjutan
pada kelompok umur ≤ 40 tahun adalah 10 sedangkan pada kelompok umur
40 tahun adalah 90 dari total 10 orang.
4.30 6.90
10 95.70
93.10 90
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik Komplikasi Lanjutan
P ro
p o
rs i
Kategori Komplikasi
Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi
≤ 40 tahun 40 tahun
Universitas Sumatera Utara
Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p =1,000 p 0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi umur penderita DM tipe 2
dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi. Faktor risiko kejadian komplikasi pada DM Tipe 2 yaitu umur penderita
berdasarkan analisa statistik tidak ada perbedaan antara umur ≤ 40 tahun dan 40
tahun. Berdasarkan teori, umur sangat mempengaruhi kejadian DM tipe 2. Manusia umumnya mengalami penurunan fisiologis yang menurun sangat cepat
setelah umur 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko untuk penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi hormon insulin. Diabetes sering muncul
setelah seseorang memasuki umur 45 tahun Riyadi dan Sukarmin, 2008.
5.9.2 Kategori KomplikasiBerdasarkan Pengobatan
Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi
Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RSU Kabanjahe Tahun 2015
14.80 28.10
18.50 75.40
68.80 70.40
9.80 3.10
11.10 10
20 30
40 50
60 70
80
OHO Suntikan Insulin
Kombinasi
P ro
p o
rs i
Jenis pengobatan
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik
Komplikasi Lanjutan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 5.14 dapat dilihat proporsi penderita DM tipe 2
dengan komplikasi yang diberi pengobatan Obat Hipoglikemik Oral OHO 14,8 dengan komplikasi akut, 75,4 dengan komplikasi kronik, sedangkan 9,8
dengan komplikasi lanjutan dari total 61 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang menerima pengobatan OHO. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi yang diberi pengobatan dengan suntikan insulin terdapat 28,1 dengan komplikasi akut, 68,8 dengan komplikasi kronik, sedangkan
3,1dengan komplikasi lanjutan dari total 32 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang menerima pengobatan suntikan insulin. Proporsi penderita DM
tipe 2 dengan komplikasi yang diberi pengobatan kombinasi terdapat 18,5 dengan komplikasi akut, 70,4 dengan komplikasi kronik, sedangkan 11,1
dengan komplikasi lanjutan dari total 27 penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang menerima pengobatan kombinasi OHO dan insulin.
Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,419 p0,05 berarti secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara pengobatan dengan
kategori komplikasi pada penderita DM tipe 2. Tujuan dari pengobatan OHO adalah untuk menurunkan kadar glukosa
darah hingga mendekati normal kadar glukosa 90-130 mgdL dan kadar A1C levels 7 .Penanganan DM tipe 2 ditujukan untuk menurunkan resistensi
insulin dan meningkatkan fungsi sel beta. Pada kebanyakan pasien disfungsi sel beta semakin memburuk, sehingga membutuhkan pemberian insulin . Karena
pasien dengan DM tipe 2 memiliki baik resistensi insulin dan disfungsi sel beta, maka pengobatan oral untuk meningkatkan senitivitas insulin misal, metformin
Universitas Sumatera Utara
atau thiazolidinedione [TZD] sering diberikan bersamaan dengan intermediate- acting insulin misal, neutral protamine Hagedorn [NPH] pada malam hari atau
insulin long-acting eg, glargine [Lantus] insulin atau insulin detemir [Levemir] diberikan satu kali perhari; glargine dapat diberikan pada pagi atau malam hari,
detemir sebaiknya diberikan ada malam hari Lukman, 2002. Tujuan dari kombinasi OHO ditambah dengan insulin sekali perhari
adalah untuk menurunkan kadar glukosa darah puasa hingga mencapai 100 mgdL dengan penyesuaian insulin. Apabila target ini dicapai, obat oral dapat efektif
dalam menjaga kadar glukosa darah preprandial sebelum makan malam dan postprandial sesudah makan malam sepanjang hari. Jika kombinasi OHO dan
insulin gagal menurunkan kadar glukosa sampai angka normal, pola pemberian insulin pasien sebaiknya dirubah menjadi suntikan insulin rapid acting multipel
harian sebelum makan. Selama pengobatan DM tipe 2,pengobatan yang ketat dan olahraga sebaiknya ditekankan karena modifikasi gaya hidup mempunyai efek
yang besar terhadap kontrol diabetes yang akan dicapai Perkeni, 2011. Penatalaksanaan medis pada penderita DM tipe 2 komplikasi bermacam-
macam, disesuaikan dengan jenis komplikasinya, lama menderita penyakit DM tipe 2 dengan komplikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Pada pasien DM tipe 2 komplikasi kronik adalah komplikasi menahun yang menetap dan harus dijaga agar tidak kambuh dan memperberat komplikasi.
Pengobatan yang diberi dapat berupa OHO, suntikan insulin, dan kombinasi, tergantung keadaan pasien saat rawat inap maupun rawat jalan. Pengobatan juga
memperhatikan riwayat penyakit pasien dan alergi terhadap obat. Komplikasi akut
Universitas Sumatera Utara
diberikan penatalaksanaan medis pada umumnya dengan suntikan insulin, agar kadar glukosa darah dapat meningkat, sebab komplikasi akut yang diberi suntikan
insulin langsung adalah komplikasi hipoglikemia, sedangkan hiperglikemia adalah OHO agar glukosa darah dapat menurun. Komplikasi lanjutan adalah komplikasi
kronis yang sudah menetap dan di ikuti dengan komplikasi akut. Pengobatan pasien dengan komplikasi lanjutan juga memperhatikan kebutuhan pasien, tetapi
pengobatan pada umunya adalah pengobatan kombinasi OHO dan insulin, dimana kombinasi ini menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal Lukman, 2002.
5.9.3 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Kategori Komplikasi