2.1.8 Elemen Desain Kemasan
Menurut Nillson Armstrom Cahyorini Rusfian, 2011, variabel desain kemasan terdiri dari 3 dimensi yaitu: desain grafis, struktur desain, dan
informasi produk.
1.Desain Grafis
Desain Grafis adalah dekorasi visual pada permukaan kemasan. Menurut Nillson Amstrom Cahyorini dan Rusfian, 2011 desain grafis terdiri dari empat
sub dimensi, yaitu: nama merek, warna, tipografi, dan gambar.
Menurut Klimchuk Krasovec 2007: 135 elemen grafis dalam desain kemasan dapat berupa.
a. Kolom berwarna untuk ragam, rasa, bau, warna, komposisi, atau
aroma suatu produk. b.
Violator untuk mengkomunikasikan produk baru, keunggulan produk, keunggulan kemasan, atau harga
c. Tanda panah dan bentuk-bentuk untuk mengarahkan mata,
mencurahkan energi atau berisi teks d.
Bujur sangkar, lingkaran, segitiga atau persegi panjang untuk memisahkan badan teks atau menyertakan identitas merek
e. Tekstur sebagai latar untuk estetika atau untuk mendukung foto,
ilustrasi atau simbol.
2. Struktur Desain
Menurut Klimchuk Krasovec 2007: 137 struktur dan material digunakan sebagai tempat penyimpan, perlindungan dan transportasi prosuk dan
menyediakan permukaan fisik bagi desain kemasan. Dalam lingkungan ritel
Universitas Sumatera Utara
struktur kemasan mendukung umur penyimpanan produk dan menyediakan kualitas nyata dan fitur protektif yang kesemuanya mempengaruhi ketertarikan
awal konsumen terhadap produk. Pemilihan struktur pada akhirnya ditentukan oleh keputusan pengguna akhir, di mana struktur melakukan tugas ergonomisnya
termasuk membuka dan menutup dengan baik, mengeluarkan dan dalam beberapa kasus penyimpanan produk. Struktur Desain terdiri dari 3 subdimensi: bentuk,
ukuran, dan material.
3.Informasi Produk
Menurut Klimchuk Krasovec 2007: 100 penjelasan produk biasanya biasanya mendefiniskan isi kemasan yang spesifik dan meliputi rasa, fitur, atau
manfaat produk. Penjelasan produk bisa menggarisbawahi perluasan produk baru dan penting untuk strategi pemasaran. Tenaga pemasaran menggunakan
penjelasan produk untuk mendefinisikan perbedaan diantara serangkaian lini produk dan menciptakan perbedaan yang terlihat antara produk mereka dan
produk pesaing. Penjelasan produk yang unik bisa jadi merek dagang.
2.2 Impulsive Buying Pembelian Tak Terencana
Menurut Utami 2012: 50 perilaku pembelian yang tidak direncanakan unplanned buying merupakan perilaku pembelian yang dilakukan di dalam toko,
di mana pembelian berbeda dari apa yang telah direncanakan oleh konsumen pada saat mereka masuk ke dalam toko. Pembelian tidak terencana adalah suatu
tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya, atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1Penyebab terjadinya Pembelian Impulsif
Menurut Utami 2012: 69 terdapat dua penyebab terjadinya pembelian impulsif diantaranya pengaruh stimulus di tempat belanja dan pengaruh situasi.
Pembelian impulsif disebakan oleh stimulus di tempat belanja untuk mengingatkan konsumen akan apa yang harus dibeli atau karena pengaruh
display, promosi, dan usaha-usaha pemilik tempat belanja untuk menciptakan kebutuhan baru. Pada kasus yang pertama, kebutuhan konsumen tidak nampak
sampai konsumen berada di tempat belanja dan dapat melihat alternatif-alternatif yang akan diambil dalam pengambilan keputusan pembelian terakhir. Hal ini
berkaitan dengan pembelian yang dikarenakan impuls pengingat. Pada kasus kedua, konsumen tidak menyadari akan kebutuhannya sama sekali, semuanya
diciptakan oleh stimulus yang dikondisikan akan diinginkan oleh konsumen. Hal ini berkaitan dengan impuls saran.
2.2.2Tipe Pembelian Impulsif
Menurut Stern Utami, 2012: 68 menyatakan bahwa ada empat tipe pembelian impulsif, yaitu:
1. Impuls murni pure impuls
Pengertian ini mengacu pada tindakan pembelian sesuatu karena alasan menarik, biasanya ketika suatu pembelian terjadi karena loyalitas terhadap
merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan. Contohnya, membeli sekaleng asparagus bukannya membeli sekaleng macaroni seperti
biasanya.
Universitas Sumatera Utara
2. Impuls pengingat reminder impulse Ketika konsumen membeli berdasarkan jenis impuls ini, hal ini
dikarenakan unit tersebut biasanya memang dibeli juga, tetapi tidak terjadi untuk diantisipasi atau tercatat dalam daftar belanja. Contohnya, ketika
sedang menunggu antrrean untuk membeli sampo di konter toko obat, konsumen melihat merek aspirin pada rak dan ingat bahwa persediannya di
rumah akan habis, sehingga ingatan atas penglihatan pada produk tersebut memicu pembelian yang tidak terencana.
3. Impuls saran suggestion impulse Suatu produk yang ditemui konsumen untuk pertama kali akan
menstimulasi keinginan untuk mencobanya. Contohnya, seorang ibu rumah tangga yang secara tidak sengaja melihat produk penghilang bau
tidak sedap di suatu counter display, hal ini secara langsung akan merelasikan produk tersebut didasarkan atas pertimbangan tentang adanya
bau disebabkan karena aktivitas memasak di dalam rumah dan kemudian membelinya.
4. Impuls terencana planned impulse Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukkan respons konsumen
terhadap beberapa insentif spesial untuk membeli unit yang tidak diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman penjualan
kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan lainnya.
2.2.3 Perspektif dalam Pembelian Impulsif
Menurut Utami 2012: 68 terdapat tiga persepektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif:
Universitas Sumatera Utara
1. Karakteristik produk yang dibeli 2. Karakteristik konsumen
3. Karakteristik display tempat belanja. Pembelian impulsif jarang terjadi untuk produk yang sering dikonsumsi,
seperti roti, susu, telur, daripada produk yang jarang dikonsumsi seperti vitamin, permen, maupun makanan penutup. Produk-produk baru sering kali dibeli secara
impulsif. Untuk perspektif kedua yaitu karakteristik konsumen, seperti faktor demografi konsumen, kepribadian, konsumen, dan kesenangan berkunjung ke
tempat belanja, semuanya memengaruhi terjadinya pembelian impulsif. Untuk perspektif ketiga, karakteristik display tempat belanja seperti display di dekat
konter pembayaran dan display pada ujung koridor terbukti menstimulasi terjadinya pembelian impulsif.
Menurut Rook Cahyorini Rusfian, 2011: 12 Variabel-variabel impulsive buying yang diukur dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Dorongan spontan untuk membeli 2. Sinkronitas
3. Ketertarikan 4. Elemen Hedonis
5. Konflik 6. Mengabaikan Konsekuensi
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Suliyanto 2006: 48 Kerangka Pemikiran merupakan sebuah alur yang menggambarkan proses riset secara keseluruhan. Dengan kata lain, kerangka
pemikiran merupakan miniatur keseluruhan proses riset.Persaingan yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
antar perusahaan minuman memacu para pelaku industri desain kemasan semakin meningkatkan kemampuan dalam merancang desain yang lebih inovatif dan
disukai masyarakat. Dalam hal ini desain kemasan dapat memicu terjadinya pembelian yang tidak terecana impulsive buying dengan memperhatikan faktor-
faktor yang ada. Secara sederhana kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber: Diolah Peneliti, 2017
1. Variabel bebas X Variabel bebas atau juga variabel independen adalah variabel yang
memengaruhi atau menjadi penyebab besar kecilnya variabel yang lain. Variabel ini sering disebut variabel predikator Suliyanto, 2006:77, yang
termasuk dalam variabel bebas dalam penelitian ini adalah Desain Kemasan packaging terdiri dari beberapa dimensi seperti Desain Grafis, Struktur
Desain, dan Informasi Produk. 2. Variabel terikat Y
Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang variasinya dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas Suliyanto, 2006:78,
yang termasuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah impulsive buying. Desain Kemasan
X Impulsive Buying
Y
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pengembangan Hipotesis
Menurut Kinney Jr. Jogiyanto, 2004: 41, Hipotesis hypotesys adalah prediksi tentang fenomena. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. H : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari desain kemasan yang
terdiri dari desain grafis, struktur desain, dan informasi produk Chatime terhadap impulsive buying di di kalangan konsumen Chatime Hermes
Place Polonia Medan. H
a
: Terdapat pengaruh positif dan siginifikan dari desain kemasan yang terdiri dari terdiri dari desain grafis, struktur desain, dan informasi produk
Chatime terhadap impulsive buying di kalangan Chatime Hermes Place Polonia Medan.
2.5 Penelitian Terdahulu
Untuk melakukan penelitian, tentu tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari
penelitian yang sedang dilakukan. Tujuan lainnya adalah sebagai perbandingan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut hasil ringkasan hasil
penelitian terdahulu yang dijadikan referensi bagi peneliti :
1. Priscilla Christy J. Ellyawati, 2015 Universitas Atma Jaya Jogjakarta