Dalam hal? S: Dalam hal mendefinisikan cantik. Tapi ketika pemahaman mata kuliah atau pendidikan itu justru ngasih tahu bahwa itu cuma buatan? Ya yang dari pendidikan. N: Berati yang malah bahwa cantik itu nggak harus kayak itu?
3
N: Kenapa kok ngga begitu suka banget? S: Kalau “7 Hari Untuk Cinta” tu lebih bikin penasaran karena dibuat per episode kaya gitu
dan episode sebelumnya tu ngga bisa diulang jadi harus dikebut terus. Kalo ga salah dulu aku sampai nungguin tv di depan tv cuma buat nyari tahu perkembangan ceritanya kaya
gimana. N: Berarti kalo ga ada yang versi “7 Hari Untuk Cinta” mungkin akan suka banget sama
versi pelukis ini? S: Iya akan seperti itu tapi aku suka sama ceritanya.
N: Menurut Sinta iklan versi “Pelukis” ini menarik ngga sih? S: Menarik dalam segi idenya itu sebenarnya sederhana tapi nyampai.
N: Apakah pendidikan atau bidang pekerjaan yang sedang Sinta geluti saat ini membentu dalam Sinta memahami iklan
Pond’s versi “Pelukis” ini?? S: Iya he’em.
N: Dalam hal? S: Dalam hal mendefinisikan cantik.
N: Dalam hal mendefinisikan cantik? Yang seperti apa itu? S: Selama ini sih berfikiran kalau cantik tuh harus sesuai dengan apa yang berlaku di
masyarakat. Kalau di Jawa tuh berati sukanya ya cewek yang kurus, cewek yang langsing, yang tinggi, kulit bersih putih, hidung mancung, rambut lurus. Tapi setelah ada pendidikan
di kuliah ini lebih memahami bahwa cantik itu ya apa yang memang ada dalam diri perempuan seutuhnya.
N: Berarti bisa dibilang pemahaman tentang iklan itu, gini gampangannya orang kalau mau tahu adatnya orang Jawa atau orang Indonesia dapat dilihat dari iklannya gitu?
S: He’e ketahuan banget itu ya tipe-tipe Asia kalau aku boleh bilang, tipe-tipe pemahaman cantik versi Asia.
N: Tapi ketika pemahaman mata kuliah atau pendidikan itu justru ngasih tahu bahwa itu cuma buatan?
S: He’e konstruksi media yang paling bisa diterjemahkan kalau lihat iklan seperti itu. N: Tapi yang Sinta amini yang mana?
S: Ya yang dari pendidikan. N: Berati yang malah bahwa cantik itu nggak harus kayak itu?
S: Iya cantik itu nggak harus seperti itu. N: Kalau pengetahuan yang lain ada ngga yang membantu memahami itu selain mungkin
dari pendidikan?
4
S: Ya dari media, dari buku tu jelas, lalu dari ngobrol-ngobrol dengan orang lain itu paling membantu, lingkungan, teman.
N: Tapi memahaminya seperti apa? Kalau tadi yang pendidikan lebih membantu bahwa itu konstruksi tapi kalo dari pengetahuan yang lain?
S: Lebih ke empiris, lebih ke pengetahuan, apa yang dilihat secara langsung. Kalau pendidikan kan berati lewat buku-buku trus dalil-dalil atau teori-teori pemikiran orang-
orang teoritikus itu tapi kalo teman-teman itu bener-bener melihat gimana sih orang-orang tu memahami kecantikan. Misalnya kalo sama temen, kalo sama laki-laki sering tanya eh
kamu suka yang kayak gimana to tipe nya, wah ya yang cantik gini gini. Itu pertama malah menjustifikasi atau semakin membenarkan kalau cantik itu harus putih tetapi ketika
bergaul dengan orang luar yang kemudian belajar di Atma Jaya, mereka heran mengapa kok orang Indonesia itu seneng kalo kulitnya putih itu lalu jadi kayak pembanding dan
penyeimbang dan itu jadi refleksi yang cukup dalem ketika aku terus memahami o ternyata cantik itu relatif.