5.1.2 Pola Pemberian MP ASI
Bayi belum dapat makanan padat, yang berserat banyak atau yang membebani ginjal. Satu-satunya yang sesuai dan memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama bulan-bulan pertama adalah ASI Maryunani, 2010. Namun hal ini tidak sejalan apabila dilihat dari hasil penelitian, yang menyatakan bahwa sebanyak 31
orang 49,2 memberikan MP ASI kepada bayinya kurang dari 6 bulan, dan yang terbanyak adalah ibu yang memberikan bayinya MP ASI sejak usia 3 bulan yaitu
sebanyak 6 orang 19. Salah satu faktor yang menyebabkan bayi diberikan makan kurang dari 6 bulan adalah budaya. Dari penelitian yang dilakukan,
masyarakat mengaku bahwa memberikan makan lebih cepat kepada bayi sudah menjadi kebiasaan. Mereka merasa tidak ada yang salah dan bayi sehat-sehat saja,
beralasan bahwa anak menangis terus menerus dan menduga bayi menangis karena lapar. Asumsi tersebutlah yang mendorong ibu untuk memberikan MP ASI kurang
dari 6 bulan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyuni 2010 yang dilakukan di Kecamatan Rundeng, yang mana bayi sudah diberikan makan sejak usia kurang dari 6
bulan karena adanya suatu kebiasaan ibu dalam pemberian makan pada bayi karena ibu merasa bahwa ASI dianggap kurang memadai sebagai makanan bayi sehingga
biasanya bayi diberi makan pisang wak yang telah dilumatkan, dan setelah berumur tiga bulan ditambah dengan nasi yang digiling halus. Dalam pemberian makanan bayi
perlu diperhatikan ketapatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Kebiasaan pemberian makanan bayi yang tidak
Universitas Sumatera Utara
tepat, salah satunya adalah pemberian makanan yang terlalu dini. pemberian makanan terlalu dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare, muntah, dan
sulit buang air besar yang dapat mempengaruhi status gizi bayi Hayati 2009, dalam Wahyuni 2010.
Selain itu, pengenalan akan MP ASI juga dilakukan bertahap. Mulai dari makanan saring atau makanan lumat, yaitu usia 6-8 bulan seperti bubur beras encer,
bubur tepung atau nasi yang dilumatkan, kemudian pada usia 9-11 bulan beralih menjadi makanan giling atau makanan lembek, kemudian pada usia 12 bulan barulah
bayi diberikan makanan keluarga. Menurut hasil penelitian, terdapat 31 orang 49,2 yang memberikan makanan saring kepada bayinya, 12 orang 19
memberikan makanan saring dan 6 orang 9,5 diberikan makanan keras. Namun apabila ditinjau dari segi usia, banyak ibu yang memberikan bentuk MP ASI yang
tidak sesuai dengan usia bayinya. Dalam hasil penelitian terlihat ada 5 orang 7,9 yang memberikan bayinya
makanan giling pada usia 6-8 bulan, 5 orang 7,9 juga sudah memberikan makanan keluarga pada bayinya dan 1 orang 1,6 masih memberikan makanan saring.
Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian tersebut, pada bayi usia lebih dari 6 bulan yang masih diberikan ASI dan MP ASI, terdapat 16 orang 57,2
yang memiliki bayi usia 6-8 bulan dari 28 bayi yang memberikan MP ASI sesuai dengan usia bayinya dan 6 orang 50 dari 12 orang dengan bayi usia 9-11 bulan
memberikan bentuk MP ASI sesuai dengan pertambahan usia bayi. Banyak hal yang menjadi alasan bagi ibu untuk memberikan MP ASI seperti malas memasak sendiri
Universitas Sumatera Utara
sehingga bayi yang seharusnya diberikan bubur yang digiling, justru diberikan bubur tepung instan sebagai penggantinya.
Selain daripada bentuk MP ASI, frekuensi pemberian MP ASI juga harus bertahap sesuai dengan usia. Selain tetap diberikan ASI, pada bayi usia 6-8 bulan,
bayi sebaiknya diberikan makan sebanyak 2-3 kali sehari dan cemilan 1-2 kali, pada usia 9-11 bulan dan 12 bulan semakin meningkat yaitu 3-4 kali makan dalam sehari
dan cemilan sebanyak 1-2 kali Buku pedoman KIA, 2015. Menurut hasil penelitian, ada 1 orang 3,6 yang memberikan bayinya 1 kali makan yaitu pada rentang usia
6-8 bulan, terdapat 22 orang 78,6 yang memberikan bayinya makan sebanyak 2 kali sehari pada usia 6-8 bulan dan 4 orang 14,2, dan pada usia 9-11 bulan
terdapat 2 orang 16,7 memberikan bayinya makan sebanyak 2 kali dan 10 orang 83,3 memberikan sebanyak 3 kali, sementara pada bayi usia 12 bulan sudah diberi
akan sebanyak 3 kali. Selain itu juga ditemukan ibu yang belum memberikan MP ASI pada bayi yang berusia lebih dari 6 bulan, yaitu sebanyak 1 orang.
Sementara frekuensi cemilan juga bervariasi. Terdapat 5 orang 17,9 yang tidak memberikan cemilan kepada bayinya, 16 orang 57,1 memberikan cemilan
sebanyak 1 kali, 6 orang 21,4 memberikan sebanyak 2 kali pada bayi usia 6-8 bulan. Bahkan ada yang memberikan cemilan lebih dari 2 kali dalam sehari. Maka
jika ditinjau dari tindakan frekuensi pemberian makan dan cemilan pada bayi, terdapat 15 orang 53,6 yang memberikan makan dan cemilan pada bayinya sesuai
dengan frekuensi yang dibutuhkan bayi pada usia bayi dan tetap diberikan ASI dan 13 orang 46,3 pada bayi usia 6-8 bulan, sedangkan pada usia bayi 9-11 bulan
Universitas Sumatera Utara
terdapat 6 orang 50 yang memberikan frekuensi MP ASI dengan baik dan 6 orang 50 lainnya tidak.
MP ASI yang baik menurut buku KIA 2015 Kemenkes RI, haruslah padat energi, protein dan gizi mikro zat besi, zinc, kalsium, Vit. A, Vit.C, dan folat, tidak
berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa, pewarna dan pengawet, mudah ditelan dan disukai adanak serta tersedia lokal dan harga
terjangkau. Oleh karena itu, sebaiknya ibu memberikan MP ASI buatan lokal daripada pabrikan agar dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan bayi, lebih
hygienis serta harga terjangkau. Namun apabila ibu merasa repot untuk membuat MP ASI, bayi juga dapat diberikan MP ASI buatan pabrik namun harus tetap
memperhatikan tanggal kadaluwarsa. Berkaitan dengan bentuk dan frekuensi MP ASI yang diberikan, jenis
makanan yang diberikan oleh ibu kepada bayinya ketika pertama kali diberikan MP ASI baik kurang dari 6 bulan atau setelah 6 bulan pada umunya adalah bubur instan.
Kemudian seiring pertambahan usia bayi, ibu memberikan nasi merah lembut dengan lauk seperti ikan, hati ayam, tahu atau tempe yang direbus serta sayur seperti wortel,
kentang atau sayuran hijau yang direbus kemudian disaring atau digiling sesuai dengan kebutuhan usia bayi. Sementara buah yang sering diberikan kepada bayi di
Desa Bunuraya adlah buah yang sering dihasilkan di ladang, seperti jeruk atau pisang yang dibeli di pasar. Selain juga ditambah dengan cemilan-cemilan ringan seperti roti
yang dibei diwarung. Jika dibandingkan dengan anjuran yang diberikan oleh Kemenkes RI, seperti yang terdapat pada buku KIA 2015, MP ASI yang dibuat oleh
Universitas Sumatera Utara
ibu di Desa Bunuraya sudah cukup baik namun masih kurang bervariasi karena kurangnya ketersediaan bahan makanan lain disekitar ibu. Selain itu, alangkah lebih
baik apabila dari awal pengenalan makanan tambahan, bayi sudah diberikan makanan buatan ibu.
Kemudian dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa ada ibu yang memberikan makanan keluarga seperti halnya yang dimakan oleh ibu kepada bayinya
sebelum usia 12 bulan yaitu sebanyak 19 orang 30,2, dan yang terbanyak diberikan sejak usia 7 bulan dan 8 bulan yaitu masing-masing sebanyak 6 orang
9,5. Ibu beralasan bahwa bayinya tidak mau diberikan bubur lagi, jika diberikan bubur akan dimuntahkan atau dijadikan mainan oleh bayi sehingga ibu beralih
memberikan makanan keluarga. Atau ada ibu yang memberikan makanan yang seharusnya dimakan oleh ibu kepada bayi dengan cara menyuapkan makanan ibu
kepada bayinya.
5.2 Pengetahuan Ibu Tentang ASI dan MP ASI