commit to user 6
juga lebih pendek hanya 72 hari sementara kedelai impor bisa mencapai 90 hari Wijaya, 2008.
B. Sistem Agroforestri
Kebutuhan pangan khususnya kedelai Glicine max L. terus bertambah mengikuti laju pertumbuhan penduduk sehingga impor komoditas
tersebut terus meningkat. Ketergantungan kebutuhan kedelai pada impor mengakibatkan kegoncangan seperti yang terjadi pada dua tahun terakhir.
Usaha peningkatan produksi komoditas tersebut dapat melalui sistem agroforestri. Kendala budidaya dalam bentuk kompetisi untuk mendapatkan
cahaya, air dan unsur hara Haairiah, 1999. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi,
yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan.
Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman
semusim. Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain
misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorongpagar. Sistem agroforestri kompleks, adalah suatu sistem pertanian menetap yang
melibatkan banyak jenis tanaman pohon berbasis pohon baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola
petani mengikuti pola tanam dan ekosistemmenyerupai hutan Hairiah, Widianto dan Sunaryo, 2002.
Sistem agroforestri merupakan peluang peningkatan produksi pertanian secara ekstensif sehubungan dengan lahan pertanian yang semakin
terbatas karena telah beralih fungsi. Hutan Jati kemudian Pinus adalah hutan yang dominan di Jawa Tengah masing-masing menempati 48,9 dan 29,34,
dan 70 diantaranya terletak di ketinggian tempat dibawah 500 m diatas permukaan laut dpl. Kawasan hutan sebagai tempat penerapan sistem
agroforestri sebagian besar merupakan lahan tadah hujan sehingga potensial sebagai lahan pertanaman palawija khususnya Jagung dan Kedelai.
commit to user 7
Pengembangan kawasan hutan menjadi sistem agroforestri memerlukan informasi kuantitatif potensi kawasan itu terutama potensi pendukung fungsi
agronomi Purnomo, 2005. Kebutuhan N tinggi karena kandungan protein biji kedelai relatif tinggi
34,1 g 100 g biji kedelai. Selain itu N pada tanah pada sistem agroforestri dapat mengalami immobilisasi sehubungan dengan laju proses dekomposisi
bahan organik. Hasil biji pada proses pengisian biji seed filling period dan akumulasi N pada tanaman kedelai berhubungan erat. Unsur fosfor selain
diperlukan selagi pembentukan energi ATP dan asam nukleat, juga sebagai pembentukan bintil akar pada tanaman legume Purnomo dan Sitompul,
2005.
C. Tegakan