Pengertian makanan pendamping ASI

2. Tujuan Psikologis Memberikan kepuasan kepada bayi dan balita menikmati makanan yang diberikan. 3. Tujuan Edukatif Mendidik keterampilan mengonsumsi makanan, membina kebiasaan waktu makanjadwal makan sarapan, makan siang dan makan soremalam, serta mebina selera terhadap makanan yang baik, khususnya yang merupakan selera dan kebiasaan keluarga. Kemudian hal-hal yang perlu diperhatikan untuk makanan bayi dan balita Maryunani,2010, yaitu: 1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur. 2. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap makan. 3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali bayibalita. 4. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

2.2.1 Pengertian makanan pendamping ASI

Makanan tambahan adalah makanan selain ASI dan susu formula. Makanan tambahan berupa makanan pelengkap disamping ASI, yang dikenal dengan istilah makanan pendamping ASI Winarno, 1987 dalam Nurlinda 2013. Menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia 2005, makanan pendamping air susu ibu MP ASI adalah makanan bergizi disamping ASI yang diberikan kepada bayi berusia 6 bulan Universitas Sumatera Utara keatas atau berdasarkan indikasi medik sampai anak berusia 24 dua puluh empat bulan untuk mencapai kecukupan gizi. Seiring dengan pertumbuhan bayi, kebutuhan akan energi, protein, dan zat gizi lainnya pun makin bertambah. Suatu saat, kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja sehingga perlu makanan lain untuk memenuhi kekurangannya. Jika makanan tambahan tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya, pertumbuhan akan terhambat. Zat-zat gizi lebih banyak diperlukan dari makanan tambahan terutama dalam memenuhi kebutuhan energy, zat besi, zink dan vitamin A Widodo, 2009. Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, WHO Organisasi Kesehatan Dunia dan IDAI mengeluarkan kode etik yang mengatur agar bayi wajib diberi ASI eksklusif ASI saja tanpa tambahan apa pun, bahkan air putih sampai umur minimum 6 bulan. Setelah umur 6 bulan, bayi mulai mendapat makanan pendamping ASI MPASI berupa bubur susu, nasi tim, buah dan sebagainya. WHO juga menyarankan agar pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun, dengan dilengkapi makanan tambahan Prambantini, 2010. Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan keputusan baru Menkes sebagai penerapan kode etik WHO. Keputusan tersebut mencantumkan soal pemberian ASI eksklusif Permenkes nomor 450MenkesSKIV2004. Meskipun makanan tambahan diberikan, ASI harus menjadi makanan utama pada tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting pada tahun kedua. Pemberian ASI sebaiknya dilakukan dua tahun atau lebih. Menurut Sakti dkk 2013 yang mengutip pendapat Bogue, pemberian MP ASI yang kurang tepat digolongkan pada pemberian MP ASI pada umur 6 bulan dan pemberian MP ASI yang tepat digolongkan pada anak Universitas Sumatera Utara yang diberikan MP ASI pada umur ≥ 6 bulan. MP ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Oleh karena itu, pengenalan adan pemberian MP ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayianak Maryunani, 2010. . Berikut adalah pola makan anak: Tabel 2.2 Pola makan pada anak. Usia Pola makan 0-6 bulan ASI saja. 6-9 bulan ASI + Makanan pendamping ASI MP-ASI. Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek. 9-11 bulan ASI + MP-ASI yang lebih padat. Contohnya, bubur nasi, nasi tim, dan nasi lembek. 1-2 tahun Makanan keluargamakanan yang dicincang atau dihaluskan 3-4 kali sehari. 2-3 tahun Makanan keluarga + makanan selingan 2 kali sehari. Sumber: Buku pegangan kader Posyandu, 2012. Pemberian MP ASI diberikan kepada anak sejak usia 6 bulan karena dengan ASI saja jumlah dan komposisi ASI mulai berkurang tidak mampu mencukupi kebutuhan anak. Maksud pemberian MP ASI adalah agar anak memperoleh cukup energy, protein, vitamin, dan mineral untuk tumbuh dan berkembang secara normal Zakariah 1998, dalam Nurlinda 2013. Maksud lain adalah membiasakan anak pada berbagai macam makanan bergizi, mudah dicerna dengan berbagai macam rasa, bentuk, dan nilai gizi Nurlinda, 2013. Pemberian makanan tambahan pada umur yang terlalu dini lebih sulit dilakukan dan juga dapat membahayakan bayi. Bayi dapat mengalami alergi terhadap salah satu zat gizi misalnya, muncul eksim, terhambatnya penyerapan zat besi dan gizi lainnya dari Universitas Sumatera Utara ASI, kegemukan, dan rentan terhadap bahan-bahan tambahan makanan pengawet, perasa, pewarna maupun faktor kebersihannya hygiene. Akan tetapi penundaan pemberian makanan padat juga tidak baik karena kebutuhan gizi bayi tidak tercukupi sehingga dapat menghambat pertumbuhan, kecerdasan, dan imunitasnya terhadap penyakit Widodo, 2009. Pemberian makanan tambahan sebelum usia enam bulan 4-6 bulan baru diberikan bila memang ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi lagi. Hal ini ditandai dengan pertambahan berat badan bayi yang kurang meskipun pemberian ASI sudah tepat dan bayi sering munim ASI, tetapi tampak lapar Widodo, 2009. Pemberian Usia MP ASI yang terlalu dini mempunyai risiko kesehatan oleh karena secara fisiologis bayi belum siap untuk menerimanya. Bayi akan mudah terkena diare dan penyakit-penyakit lain. Selain itu akan menurunkan intensitas dan frekuensi pengisapan ASI, sehingga asupan ASI pun menjadi berkurang, padahal ASI mengandung hampir semua zat gizi dan zat kekebalan yang penting untuk bayi Rohmani, 2010. Berdasarkan Widodo 2009 kriteria makanan tambahan yang baik adalah sebagai berikut: 1. Makanan yang menyediakan energi, protein, vitamin, mineral terutama vitamin A, vitamin C, zat besi, seng, kalsium, dan asam folat. 2. Makanan yang bersih, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, dan nyaman tidak terlalu pedas, asin, dan bau amis. 3. Disenangi oleh bayi. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Alasan menunda pemberian MP ASI

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 11

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

1 1 34

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 4 3

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 44

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 1 18

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 9

Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2016

0 0 26