terjadi memengaruhi nilai kekerasan enamel dimana persentasi mineral yang tinggi menyebabkan nilai kekerasan yang juga tinggi.
14
2.6 Saliva
Saliva manusia adalah cairan oral kompleks yang disekresi oleh kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor.
23,38,39
Saliva disekresi sekitar 1,5 liter per hari dan memiliki pH 7,4.
38
Saliva mengandung komponen organik glikoprotein, lipase, amilase, laktoferrin, lisozim, peroksidase dan IgA dan komponen anorganik ion
kalsium, fosfat, kalium, natrium, magnesium, klor, dan bikarbonat.
9,23,38
Keberadaan saliva merupakan faktor penting dalam proses remineralisasi alami. Beberapa sifat biologis saliva yang berperan dalam proses remineralisasi
adalah salivary clearance yang mengeliminasi asam melalui proses penelanan, saliva memiliki kapasitas buffer yang menetralkan pH rongga mulut akibat makanan asam,
aliran saliva yang dapat mencairkan asam, saliva mengandung mineral yang dibutuhkan dalam proses remineralisasi.
23
Gambar 8
Saliva yang digunakan untuk penelitian adalah saliva buatan dengan kandungan komponen yang menyerupai saliva asli. Saliva buatan umumnya
Gambar 8. Faktor biologis saliva yang membantu remineralisasi
23
Universitas Sumatera Utara
mengandung natrium klorida NaCl, kalsium klorida CaCl
2
, kalium klorida KCl,
natrium bikarbonat NaHCO
3
, dan kalium dihidrogen fosfat KH
2
PO
4
, dengan
adanya mineral tersebut dalam saliva buatan diharapkan mampu menyerupai fungsi yang dimiliki oleh saliva asli.
38,39
2.7 Landasan Teori
Enamel merupakan jaringan keras gigi yang menyelimuti seluruh permukaan mahkota gigi dan tersusun dari 96 mineral material anorganik dan 4 material
organik dan air.
15,16
Mineralisasi enamel tetap berlanjut setelah gigi erupsi ke rongga mulut. Hal ini disebut maturasi pasca erupsi posteruptive maturation dimana terjadi
deposisi mineral seperti kalsium, fosfor dan fluor dari saliva ke area hypomineralized enamel.
17,18
Kandungan mineral yang tinggi dalam enamel mengakibatkan enamel menjadi sangat keras sehingga enamel mampu menahan gaya mekanis selama gigi
berfungsi. Mineral yang ada pada enamel tersebut dapat larut oleh karena terpapar asam. Asam ini dapat berasal dari hasil fermentasi bakteri ataupun berasal dari asam
makanan dan hal lain yang menyebabkan pH rongga mulut menjadi asam. Proses terlarutnya mineral ini disebut demineralisasi.
7
Demineralisasi dapat dihentikan dengan meningkatkan pH rongga mulut dan menyediakan mineral-mineral yang dibutuhkan seperti kalsium, fosfat dan fluor
untuk menggantikan mineral yang telah larut pada enamel tersebut. Proses pengembalian mineral ini disebut sebagai remineralisasi. Secara alami proses
remineralisasi dapat terjadi karena adanya fungsi buffer saliva untuk menetralkan kembali pH saliva yang rendah. Meningkatnya pH saliva akan diikuti dengan proses
remineralisasi.
9
Proses demineralisasi dan remineralisasi yang berhubungan dengan muatan mineral yang ada dalam enamel yang secara tidak langsung memengaruhi
kekerasan gigi itu sendiri.
21
Kalsium dan fosfat banyak terdapat pada susu sapi dan produk olahannya seperti yogurt dan keju, serta terdapat pada susu kedelai, ikan
salmon dan brokoli. Sementara fluor banyak terkandung dalam air, seafood, yogurt dan keju.
10
Universitas Sumatera Utara
Susu telah terbukti mampu mempercepat proses remineralisasi dengan adanya kandungan kalsium dan fosfat dalam jumlah yang cukup dimana persentasi mineral
yang tinggi dalam enamel menyebabkan nilai kekerasan yang juga tinggi. Analisis kekerasan gigi sangat penting untuk memahami bagaimana tegangan mastikasi
didistribusikan di seluruh permukaan gigi. Nilai kekerasan, kandungan mineral dan kepadatan enamel secara berangsur-angsur menurun dari permukaan luar sampai ke
batas dentinoenamel.
14
Susu juga memiliki kemampuan mencegah penurunan pH biofilm dan mencegah perlekatan bakteri kariogenik ke permukaan gigi.
9,36,37
Universitas Sumatera Utara
2.8 Kerangka Teori