Efek Susu Sapi Terhadap Gigi

2.5.2 Efek Susu Sapi Terhadap Gigi

Kerusakan gigi meningkat di negara berkembang seiring dengan perubahan diet yang lebih manis dan makanan olahan. Sejak akhir 1950-an, susu dipercaya memiliki efek perlindungan terhadap enamel gigi. Susu diketahui memberi efek perlawanan terhadap gula saat dikonsumsi bersamaan antara susu dan makanan yang mengandung gula. Penelitian terhadap hewan menunjukkan penurunan karies ketika kalsium dan fosfat ditambahkan pada makanannya. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa anak-anak dan dewasa yang pada plak dentalnya mengandung kalsium dan fosfat dalam konsentrasi tinggi memiliki insiden karies yang rendah. Saat kaseinfosfopeptida dari susu bereaksi dengan kalsium dan fosfat pada permukaan gigi maka akan menghasilkan koloidal amorphous kasium fosfat kompleks yang memicu proses remineralisasi enamel. 34 Secara khusus susu memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mencegah penurunan pH biofilm Susu mengandung 4-5 laktosa yang dapat difermentasi oleh bakteri biofilm di rongga mulut. Laktosa membuat pH biofilm sekitar 6,0 sedangkan sukrosa membuat pH biofilm di bawah 5,0. Seperti yang diketahui bahwa pH kurang dari 5,5 berbahaya bagi enamel gigi. Dengan meminum susu atau mengunyah keju dapat menetralkan pengasaman yang disebabkan oleh sukrosa dalam biofilm gigi. Secara teori, susu dapat menurunkan periode asidifikasi pengasaman dan demineralisasi sehingga susu mampu menjaga kelestarian gigi. 36 b. Mencegah perlekatan bakteri Streptococcus mutans ke permukaan gigi Pembentukan biofilm pada gigi melibatkan empat fase yang berbeda. Pertama, adhesi mikroorganisme ke permukaan gigi. Kedua, mikroorganisme tersebut membentuk koloni. Ketiga, sekresi EPS extracellular polymeric substance dan pematangan struktur. Keempat, penyebaran sel-sel biofilm. 37 Hal ini tergantung pada kondisi lingkungan rongga mulut seperti pH dan ketersediaan nutrisi bagi bakteri. 36,37 Seperti yang terlihat pada gambar 7, susu mencegah perlekatan Streptococcus mutans ke hidroksiapatit yang dilapisi saliva, kemungkinan karena adanya ikatan antara α-, β, κ- kasein dengan Streptococcus mutans dalam larutan dan terblokir oleh struktur κ- Universitas Sumatera Utara statherin APRP Peptides relesed from casein or saliva proteins Β-casein kasein yang luas mengelilingi hidroksiapatit. Peptida yang berasal dari β- dan κ- kasein, seperti casein glykomacropeptide CGMP dan caseinphosphopeptide CPP, masing-masing tergabung ke dalam pelikel saliva dengan menggantikan albumin, memberi kemampuan untuk menghambat adhesi bakteri. Susu dan κ- kasein secara signifikan mengurangi penyerapan glucosyltransferase GTF yaitu penghasil enzim polisakarida, misalnya Streptococcus mutans. 37 c. Susu dapat memicu terjadinya remineralisasi Proses terjadinya remineralisasi enamel gigi dapat dibantu oleh adanya mineral kalsium dan fosfat sebagaimana yang ada dalam kandungan susu sapi. Pada awalnya mineral kalsium dan fosfat yang terdapat pada susu akan terdeposit pada lapisan permukaan mikroporositas kemudian akan berdifusi ke dalam mikroporositas enamel tersebut. Mineral dapat berdifusi ke segala arah di antara kristal-kristal enamel kemudian diserap oleh hypomineralized enamel, yaitu enamel yang sebelumnya telah mengalami demineralisasi, dengan demikian maka akan terjadi rebuilding atau pembangunan kembali enamel yang telah larut. 9 Mineralisasi yang Gambar 7. α-, β-, κ- Kasein mencegah perlekatan Streptococcus mutans 36 Universitas Sumatera Utara terjadi memengaruhi nilai kekerasan enamel dimana persentasi mineral yang tinggi menyebabkan nilai kekerasan yang juga tinggi. 14

2.6 Saliva