PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL

QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM

TAHUN AJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Oleh

SUJIATI X7107080

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM

LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011

Oleh

SUJIATI

X 7107080

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Sujiati. X7107080. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang berjumlah 34 peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif komparatif dan teknik analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya setelah diadakan tindakan kelas dengan model quantum learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 57,02 menjadi 66,61 dengan ketuntasan klasikal 74% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 66,61 menjadi 74,63 dengan ketuntasan klasikal 85%. Dengan demikian, model quantum learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011.

Kata Kunci: Kemampuan memahami sifat-sifat cahaya, model quantum learning


(6)

ABSTRACK

Sujiati. X7107080. INCREASING ABILITY TO COMPREHENSION CHARACTERISTIC OF LIGHT ON SCIENCE LEARNING BY QUANTUM LEARNING MODEL TOWARD THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD NEGERI I KARANGPELEM ON ACADEMIC YEAR 2010/ 2011. Minithesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, July 2011.

The purpose of this research is to improve the comprehension ability caharacteristic of light in science learning toward the fifth grade students ofState Elementary School 1 Karangpelem based on quantum learning model.

The type of this study is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and reflection. The subject of this study is The Fifth Students Of State Elementary School 1 Karangpelem, total 34 students. The data analysis technique used is technique statistic deskriptive compare

ative and analisys critis. The data collection techniques used are documentation, interview, observation and test. The data validity assesment used in this study are data resources triangulation and methodological triangulation.

Based on the research result, it can be concluded there is an increasing ability to comprehension characteristic of light after the classroom action research done with quantum learning model. It can be seen through the improvement of studen

understand comprehension in characteristic of light increased about 57,02 up to 66,29 on the average with the classical completeness 74%, and in the second characteristic of light in science learning which ranged from 66,29 to 74,05 on the average with the classical completeness 85%. Thereby, it can be recommended that quantum learning model can be used to improve comprehension ability characteristic of light toward the fifth grade students of SD Negeri 1 Karangpelem on Academic Year 2010/2011.

Keyword: ability to comprehension characteristic of light, quantum learning model


(7)

MOTTO

sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu


(8)

Al-PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Ayah ibuku tercinta (Bapak Sastro dan Ibu Sumiyem) yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap waktu.

Suamiku tercinta (Riyas Prihanto) yang setia menemani, memotivasi dan mendoakanku.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini di SD Negeri 1 ahami Sifat-Sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA Melalui Model Quantum Learning Pada Peserta

Peneliti menyadari, terselesaikannya penyusunan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP. 2. Drs. R. Indianto M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program PGSD.

4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti.

5. Drs. Sutijan, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

6. Tukidhi, A.Ma.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Karangpelem yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

7. Wariyati, S. Pd, selaku guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang telah merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini.

8. Sahabat-sahabatku Tia, Sari, Dika, Suzi yang selalu memberikan semangat dan bantuannya.

9. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu.


(10)

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti berharap kepada pembaca guna memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca terutama mahasiswa PGSD UNS.

Akhirnya tidak lupa peneliti meminta maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.

Surakarta, Juli 2011


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI ... xi DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 7

1. Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya

Dalam Pembelajaran IPA 7

2. Model Quantum Learning 20

B. Penelitian yang Relevan 31

C. Kerangka Berfikir 33


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 37

B. Subjek Penelitin 39

C. Bentuk dan Strategi Penelitian 39

D.

E. Teknik Pengumpulan F.

G. H. I.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 53

1. Des

2. Deskripsi Data 54

a. b. c. B.

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan 92

B. Implikasi 93

C.

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN ... 98


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ... 14

Tabel 2. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif ... 14

Tabel 3. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor ... 15

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 38

Tabel 5. Daftar Nilai Kemampuan Awal (Pra Siklus) Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V ... 54

Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus I. 67 Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus II. 81 Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal 83 Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan S 85 Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I 88

Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II. ... 89


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua

11

Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir... 34 Gambar 3. Model siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut

Suharsimi Arikunto. ... 47 Gambar 4. Histogram Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya

Peserta Didik Kelas V Kondisi Awal... 55 Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat

Cahaya Siklus I ... 69 Gambar 6. Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat

Cahaya Siklus II ... 83 Gambar 7. Histogam Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan

Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I,

86

Gambar 8. Histogram Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru KelasV SD Negeri 1 Karangpelem pada

Siklus I dan Sikus II... 89 Gambar 9. Histogram Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Tindakan ... 98

Lampiran 2. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Sebelum Tindakan . 99 Lampiran 3. Lembar Observasi Kinerja Guru Sebelum Tindakan ... 101

Lampiran 4. Daftar Nama Peserta Didik Kelas III SD N 1 Karangpelem ... 108

Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal ... 109

Lampiran 6. Soal Tes Kemampuan Awal ... 110

Lampiran 7. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ... 115

Lampiran 8. Silabus IPA Kelas V ... 116

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 120

Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat . 133

Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan 1 ... 138

Lampiran 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 141

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 148

Lampiran 14. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 2 ... 161

Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan 2 ... 167

.. 170

Lampiran 17. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I ... 172

Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 174

Lampiran 19. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus 186 Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II Pertemuan 1 ... 193


(16)

Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 198

Lampiran 23. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat

Cahaya Siklus II Pertemuan 2 ... 211 Lampiran 24. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 216 Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II

Pertemuan 2 ... 219 Lampiran 26. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya

Siklus II ... 221 Lampiran 27. Lembar Wawancara dengan Guru Setelah Tindakan ... 223 Lampiran 28. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran IPA Menerapkan


(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD, SMP sampai SMA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Proses IPA mencakup observasi, klasifikasi dan pengukuran. Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten (Carin 1993: 5, dalam Srini M.Iskandar, 2001: 16) sebagai berikut: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang terjadi, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.

Alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah adalah: (1) mata pelajaran IPA berfaedah bagi suatu bangsa, (2) IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis, (3) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan (Srini M Iskandar, 2001: 17)

Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar peserta didik memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997: 2). Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan peserta didik secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. IPA khususnya tentang sifat-sifat cahaya tidak bisa diajarkan hanya


(18)

dengan pemberian teori-teori yang harus dihafal oleh peserta didik. Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Akan tetapi kenyataan di lapangan membuktikan guru dalam proses belajar mengajar penyampaian pengetahuan baru yang diberikan kepada peserta didik sering menekankan pada belajar menghafal sehingga pengetahuan yang telah didapat akan cepat hilang dari ingatan, peserta didik hanya diberikan secara langsung pemahaman IPA tanpa melibatkan media atau alat peraga untuk memperjelas pemahaman materi yang diajarkan dan juga peserta didik tidak pernah dilibatkan dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan yang peserta didik dapat. Oleh karena itu peserta didik merasa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan.

Dari hasil tes kemampuan awal tentang sifat-sifat cahaya yang dilakukan peneliti sebelum tindakan, diperoleh data sebagai berikut sebanyak 44% atau 15 peserta didik mendapat nilai diatas KKM dan terdapat 56% atau 19 peserta didik mendapat nilai dibawah KKM, data terdapat pada lampiran 7 hal 115. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah KKM di SD Negeri 1 Karangpelem dan ini berarti kemampuan memahami peserta didik kelas V masih tergolong rendah.

Beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan memahami peserta didik rendah karena pembelajaran yang dilakukan cenderung di dominasi oleh guru (guru lebih aktif daripada peserta didik) guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi tanpa melibatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. Banyak guru yang beranggapan bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling mudah, praktis dan efisien. Guru hanya menstranfer ilmu yang dimilikinya dan menganggap peserta didik sudah menguasai materi sama halnya dengan apa yang telah guru kuasai, padahal banyak peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi. Selain itu guru tidak membuat pembelajaran yang bervariasi yang mengajak peserta didiknya aktif dalam pembelajaran. Peserta didik hanya pasif mendengarkan, mencatat, dan


(19)

mengerjakan tugas dari guru, ada juga peserta didik yang asyik bermain sendiri. Hal ini menyebabkan daya kreatifitas menjadi terbatas dan pola pikir kritis sulit dibangun, perhatian dan keaktifan peserta didik berkurang sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan khususnya pada mata pelajaran IPA

Berpijak dari ulasan diatas, maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V. Guru harus pandai menentukan model pembelajaran yang dapat menunjang tujuan yang diharapkan. Melalui model pembelajaran yang menyenangkan yang digagas oleh Potter, yaitu model Quantum Learning dengan kerangka pembelajaran Tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan) peserta didik akan diajak belajar dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Quantum learning mempunyai beberapa keunggulan dan ciri khas sendiri

yang sangat unik dan jarang dimiliki oleh model pembelajaran yang lain. Empat ciri yang cukup menonjol dalam quantum learning

41-43) adalah sebagai berikut: (1) adanya unsur demokrasi dalam pengajaran, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, (2) adanya kepuasan pada diri si anak, terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh peserta didik, (3) adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan, terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai peserta didik, (4) adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan peserta didik dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya sehingga terjalin ikatan emosional yang kuat antara keduanya dan menjadikan belajar semakin menyenangkan.


(20)

Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih memperhatikan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berupaya mengembangkan apa yang telah di terimanya.

Berdasarkan ulasan diatas dengan menerapkan model quantum learning, maka dalam menciptakan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan bagi peserta didik dan meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA di SDN 1 Karangpelem dapat tercapai. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan k

kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model

quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan

quantum


(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem melalui model quantum learning.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh peserta didik dalam menerima pembelajaran. Model quantum

learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan

menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik

1) Peserta didik menjadi lebih aktif dan merasa senang untuk belajar IPA dengan model quantum learning.

2) Kemampuan memahami peserta didik meningkat pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya.

b. Bagi guru

1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan quantum learning sebagai model pembelajaran.

2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan model-model pembelajaran yang lebih bervariasi dan inovatif sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan hasil belajarnya optimal.

3) Guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran serta melaksanakan penilaian.


(22)

c. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas peserta didik dan sekolah.


(23)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan dalam kamus besar bahasa indonesia di definisikan

kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

Sejalan dengan pendapat tersebut, Akhmat Sudrajat dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com menganalogikan kemampuan dengan kata

uan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau

Berpijak dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

(ability) adalah kecakapan atau kesanggupan untuk bisa melaksanakan suatu

perbuatan yang merupakan bawaan sejak lahir maupun hasil latihan atau praktek. Dalam pembelajaran IPA diharapkan dengan memiliki kemampuan maka peserta didik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan atau yang ingin dicapai yang akan berpengaruh pada hasil belajarnya.

Menurut Guilford (dalam Suryabrata, 2004: 163) membagi kemampuan menjadi tiga jenis yaitu:

1). Kemampuan perseptual

Kemampuan perseptual adalah melalui kemampuan dalam mengadakan persepsi atau pengamatan antara lain mencakup faktor-faktor kepekaan indera, perhatian, kecepatan persepsi dan sebagainya.


(24)

2). Kemampuan Psikomotor

Kemampuan psikomotor adalah mencakup beberapa faktor antara lain: kekuatan, kecepatan gerak, ketelitian, keluwesan dan lain-lain.

3). Kemampuan Intelektual

Kemampuan Intelektual adalah kecenderungan yang menekankan pada kemampuan akal dimana mencakup beberapa faktor antara lain:ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.

b. Kemampuan Memahami

Menurut David Jacobsen, Paul Eggen & Donal Kauchak (2009: 94)

mengharuskan siswa untuk menunjukkan pemahamannya dengan mengubah atau

Pemahaman lebih dari sekedar mengingat tetapi menstransformasikan informasi ke dalam suatu bentuk lain menggunakan kata-katanya sendiri sesuai pemahaman yang di dapat. (Jcobsen, Eggen & Kauchak, 2009: 94)

Lebih lanjut dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990: 636) memahami berarti mengerti benar (akan); memaklumi, mengerti.

Pemahaman berdasarkan ranah kognitif Bloom dalam (Winkel, 2005: 246) berarti kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang Nampak dalam data tertentu.

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran. Belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga siswa dapat memahami suatu situasi ( Sardiman, 2001: 42)


(25)

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki peserta didik untuk menunjukkan pemahaman, menangkap makna dan arti dari bahan yang di pelajari dengan tidak sekedar mengingat tetapi menstransformasikan informasi ke dalam suatu bentuk lain menggunakan kata-katanya sendiri sesuai pemahaman yang di dapat, tanpa pemahaman skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

Kemampuan memahami peserta didik terhadap suatu materi, dapat dilihat dari nilai hasil belajar peserta didik pada materi tersebut.

c. Materi Sifat-Sifat Cahaya 1) Pengertian cahaya

Cristian Huygens (1629-1695) dalam Tom Jackson (2005: 4)

Isaac Newton (1642-1727) dalam Tom Jackson (2005: 4) menyatakan bahwa

maka dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah gelombanag atau suatu bentuk energi yang dapat bergerak melalui ruang udara dan memiliki pinggir bayangan sangat tajam.

2) Sumber-sumber cahaya

Cahaya memberikan kehidupan kepada dunia. Semua benda yang mengeluarkan cahaya dan dapat dilihat disebut sumber cahaya. Sumber cahaya di bumi ada dua, yaitu sumber cahaya alami dan buatan. Yang termasuk sumber cahaya alami adalah matahari, bulan, bintang, kilat, hewan kunang-kunang, hewan ubur-ubur, aurora (di kutub utara dan selatan). Sumber cahaya buatan diantaranya: lampu listrik, lampu minyak, senter, lilin, api dan lain-lain.

3) Sifat-sifat cahaya


(26)

1) Cahaya merambat lurus

Jika kita memperhatikan cahaya matahari, maka tampak bahwa berkas cahayanya merambat dengan lurus. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti garis-garis putih yang lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat pula terlihat pada lampu mobil atau senter di malam hari, cahaya matahari di taman. Sewaktu menonton film di gedung bioskop atau tanah lapang, kamu dapat juga melihat berkas cahaya yang merambat lurus . Berkas cahaya itu berasal dari proyektor film yang dipancarkan ke layar.

2) Cahaya menembus benda bening

Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya di sebut benda bening. Benda-benda yang tidak dapat ditembus cahaya disebut benda gelap. Contoh benda yang dapat ditembus cahaya adalah kaca, gelas bening, plastik bening, air jernih dan lain-lain. Air keruh tidak termasuk benda bening karena cahaya tidak dapat menembusnya.

3) Cahaya dapat dipantulkan

Cahaya dapat dipantulkan terlihat pada cermin. Cermin adalah benda yang mempunyai permukaan licin atau mengkilap. Cermin dapat membentuk bayangan benda. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin digolongkan menjadi tiga, yaitu :

(1) Cermin datar adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang datar. Contoh: cermin yang digunakan untuk berkaca.

Bayangan bersifat: semu, tegak, dan sama

(2) Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cekungan. Cekungan ini seperti bagian dalam suatu bola. Contoh: bagian dalam lampu mobil dan lampu senter.

Bayangan bersifat : jika letak benda dekat dari cermin cekung, maka bayangan yang terbentuk semu, lebih besar, dan tegak. Jika letak benda jauh dari cermin cekung, maka bayangan yang terbentuk nyata (sejati) dan terbalik.


(27)

(3) Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cembungan. Cembungan ini seperti bagian luar suatu bola. Contoh kaca spion pada mobil dan motor.

Bayangan bersifat: selalu semu, lebih kecil, dan tegak seperti bendanya.

4) Cahaya dapat dibiaskan

Jika cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda, misalnya udara ke air, maka cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium adalah zat perantara yang dilalui. Kerapatan zat berbeda-beda. Kerapatan gelas bening lebih besar daripada kerapatan air jernih. Kerapatan air jernih lebih besar daripada kerapatan udara.

Garis normal garis normal

(a) Udara (b) kaca

Air udara

Gambar 01. Cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua medium yang berbeda

a) Jika cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya, cahaya yang merambat dari udara ke air.

b) Jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya, cahaya merambat dari kaca ke udara


(28)

Peristiwa pembiasan cahaya yang dapat kita jumpai dalam peristiwa sehari-hari antara lain sebagai berikut:

(1)Pensil yang dimasukkan kedalam air tampak patah atau lebih pendek dari yang sebenarnya.

(2)Dasar kolam yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari yang sebenarnya.

(3)Ikan dalam akuarium yang berbentuk bulat tampak seolah-olah berubah ukuran.

(4)Ikan di dalam kolam yang bening tampak lebih dekat ke permukaan air.

(5)Peristiwa pelangi

5) Cahaya putih terurai atas berbagai warna

Pelangi akan tampak jika kita membelakangi matahari, sedangkan pada tempat yang jauh di depan kita terjadi hujan. Pelangi memiliki warna yang bermacam-macam, seperti merah, jingga, kuning, hijau, nila, dan ungu. Warna-warna itu timbul karena sinar matahari dibiaskan, diuraikan, dan dipantulkan oleh tetes-tetes air hujan. Warna-warna itu membentuk semacam pita setengah lingkaran. Kalau kita perhatikan, cahaya matahari yang memancar seolah-olah hanya mempunyai satu warna, yaitu putih. Peruraian cahaya putih menjadi berbagai warna disebut dispersi warna. Deretan warna yang dihasilkan oleh dispersi warna disebut spektrum warna.

d. Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya

Bila kita ingin mengajarkan suatu topik/ materi pelajaran kepada peserta didik, maka perlu ditempuh langkah-langkah tertentu yang harus dijalankan, salah satunya adalah merumuskan tujuan-tujuan pengajaran (instruksional) yang ingin dicapai. Menurut Roestiyah (1991: 99) tujuan-tujuan instruksional dimaksudkan adalah perumusan tentang tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang kita harapkan dapat dimiliki oleh murid-murid setelah ia mengikuti pengajaran yang

kita berikan. Kemampuan specific


(29)

B.S Bloom, dkk menyumbangkan klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives) yang sering disebut taksonomi. Berikut taksonomi/ klasifikasi tujuan instruksional Bloom, dkk dalam Winkel (2005: 244)

1) Ranah Kognitif (Cognitive Domain)

Ranah kognitif merupakan tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir intelektual. Komponen ranah kognitif meliputi beberapa aspek diantaranya pengetahuan/ ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi

2) Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif berhubungan dengan tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek perasaan, nilai, sikap dan minat perilaku peserta didik/ siswa. Menurut taksonomi Kratwol, Bloom dan kawan-kawan ranah ini meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotor (Psycomotor Domain)

Ranah psikomotor tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek ketrampilan motorik atau gerak dari peserta didik. Ranah ini meliputi gerakan reflek, aspek ketrampilan gerakan dasar, aspek kemampuan perseptual, aspek keharmonisan atau ketepatan, serta aspek gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut setiap kategori-kategori di dalamnya tersusun secara hierarkis dari awalnya yang sederhana akan menjadi lebih kompleks lagi dan hasil yang diperoleh peserta didik akan lebih rumit dan terpadu. Untuk mengetahui peserta didik sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum dalam setiap ranah ada Kata Kerja Operasional (KKO). KKO ini untuk memudahkan merumuskan tujuan/ kemampuan internal tertentu yang ingin hendak dicapai dari setiap kategori dalam tiga ranah pembelajaran. Berikut KKO untuk setiap ranah menurut Bloom dkk. Dalam Winkel (2005: 280-284) pada tabel 1. 2, dan 3:


(30)

1) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif Pengetahuan (Knowledge) Pemahaman (Comprehension) Penerapan (Aplication) Analisis (Analysis) Sintesis (Synthesis) Evaluasi (Evaluation) Memilih Menjodohkan Memberi nama Mencatat Memberi label Mendidentifi kasikan, dll Memperkirakan Mencirikan Mengkategorikan Membandingkan Mendiskusikan Mengemukakan Membedakan, dll Mengurutkan Memperkira kan Mengelompok kan Menggambar-kan, dll Menyeleksi Menghubung kan Membanding kan Mendiagram kan, dll Merancang Merencanakan Mengumpul kan Mendikte Mengkategori kan, dll Menilai Memperjelas Membuktikan Merinci Menyimpulkan Membanding kan, dll

Tabel 1: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

2) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif

Penerimaan (Receiving) Partisipasi (Responding) Penilaian (Valuing) Organisasi (Organization)

Pembentukan Pola Hidup Mengikuti Menanyakan Menjawab Menyatakan Mematuhi,dll Membantu Melaksanakan Mendiskusikan Menawarkan diri Melaporkan, dll Mengusulkan Menunjukkan Menyatakan Membenarkan pendapat, dll Mengatur Mempertahankan Menghubungkan Melengkapi, dll Bertindak Mempengaruhi Membuktikan Mempraktekkan Memecahkan, dll


(31)

3) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor

Tabel 3: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor

Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Dimana pemahaman termasuk dalam kemampuan internal tingkatan kedua ranah kognitif. Berikut penjelasan masing-masing tingkatan ranah kognitif Bloom dalam Endang Poerwanti, dkk (2008: 1-27)

1) Pengetahuan

Arti: pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, dan kesimpulan.

Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti, menamakan, membuat daftar, menentukan lokasi, mendiskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi, menguraiakan apa yang terjadi.

2) Pemahaman

Arti: kemampuan siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.

Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/ pendapat dengan kata-kata sendiri, membedakan, membandingkan, mengintepretasikan data, Persepsi Kesiapan

Gerakan Terbimbin g Gerakan Terbiasa Gerakan Kompleks Penyesuaian

Pola Gerakan Kreativitas Mengaktifkan Menyesuaikan Menunjukkan Membedakan Menyiapkan Memulai Menanggapi Bereaksi Menunjuk kan, dll Memprakt ekkan Membuat Memperli-hatkan, dll Membentuk Menjeniska n Menempel Mengoperas ikan,dll Mengerjakan Menggunaka n Memperbaiki Mendemonstr asikan, dll Mengubah Mengadaptasi Mengatur Membuat variasi, dll Merancang Menyusun Menciptakan Merencanaka n Mengatur,dll


(32)

mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri

3) Penerapan/ aplikasi

Arti: menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan, melakukan percobaan, membuat peta, membuat model, merancang strategi

4) Analisis

Arti: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian atau gagasan dan menunjukkan antar bagian tersebut.

Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat gafik, mengkaji ulang.

5) Sintesis

Arti: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep atau meramu/ merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru.

Contoh kegiatan belajar: membuat desain, mengarang komposisi lagu, memprediksi, menciptakan produk baru.

6) Evaluasi

Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tak bemanfaat.

Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih solusi yang baik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus.

e. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan


(33)

pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam lingkungan merupakan objek yang akan dipelajari.

Pembelajaran menurut Gagne dalam St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 17) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa merupakan dampak dari adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan. Perubahan ini sebagai hasil proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan sebagainya.

Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu : bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih memperhatikan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berupaya mengembangkan apa yang telah di terimanya. Oleh karena itu guru, sebagai subjek dalam pembelajaran harus dapat memilih dan menyajikan media dan sumber belajar yang tepat dan aktif sehingga bahan pelajaran yang disampaikan

2010: 17)

Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik, pendidik, media dan sumber belajar serta lingkungan yang sangat berpengaruh pada keberhasilan peserta didik hal tersebut dapat ditunjukkan pada perubahan tingkah laku peserta didik berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan sebagainya.


(34)

f. Pengertian IPA

Menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh.Yamin (1987:3) dalam Srini M.Iskandar (2001: 2)

adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada

gejala-Webster (1983) dalam Srini M.Iskandar (2001:2) menyatakan

, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.

dalam Srini M. Iskandar (2001:2)

Science is the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws,

, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.

Menurut Izzatin Kamala (2008:3) b

pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurn

Jurnal internasional oleh Jack Holbrook & Miia Rannikmae dalam (http://www.ijese.com) yang membicarakan tentang penelitian pengajaran ilmiah

(international journal of environmental & science education) mengemukakan

pengertan ilmu pengetahuan sebagai berikut:

Science is scientific concept, which are needed to understand certain phenomena of the natural word and the changes made to it through human

activity (Holbrook & Rannikmae, 2007), artinya Ilmu pengetahuan merupakan

konsep-konsep ilmiah yang diperlukan untuk memahami fenomena tertentu dari alam dan perubahannya melalui aktivitas manusia.


(35)

Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah salah satu kumpulan pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui observasi dan eksperimen yang sistematis, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, hipotesis-hipotesis yang akan terus disempurnakan untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

g. Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1) Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains

kehidupan sehari-hari.

5) Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang pengajaran lainnya.

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 7) Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.

h. Fungsi Mata Pelajaran IPA

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994: 97-98) mata pelajaran IPA berfungsi untuk:

1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.


(36)

2) Mengembangkan keterampilan proses.

3) Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.

4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat pendidikan yang lebih tinggi.

i. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit.

2. Model Quantum Learning

a. Lahirnya Istilah Quatum Learning

Quantum learning dimulai di SuperCamp, sebuah program pemercepatan

belajar yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (De,Porter, 1992). Siswa-siswa di SuperCamp memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreativitas, berkomunikasi, dan membina hubungan kiat-kiat menguasai segala hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa


(37)

murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (Vos-Groenendal, 1991 dalam DePorter, 2005: 4)

Quantum learning menawarkan suatu sintesis, cara-cara baru untuk

memaksimalkan usaha pengajaran melalui perkembangan hubungan, penggubahan belajar, dan penyampaian kurikulum. Metodologi ini dibangun berdasarkan pengalaman selama delapan belas tahun dan penelitian terhadap 25.000 siswa, dan sinergi pendapat dari ratusan guru (DePorter, Reardon, &Nourie,2005: 4).

Quantum learning mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.

b. Pengertian Quantum Learning

Quantum Learning didefinisikan sebagai:

energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali

kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Rumus ini biasa dikenal

dengan E= mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya ( Porter dan Hernacki 2006: 16).

Quantum adalah banyaknya (jumlah) sesuatu (KBBI,1995). Dalam pembelajaran IPA, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran IPA.

Menurut Charlotte Shelton (1998: 1) dalam http://sunartombs. Wordpress. Com/2009/03/09/pengertian-quantum-learning/ menjelaskan tentang pengertian quantum. Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut:

mechanics of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these not material things, rather, they are probability tendencies-energy with potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle


(38)

and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed

quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik

mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini Lebih lanjut Bobbi DePorter dalam artikelnya yang berjudul The

Impact of Quantum Learning (http://www.newhorizons.org) atau

(http://learningforum.com) dalam

(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian -quantum-learning/ menjelaskan pengertian Quantum Learning (QL), sebagai berikut :

Quantum Learning is a Comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. Into integrates research-based best practices in education into a unified whole, making content more

Quantum Learning is about bringing joy to teaching and learning with ever-content a way that engages and energizes students. This model also integrates learning and life skills, resulting in students who become effective lifelong

learners-pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa.

Quantum Learning menjadikan mengajar dan belajar menjadi senang menampilkan isi mereka yang merupakan sebuah jalan yang dapat menyertakan dan memberdayakan siswa. Model ini juga memadukan belajar


(39)

dan kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar yang efektif

selamanya-Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning

adalah keseluruhan model yang mencakup kedua teori pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat dimana terjadi interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya , interaksi, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya yang diperoleh dari banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran, sehingga menjadikan mengajar dan belajar menjadi bermakna dan relevan bagi kehidupan peserta didik.

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang

pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang

disebutnya sebagai suggestopedia

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif (Porter dan Hernacki 2006: 14).

Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan

belajar, dan Neuro-Linguistic Programming (NLP) dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti: teori otak kanan / kiri, teori otak triune

(3 in 1), pilihan modalitas (visual,auditorial, dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic (menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan symbol (Metaphoric Learning) dan simulasi/ permainan


(40)

c. Karakteristik Umum Quantum Learning

Quantum learning memiliki karakteristik umum yang dapat

memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum menurut Sugiyanto (2009: 73-78) meliputi 12 karakteristik, yaitu:

1) Berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah konsep kuantum dipakai.

2) Lebih bersifat humanistis, bukan positivistis- -nativistis

3) Lebih bersifat konstruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis. 4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan

sekedar transaksi makna.

5) Sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

7) Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. 8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

9) Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material.

10) Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

d. Asas Utama Quantum Learning

Bobbi DePorter, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie (2005) mengemukakan asas utama, alasan dasar dibalik segala stategi, model, dan keyakinan Quantum Learning


(41)

harus mampu membawa peserta didik untuk memahami dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid.

Agar memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas, guru harus mengajarkannya dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, Anda dapat membawa mereka kedalam dunia guru, dan memberi mereka pemahaman Anda mengenai isi dunia itu, maka kosakata baru, model, mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam, peserta didik dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.

e. Prinsip-Prinsip Quantum Learning

Lima prinsip atau kebenaran tetap dari Quantum Learning, yaitu: segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha dan jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.

Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Delapan kunci keunggulan quantum learning, sebagai berikut: terapkanlah hidup dalam integritas, akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan, berbicaralah dengan niat baik, hidup di saat ini, tegaskanlah komitmen, jadilah pemilik, tetaplah lentur, dan pertahankanlah keseimbangan.

f. Model Quantum Learning dalam Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas model Quantum Learning

menggunakan berbagai macam metode, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, inquiri, kerja kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas. Metode tersebut tidak ada yang sempurna jika berdiri sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Penggunaan metode penyajian pelajaran secara bergantian akan membuat peserta didik menikmati kegiatan belajarnya dan tidak merasakan


(42)

belajar yang monoton, serta perbedaan karakteristik pada peserta didik dapat terlayani dengan baik.

Menurut Eggen dan Kaucak dalam Sunaryo (2001: 1) siswa belajar secara efektif bila siswa aktif terlibat dalam pengorganisasian penemuan pertalian-pertalian data informasi yang dihadapi. Siswa dikatakan aktif jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur, pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif.

Untuk mempermudahkan mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran kuantum dikenalkan dengan konsep Tandur yang merupakan akronim dari: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Unsur-unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi model quantum learning.

Dalam pelaksanaannya model quantum learning melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah-langkah yang tercermin dalam istilah Tandur yaitu sebagai berikut :

1) Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan diperoleh dari pelajaran tersebut bagi guru dan muridnya. Cobalah untuk menumbuhkan suasana yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati setiap peserta didik, tumbuhkan interaksi dengan peserta didik, yakinkan peserta didik mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah kebutuhan peserta didik, bukan suatu keharusan. Jika sudah demikian, maka peserta didik akan merasakan enjoy dan menikmati belajarnya.

2) Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Jangan sampai menggunakan istilah yang asing dan sulit dimengerti, karena ini akan membuat peserta didik merasa bosan dalam belajar. Unsur alami akan mendorong hasrat alami otak untuk menjelajah.


(43)

3) Namai, dalam pemberian nama harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi peserta didik. Setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, memberikan nama apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi atau rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Setelah itu ajak peserta didik untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.

4) Demonstrasikan, yakni sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Setelah peserta didik mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya karena peserta didik akan mampu mengingat 90% jika peserta didik itu mendengar, melihat dan melakukan. Peserta didik membutuhkan kesempatan yang sama untuk membuat kaitan, latihan dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Doronglah terus agar peserta didik mampu melakukan itu semua dengan tetap dipantau dan diarahkan.

5) Ulangi, yakni tunjukkan kepada para pelajar tentang cara-cara mengulang materi. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ilakukan dengan menggunakan konsep multi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan sering melakukan pengulangan peserta didik akan benar-benar memahami dan menyerapnya dengan baik.

6) Rayakan, yakni untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Maka sudah selayaknya jika peserta didik sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat bertepuk tangan atau bernyanyi bersama-sama.


(44)

Pedoman untuk menerapkan kerangka pembelajaran Tandur dalam pengajaran dan perancangan pelajaran sebagai berikut:

TUMBUHKAN

Mengapa : Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka, mencari

.

Pertanyaan Tuntunan : Hal apa yang mereka pahami? Apa yang mereka setuju ? Apakah manfaatnya bagi mereka (AMBAK) ? Pada apa mereka berkomitmen?

Strategi : Sertakan pertanyaan, pantomime, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita.

ALAMI

Mengapa : Unsur ini memberi pengalaman kepada peserta didik dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah.

keingintahuan mereka.

Pertanyaan Tuntunan : Cara apa yang terbaik agar peserta didik memahami informasi? Permainan atau kegiatan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi

Strategi : Gunakan jembatan keledai, permainan dan simulasi. Perankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.

NAMAI

Mengapa : Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan.


(45)

Penamaan dibangun diatas pengetahuan dan keingintahuan peserta didik saat ini. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar.

Pertanyaan Tuntunan :

yang harus Anda tambahkan pada pengertian mereka? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang berguna untuk mereka ketahui atau gunakan?

Strategi : Gunakan susunan gambar, warna, alat jembatan keledai atau metafora, rujuklah disini.

DEMONSTRASIKAN

Mengapa : Memberi peserta didik peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, dan kedalam kehidupan mereka. Pertanyaan Tuntunan : Dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan

tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru ini? Kriteria apa yang dapat Anda dan mereka kembangkan bersama untuk menuntun kualitas peragaan mereka?

Strategi : Sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik, eksperimen.

ULANGI

Mengapa : Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan

pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukan, drama, dan sebagainya)

Pertanyaan Tuntunan : Cara apa yang terbaik bagi peserta didik untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap peserta didik akan mendapat kesempatan untuk mengulang.


(46)

Strategi : Membuat isian aku tahu bahwa aku tahu, kesempatan bagi peserta didik untuk mengajarkan kepada orang lain (kelompok lain menirukan orang-orang terkenal seperti guru, tokoh, ahli); menggemakan (Anda menyebutkan

peserta didik mengulangnya serentak); pengulangan trio (dalam kelompok terdiri tiga orang, mereka berjalan mengelilingi ruangan sambil mengulang halaman-halaman poster untuk mengulang apa yang telah mereka pelajari bersama); tepuk Yes! (ulurkan satu tangan, letakkan pelajaran pada tangan tersebut, lalu tepuk sambil berkata,

RAYAKAN

Mengapa : Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Sekali lagi, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan!

Pertanyaan Tuntunan : Untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakan? Bagaimana Anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?

Strategi : Pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta kelas.

g. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning

1) Kelebihan Quantum Learning

a) Pembelajaran kuantum menekankan perkembangan akademis dan keterampilan.

b) Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika peserta didik telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari sehingga peserta didik berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit


(47)

demi sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri.

c) Pada pembelajaran kuantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah peserta didik. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa.

d) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran yaitu memberi kesempatan yang luas kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran tidak ada rasa diskriminatif dan membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya.

e) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dipelajari dan dikuasai peserta didik.

f) Quantum learning dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang.

2) Kelemahan Quantum Learning

a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus. b) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup

matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

c) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Tindakan Kelas ini juga merujuk pada Penelitian Tindakan Kelas yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Adapun peneliti yang dimaksud adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh Hermawan Widyastantyo tahun 2007 dalam skripsi dengan judul


(48)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase 11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Isna Noor Izzati tahun 2009 dalam skripsi Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Banyu Putih 04 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepa . Hasil penelitian

tersebut adalah penggunaan pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang konsep bunyi, yaitu ditandai dengan : siswa kelas IV sebanyak 30 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya 43,33% siswa belajar tuntas. Setelah tindakan menjadi 100%.

Perbedaan dari penelitian Hermawan Widyastantyo dan Isna Noor Izzati dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti adalah kemampuan memahami dan kualitas proses pembelajaran IPA, subjek penelitiannya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011, penelitiannya berlangsung 2 siklus dan simpulan dari penelitiannya adalah model quantum

learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dan

meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Sementara itu persamaan dari penelitian ini adalah salah satu variabelnya mengunakan pendekatan yang sama yaitu quantum learning dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari apa yang diteliti.

Berpijak dari penelitian-penelitian yang terdahulu maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum


(49)

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V tergolong rendah terbukti sebanyak 56% peserta didik mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, belum menggunakan model-model pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan peserta didik. Peserta didik hanya mendengar, mencatat, dan menghafal, akibatnya motivasi peserta didik untuk mengikuti pelajaran berkurang, peserta didik merasa bosan karena guru jarang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan memahami peserta didik tidak bisa optimal.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan memahami peserta didik pada materi sifat-sifat cahaya. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan memahami peserta didik dalam pembelajaran IPA. diantara berbagai model pembelajaran, model quantum learning dengan kerangka pembelajaran Tandur, diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan memahami peserta didik. Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas model

quantum learning akan diterapkan dalam 2 siklus dengan indikator ketercapaian

pada siklus 1 sebanyak 70% peserta didik mendapatkan nilai diatas KKM, pada siklus 2 ditingkatkan sebanyak 80% peserta didik mendapatkan nilai diatas KKM.

Pada kondisi akhir diduga melalui model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V.

Secara skematis kerangka berpikir dapat digambarkan pada gambar berikut:


(50)

Gambar 02. Alur Kerangka Berpikir

Guru dalam pembelajaran lebih banyak ceramah, belum

menggunakan model-model pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan peserta didik Kondisi Awal

Melalui PTK guru menerapkan model quantum learning dengan kerangka pembelajaran Tandur Tindakan

Diduga melalui model quantum

learning dapat meningkatkan

kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA Kondisi Akhir


(51)

D. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sukidin dkk, 2002: 70). Sedangkan menurut Sarwiji Suwandi merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah http://id.wikipedia.org

terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya

Lebih lanjut pengertian hipotesis menurut St. Y. Slamet dan Suwarto

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu dugaan awal untuk memberikan jawaban sementara dari masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.

Terdapat dua macam hipotesis penelitian menurut Sukidin dkk( 2002: 70) yaitu hipotesis tindakan dan hipotesis penelitian konvensional. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti.

maka ti

Hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variable atau lebih akan menyatakan adanya perbedaan mean antara dua kelompok atau lebih.

Sebelum merumuskan hipotesis hal-hal yang dapat dilakukan oleh peneliti agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat menurut Sarwiji Suwandi (2009: 35) diantaranya : (1) pengkajian teoritik di bidang pembelajaran/ pendidikan. (2) pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan, (3) diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya, (4) pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program, (5) perefleksian pengalaman sebagai guru.


(52)

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka dalam penelitian ini dapat di kemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011.


(53)

commit to user

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD negeri Karangpelem 1 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan sekolah tersebut belum pernah digunakan untuk penelitian sejenis sehingga mengurangi kemungkinan terjadi penelitian ulang dan juga letaknya dekat dengan tempat tinggal peneliti

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 7 bulan dari bulan Januari hingga bulan Juli 2011. Rincian penelitian tersebut sebagai berikut : penyusunan dan pengajuan proposal, mengurus ijin penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data, penyusunan skripsi dan sidang skripsi, revisi, penggandaan dan penjilidan. Adapun rencana waktu penelitian selengkapnya pada tabel 04 berikut:


(54)

Tabel 04. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

N o

Kegiatan

Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan dan

pengajuan proposal

X X X X X X

2 Mengurus izin penelitian

X

4 Pelaksanaan A Pelaksanaan pra

siklus

X

B Penyusunan instrumen

X

C Pelaksanaan siklus I

X

D Pelaksanaan siklus II

X

6 Analisis data X X

7 Penyusunan skripsi

X X X X X X X X X X

8 Sidang skripsi X

8 Revisi X

9 Penggandaan


(55)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan ini adalah peserta didik dan guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011 peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V dengan jumlah peserta didik 34 anak yang terdiri dari 13 peserta didik perempuan dan 21 peserta didik laki-laki. Sementara guru kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah ibu Wariyati, S.Pd.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 1 Karangpelem Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen dengan menerapkan model quantum learning.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 dalam Rochiati Wiriattmadja, 2008: 11). Penelitian tindakan kelas adalah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas.

Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, kemudian direfleksikan untuk mencari kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran dan pemecahan masalahnya. Setelah itu, masalah ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan perbaikan yang terencana dan terstruktur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, peserta didik, dan anggota sekolah yang lain untuk menciptakan suatu kinerja yang optimal.

Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan/ ditargetkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang


(56)

didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.

2. Strategi Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, strategi yang digunakan adalah tindakan siklus. Tindakan ini menggunakan cara putaran atau putaran berkali-kali, artinya dalam PTK bisa menggunakan beberapa siklus tindakan. Didalam setiap siklus tindakan terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA materi sifat-sifat

cahaya dengan kerangka pembelajaran Tandur.

2) Membuat dan menyiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi/ pengamatan aktivitas peserta didik dan kinerja guru selama melakukan kegiatan pembelajaran di kelas.

3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4) Mempersiapkan media yang akan digunakan. b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanakan tindakan dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran diamati dan direfleksikan.

c. Tahap observasi

Observasi berupa pengamatan hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan dengan mengamati penerapan tindakan yang sudah direncanakan pada pembelajaran yang sesungguhnya. Pada tahap ini observer berpedoman pada pedoman observasi, mengamati pelaksanaan pembelajaran sehingga memperoleh data tentang aktivitas peserta didik dan kinerja guru, kekurangan pelaksanaan tindakan dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.


(57)

d. Tahap refleksi

Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan pada tahap refleksi diawali dengan menganalisis hasil pengamatan sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang telah mencapai tujuan penelitian dan bagian yang masih perlu diperbaiki. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan dengan adanya peningkatan kemampuan memahami atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi

(reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis ( reflective) tentang

perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik; (b) suasana kelas; dan (c) guru. Pada tahap ini peneliti dan guru menjawab pertanyyan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) tindakan telah menghasilkan perubahan secara signifikan.

D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Data kualitatif yang berupa daftar nama peserta didik kelas V, hasil pengamatan aktivitas peserta didik maupun guru, hasil dokumentasi, serta dokumen yang berisi kurikulum yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Data Kuantitatif yang berupa daftar nilai peserta didik sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian.

2. Sumber Data

Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi:

1) Sumber data primer yaitu peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen.

2) Sumber data sekunder diantaranya: dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil tes.


(1)

commit to user

Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus II.

Hasil Observasi Guru Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 2,8 3,4

Pertemuan 2 3,1 3,7

Rata rata 2,95 3, 55

Kriteria Baik Sangat Baik

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa hasil observasi kinerja guru mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I adalah 2,95 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,55 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model quantum learning dapat membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap kinerja guru. Hal ini dapat direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model quantum learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Peningkatan rata-rata hasil observasi kinerja guru kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II dengan model quantum learning dapat disajikan pada gambar 8 berikut ini

Gambar 8. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru KelasV SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Sikus II

R a t a -r a t a


(2)

90

Sementara itu hasil dari peningkatan aktivitas peserta didik kelas V SD Negeri I Karangpelem dalam proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning antara lain:

a. Peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Peserta didik lebih antusias dalam megikuti pelajaran

c. Meningkatkan konsentrasi dan keseriusan peserta didik.

d. Memberikan wahana interaksi antar peserta didik, maupun peserta didik dengan guru, dengan demikian peserta didik juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik dilibatkan langsung dalam proses pengetahuannya.

f. Keterampilan memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi sifat-sifat cahaya yang dipelajari meningkat.

Berdasarkan hasil observasi (lampiran 11, 15, 20, 24), peningkatan kualitas proses pembelajaran peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning dapat dilihat dari tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II.

Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 2,4 3,0

Pertemuan 2 2,6 3,4

Rata rata 2,5 3, 2

Kriteria Baik Sangat Baik

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus I adalah 2,5 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,2 dengan kriteria sangat baik.


(3)

commit to user

Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model quantum learning dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran terhadap peserta didik. Hal ini dapat direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model quantum learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

Peningkatan rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II dengan model quantum learning dapat disajikan pada gambar 8 berikut ini:

Gambar 9. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Sikus II

Berdasarkan hasil analisis observasi di atas dapat dilihat bahwa hasil kinerja guru dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning berhasil meningkat, baik dari siklus I sampai ke siklus II. Peningkatan proses pembelajaran ini juga mengakibatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik mengalami peningkatan.

R a t a -r a t a


(4)

commit to user

92

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 01 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model quantum learning dapat meningkatkan: Kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 01 Karangpelem. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tes pra siklus atau kondisi awal sebelum dilaksanakan adalah 57,02 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 56%, siklus I menghasilkan nilai rata-rata kelas 66,61 dengan persentase ketuntasan klasikal 74%, dan siklus II menghasilkan nilai rata-rata kelas 74,63 dengan persentase ketuntasan klasikal 85%. Dengan demikian penerapan model

quantum learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan penelitian yaitu: penerapan model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem, maka implikasi penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning

dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 01 Karangpelem Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menerapkan model

quantum learning sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, 92


(5)

commit to user

karakteristik peserta didik, dan sarana prasarana yang tersedia. Dari hasil penelitian ini, maka penerapan model quantum learning dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kemampuan memahami peserta didik.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya meningkatkan nilai kemampuan memahami peserta didik dan kualitas proses pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan model pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model quantum learning.

2. Bagi Guru

Guru dalam mengajar hendaknya menerapkan model quantum learning

dalam pembelajaran IPA. Penggunaan model quantum learning dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya.


(6)

94

3. Bagi Peserta Didik

a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran dengan quantum learning sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar.

b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan quantum learning dan rajin belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR TENTANG SIFAT SIFAT CAHAYA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MOJO ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 72

PENDAHULUAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SDN 02 DOPLANG KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

1 2 7

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri I Semagarduwur Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Aja

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD 1 LORAM KULON

0 0 24

1 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN MODEL INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DUKUHAN KERTEN NO.58 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 18

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DI KELAS V SD NEGERI 2 SROWOT

0 0 16

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD NEGERI 3 ARCAWINANGUN

0 0 13

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN MATERI SIFAT - SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD NEGERI BANGUNREJO 1 SEMESTER 2 TAHUN 2011 SKRIPSI

0 0 187

Peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas V dalam materi sifat-sifat cahaya menggunakan metode eksperimen berbasis pendekatan inkuiri di SD Negeri 1 Selokerto Sempor semester II tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

0 0 116