Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD, SMP sampai SMA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Proses IPA mencakup observasi, klasifikasi dan pengukuran. Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten Carin 1993: 5, dalam Srini M.Iskandar, 2001: 16 sebagai berikut: 1 mengamati apa yang terjadi, 2 mencoba memahami apa yang terjadi, 3 mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, 4 menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah adalah: 1 mata pelajaran IPA berfaedah bagi suatu bangsa, 2 IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis, 3 mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi kemampuan dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan Srini M Iskandar, 2001: 17 Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar peserta didik memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam Depdikbud, 1997: 2. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan peserta didik secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. IPA khususnya tentang sifat-sifat cahaya tidak bisa diajarkan hanya 1 commit to user 2 dengan pemberian teori-teori yang harus dihafal oleh peserta didik. Untuk anak- anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Akan tetapi kenyataan di lapangan membuktikan guru dalam proses belajar mengajar penyampaian pengetahuan baru yang diberikan kepada peserta didik sering menekankan pada belajar menghafal sehingga pengetahuan yang telah didapat akan cepat hilang dari ingatan, peserta didik hanya diberikan secara langsung pemahaman IPA tanpa melibatkan media atau alat peraga untuk memperjelas pemahaman materi yang diajarkan dan juga peserta didik tidak pernah dilibatkan dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan yang peserta didik dapat. Oleh karena itu peserta didik merasa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan. Dari hasil tes kemampuan awal tentang sifat-sifat cahaya yang dilakukan peneliti sebelum tindakan, diperoleh data sebagai berikut sebanyak 44 atau 15 peserta didik mendapat nilai diatas KKM dan terdapat 56 atau 19 peserta didik mendapat nilai dibawah KKM, data terdapat pada lampiran 7 hal 115. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah KKM di SD Negeri 1 Karangpelem dan ini berarti kemampuan memahami peserta didik kelas V masih tergolong rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan memahami peserta didik rendah karena pembelajaran yang dilakukan cenderung di dominasi oleh guru guru lebih aktif daripada peserta didik guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi tanpa melibatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. Banyak guru yang beranggapan bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling mudah, praktis dan efisien. Guru hanya menstranfer ilmu yang dimilikinya dan menganggap peserta didik sudah menguasai materi sama halnya dengan apa yang telah guru kuasai, padahal banyak peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi. Selain itu guru tidak membuat pembelajaran yang bervariasi yang mengajak peserta didiknya aktif dalam pembelajaran. Peserta didik hanya pasif mendengarkan, mencatat, dan commit to user 3 mengerjakan tugas dari guru, ada juga peserta didik yang asyik bermain sendiri. Hal ini menyebabkan daya kreatifitas menjadi terbatas dan pola pikir kritis sulit dibangun, perhatian dan keaktifan peserta didik berkurang sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan khususnya pada mata pelajaran IPA Berpijak dari ulasan diatas, maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V. Guru harus pandai menentukan model pembelajaran yang dapat menunjang tujuan yang diharapkan. Melalui model pembelajaran yang menyenangkan yang digagas oleh Potter, yaitu model Quantum Learning dengan kerangka pembelajaran Tandur tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan peserta didik akan diajak belajar dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Quantum learning mempunyai beberapa keunggulan dan ciri khas sendiri yang sangat unik dan jarang dimiliki oleh model pembelajaran yang lain. Empat ciri yang cukup menonjol dalam quantum learning 41-43 adalah sebagai berikut: 1 adanya unsur demokrasi dalam pengajaran, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, 2 adanya kepuasan pada diri si anak, terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh peserta didik, 3 adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan, terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai peserta didik, 4 adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan peserta didik dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya sehingga terjalin ikatan emosional yang kuat antara keduanya dan menjadikan belajar semakin menyenangkan. commit to user 4 Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih memperhatikan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan berupaya mengembangkan apa yang telah di terimanya. Berdasarkan ulasan diatas dengan menerapkan model quantum learning, maka dalam menciptakan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan bagi peserta didik dan meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA di SDN 1 Karangpelem dapat tercapai. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan k kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR TENTANG SIFAT SIFAT CAHAYA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 MOJO ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 72

PENDAHULUAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SDN 02 DOPLANG KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

1 2 7

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) (Penelitian Tindakan Kelas pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri I Semagarduwur Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri Tahun Aja

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD 1 LORAM KULON

0 0 24

1 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN MODEL INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DUKUHAN KERTEN NO.58 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 20162017

0 0 18

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DI KELAS V SD NEGERI 2 SROWOT

0 0 16

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS V SD NEGERI 3 ARCAWINANGUN

0 0 13

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN MATERI SIFAT - SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD NEGERI BANGUNREJO 1 SEMESTER 2 TAHUN 2011 SKRIPSI

0 0 187

Peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas V dalam materi sifat-sifat cahaya menggunakan metode eksperimen berbasis pendekatan inkuiri di SD Negeri 1 Selokerto Sempor semester II tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

0 0 116