26
mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anak putus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian anak untuk menjadi
pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang.
d. Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara
sebagai kelompok yang memerlukan perawatan pendekatan kesejahteraan dam pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau
pembuat masalah security approach pendekatan keamanan. e.
Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anakmenghadapi kesulitan.
f. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak lapangan,
taman, dan lahan-lahan kosong. Dampaknya sangat terasa pada daerah- daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai
ajang bermain dan bekerja.
2.2.7 Penanggulangan Anak Jalanan dalam Perspektif Pekerjaan Sosial
Salah satu pemecahan masalah anak jalanan yang logis untuk diterapkan ketika pemerintah dalam kesulitan secara ekonomi, sosial maupun politik, adalah
dengan pendekatan masyarakat kesejahteraan welfare society yang dikembangkan di dalam suatu jaringan “social safety net”. Pendekatan ini merupakan pilihan yang
paling tepat. Pendekatan masyarakat kesejahteraan menganggap bahwa sumber utama
pelayanan bagi anggota masyarakat adalah masyarakat itu sendiri di mana mereka hidup. Kekuatan
“self-help” adalah unsur utama dalam pendekatan ini. Program diarahkan terutama pada kelompok-kelompok keluarga yang memiliki hubungan
kekeluargaan dalam lingkup masyarakat lokal. Kemampuan “self-help” atau
Universitas Sumatera Utara
27
kegotongroyongan untuk menolong diri mereka sendiri, pada setiap unit kelompok keluarga diperkuat dengan cara meningkatkan
“coping capacities” kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi masalah dari masing-masing anggota,
memperkuat relasi social di antara keluarga, dan memperkuat sumber yang dimiliki. Memperkuat akses mereka terhadap sumber-sumber kesempatan yang dimiliki dan
memperkuat akses mereka terhadap kesempatan sumber-sumber serta sumber pelayanan yang ada di dalam masyarakat khususnya yang di masyarakat lokal.
Struktur ekonomi “self-subsistem” menjadi perhatian utama bagi model
pengembangan masyarakat dengan pendekatan ini. Program ini dilakukan dengan mengutamakan teknik PRA Participatory Rural Appraisal. Pendekatan ini
dilaksanakan di dalam model penanganan yang dikenal dengan model penanganan “community based” penanganan berbasis masyarakat atau “home based treatment”
penanganan yang dilakukan di rumahkeluarga masing-masing. Walaupun demikian, pendekatan-pendekatan klinis pun tidak bisa di
tinggalkan karena selain persoalan mikro, juga banyak persoalan-persoalan yang perlu ditangani secara khusus. Karenanya, pelayanan-pelayanan kelompok dan
perorangan juga masih perlu mendapatkan porsi yang seimbang. Pendekatan klinis seperti ini diterapkan dalam model-
model penanganan “street based” yang dilaksanakan di jalanan, pendampingan anak, dan sebagainya. Model “halfway
houses” yang kemudian banyak dikenal dengan istilah pelayanan rumah singgah, dan model penanganan “institusional basedcenter based” atau lebih dikenal dengan
pelayanan panti. Pada model penanganan yang bersifat street based, biasanya lebih banyak
diarahkan pada pelayanan advokasi dan pendampingan anak. Sedangkan model penanganan “institusional based” diarahkan pada pelayanan pemeliharaan, provisi
Universitas Sumatera Utara
28
sosial, dan pelayanan konseling maupun pelayanan kelompok dalam rangka membantu anak keluar dari kesulita-kesulitan psikososial. Sementara penanganan
model rumah singgah, lebih merupakan suatu penanganan pengalihan dari penanganan yang bersifat street based kepada penanganan institusional based atau
pelayanan transisi dari institusional based ke model penanganan yang bersifat home based.
2.3 Program Kesejahteraan Sosial Anak 2.3.1 Pengertian Program