Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Soemitro, Rochmat, 1998, Azas Dan Dasar Perpajakan 2, Refika Aditama, Jakarta Sihaloho. Cyrus, Drs, 2000, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

dilengkapi dengan Pokok Bahasan, Rangkuman, Latihan dan Aturan Pelaksanaan Yang Baru, Rajawali, Jakarta

PeraturanPerundang-undangan

Pemeritah Republik Indonesia, PeraturanMenKeu No.82/PMK.03/2011tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan

Surat Edaran Nomor: SE-85/PJ/ 2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.


(2)

BAB III

Gambaran Data PKLM

3.1Ketentuan Pemeriksaan Pajak

Di dalam melakukan pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak harus berdasarkan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku yang terdiri dari ketentuan formal dan ketentuan material. Ketentuan formal pemeriksaan pajak berdasarkan Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, sedangkan ketentuan material berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan dan Undang-Undang-Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3.2Dasar Hukum Pemeriksaan

3.2.1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undanu-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

3.2.2 Peraturan Menteri Keuangan No.82/PMK.03/2011, tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

3.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpjakan).


(3)

Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jendral Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak, yang diberi tugas, wewnang dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan.( Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesi Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertannggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak-hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.( Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha, atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktotorat Jendral Pajak. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesi Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jendral Pajak. ( Pertaturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Ulang adalah pemeriksaan dilakukan terhadap wajib pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya.( Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).


(4)

Pemeriksaan Kriteri Seleksi adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak yang dipilih berdasarkan resiko kepatuhan secara komputerisasi.( Surat Edaran Nomor SE-85/PJ/2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap waib pajak sehubungan dengan informasi, data, laporan, atau pengaduan yang berkaitan dengannya untuk memperoleh informasi atau data untuk tujuan tertentu.( Surat Edaran Nomor SE-85/PJ/2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak).

Pemeriksaan Tahun Berjalan adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis pajak dan/atau untuk mengumpulkan data dan/atau keterangan untuk tujuan tertentu.( Surat Edaran Nomor SE-85/PJ/2011 tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak).

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak adalah surat perintah untuk melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. ( Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

Kertas Kerja Pemeriksaan adalah catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai prosedur permeriksaan yang ditempuh kemudian, bukti dari keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.

Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secar ringkas dan jelas sesuai


(5)

dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.( Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak).

3.4Tujuan Pemeriksaan Pajak

3.4.1Menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya berupa :

3.4.1.1 Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar atau rugi.

3.4.1.2 Surat Pemberitahuan (SPT) tidak atau terlambat disampaikan.

3.4.1.3 Surat Pemberitahuan (SPT) memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jendral Pajak untuk diperiksa.

3.4.1.4 Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. 3.4.2Tujuan lain antara lain :

3.4.2.1 Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan. 3.4.2.2 Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

3.4.2.3 Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). 3.4.2.4 Wajib Pajak mengajukan keberatan.

3.4.2.5 Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan netto. 3.4.2.6 Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

3.4.2.7 Penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil.

3.4.2.8 Penentuan salah satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3.4.2.9 Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

3.5Standar Pemeriksaan Pajak 3.5.1 Standar Umum


(6)

Standar umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pemeriksaaan Pajak dan mutu pekerjaannya.

Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang :

3.5.1.1 Telah mendapatkanpendidikan dan pelatihan teknis yag cukup serata memiliki ketrampilan sebagai pemeriksa pajak, dan menggunakan ketrampilannya secara cermat dan seksama.

3.5.1.2 Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara.

3.5.1.3 Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundag-undangan, termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan.

3.5.2 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan sesuai standar pelaksanaan, yaitu :

3.5.2.1 Pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama.

3.5.2.2 Luas Pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik sampling, dan pengujian lainnya berkenaan dengan Pemeriksaan.

3.5.2.3 Temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3.5.2.4 Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang supervisor, seorang ketua tim dan seorang atau lebih anggota tim.


(7)

3.5.2.5 Tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 2.4 dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki kaehlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), baik yang berasal dari Direktorat Jendral Pajak maupun yang berasal dari instasi di luar Direktorat Jendral Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak sebagai tenaga ahli seperti peterjemah bahasa, ahli dibidang teknologi informasi, dan pengacara.

3.5.2.6 Apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instasi lain.

3.5.2.7 Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jendral Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.

3.5.2.8 Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.

3.5.2.9 Pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kerja Keras Pemeriksan.

3.5.2.10 Laporan Hasil Pemeriksaan digunakan sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak.

3.5.3Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan.

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu :


(8)

3.5.3.1 Laporan Hasil Pemerksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung yemuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakn, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan Pemeriksaan. 3.5.3.2 Laporan Hasil Pemeriksaan antara lain :

a. Penugasan Pemeriksaan b. Identitas Wajib Pajak

c. Pembukuan ataun pencatatan Wajib Pajak d. Pemenuhan kewajiban perpajakan

e. Data/informasi yang tersedia f. Buku dan dokumen yang dipinjam g. Materi yang diperiksa

h. Uraian hasil Pemeriksaan i. Ikhtisar hasil Pemeriksaan j. Penghitungan pajak terutang

k. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak 3.6Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa Pajak 3.6.1 Kewajiban Pemeriksa Pajak

3.6.1.1 Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tentang akan dilakukan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

3.6.1.2 Memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada Wajib Pajak pada waktu melakukan Pemeriksaan.


(9)

3.6.1.3 Menjelaskan alas an dan tujuan Pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

3.6.1.4 Memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan.

3.6.1.5 Menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan kepad Wajib Pajak. 3.6.1.6 Memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Hasil

Akhir Pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditentukan.

3.6.1.7 Melakukan pembinana kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3.6.1.8 Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

3.6.1.9 Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau dibertahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka Pemeriksaan. 3.6.2 Wewenang Pemeriksa Pajak

3.6.2.1 Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

3.6.2.2 Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.

3.6.2.3 Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,


(10)

uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

3.6.2.4 Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain :

a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara memerlukan peralatan dan/atau

keahlian khusus.

b. Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak.

c. Melakukan penyegelan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan. 3.6.2.5 Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau

tidak bergerak.

3.6.2.6 Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak.

3.6.2.7 Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan.

3.7Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

3.7.1 Hak Wajib Pajak apabila dilakukan Pemeriksaan

3.7.1.1 Meminta kepada petugas pajak untuk menunjukkan tanda pengenal pameriksa. 3.7.1.2 Meminta surat pemerintah pemeriksa pajak.


(11)

3.7.1.4 Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa pajak.

3.7.1.5 Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain. 3.7.2 Kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan Pemeriksaan

3.7.2.1 Memperlihatkan atau meminjamkan buku, cacatan, atau dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak atau objek yang terutang pajak. 3.7.2.2 Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan

yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan membantu guna kelancaran pemeriksaan.

3.7.2.3 Memberikan keterangan yang diperlukan. 3.8Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 jangka waktu pemeriksaan terdiri dari :

3.8.1 Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 bulan yang dihitung sejak tanggal waib pajak dating memenuhi surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

3.8.2 Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah sampai sengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

3.8.3 Apabila dalam pemeriksaan lapangan ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/atau transaksi lain yang berindikasi adanya rekayasa


(12)

transaksi keuangan yang memerlukan pengujian yang lebih lama, pemeriksaan lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2 tahun.

3.8.4 Dalam hal pemeriksaan dilakukan atas Surat Pemberitahuan Lebih Bayar, jangka waktu pemeriksaan tersebut harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

3.9 Laporan Hasil Pemeriksaan

Setiap pemeriksaan selalu diakhiri dengan pertanggungjawaban yaitu dengan menyusun laporan pemeriksaan.Dalam pemeriksaan pajak, pembuatan laporan pemeriksaan itu menjadi keharusan. Laporan ini akan mencerminkan watak dan profesionalisme pemeriksa. Selain itu, dalam laporan ini akan diketahui kekurangan yang ditemui oleh pemeriksa pajak dalam pembukuan diri wajib pajak.

Kegiatan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan yang disusun sesuai dengan standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu :

3.9.1 Laporan Hasil Pemeriksaan disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan pemeriksa pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.

3.9.2 Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewaijban perpajakan antara lain mengenai :

3.9.2.1 Penugasan Pemeriksaan 3.9.2.2 Identitas Wajib Pajak


(13)

3.9.2.3 Pembukuan ataun pencatatan Wajib Pajak 3.9.2.4 Pemenuhan kewajiban perpajakan

3.9.2.5 Data/informasi yang tersedia 3.9.2.6 Buku dan dokumen yang dipinjam 3.9.2.7 Materi yang diperiksa

3.9.2.8 Uraian hasil Pemeriksaan 3.9.2.9 Ikhtisar hasil Pemeriksaan 3.9.2.10 Penghitungan pajak terutang

3.9.2.11 Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak

3.10 Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Berdasarkan pasal 31 Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksa wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) kepada wajib pajak, dan hak wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference) dalam batas waktu ditentukan. Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam batas waktu yang ditentukan, hasil pemeriksaan ditindak lanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan Undang-Undang No.16/2009, Direktorat Jendral Pajak karena jabatan atau permohonan wajib pajak dapat membatalkan Hasil Pemeriksaan Pajak atau Surat Ketetapan Pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa penyampaian SPHP atau pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak.

Tata cara pemberitahuan hasil pemeriksaan dan pembahasan akhir hasil pemeriksaan terdapat dalam pasal 22, pasal 23, pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 antara lain:


(14)

3.10.1 Hasil pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada wajib pajak dengan memberi hak kepada waib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir.

3.10.2 Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak tidak dilanjuti apabila pemeriksaan dilanjuti dengan pemerikaan bukti permulaan.

3.10.3 SPHP besreta lampirannya disampaikan oleh pemeriksa pajak melalui kurir, faksimili, pos, atau jasa pengiriman lainnya.

3.10.4 Wajib Pajak memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan berhak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan paling lama 3 hari kerja sejak SPHP diterima oleh wajib pajak untuk pemeriksaan kantor dan 7 hari kerja sejak SPHP diterima oleh wajib pajak untuk pemeriksaan lapangan.

3.10.5 Apabila dalam jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan (PAHP), pemeriksa pajak menggunakan tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.

3.10.6 Apabila dalm jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi persetujuan tatas seluruh hasil pemeriksaan namun tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditandatangai oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.


(15)

3.10.7 Apabila dalm jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan dan hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut sebagai dasar untuk melakukan pembahasab akhir hasil pemeriksaan dengan wajib pajak dan hasil pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan dan berita acara PAHP, yang ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.

3.10.8 Apabila dalm jangka waktu tersebut, wajib pajak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan yang berisi tentang ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan dan tidak hadir dalam PAHP, pemeriksa pajak menggunakan surat tanggapan tersebut untuk membuat risalah pembahasan dan berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.

3.10.9 Apabila dalm jangka waktu tersebut, wajib pajak tidak menyampaikan surat tanggapan hasil pemeriksaan dan tidak hadir PAHP, pemeriksa pajak membuat berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, yang ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak dan wajib pajak.

3.10.10 Dalam hal wajib pajak tidak hadir dalam PAHP dan pemeriksa pajak telah membuat dan menandatangani berita acara ketidakhadiran wajib pajak dalam PAHP, maka PAHP dianggap telah dilaksanakan.

3.10.11 Dalam hal wajib pajak menolak menandatangani berita acara PAHP, pemeriksa pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam berita acara PAHP.


(16)

3.10.12 Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara wajib pajak dengan pemeriksa pajak dalam PAHP, wajib pajak dapat mengajukan permintaan agar perbedaan pendapat tersebut dibahas lebih dahulu oleh tim pembahas yang dibentuk oleh Direktorat Jendral Pajak.

3.10.13 Hasil pembahasan oleh tim pembahas dituangkan dalam risalah tim pembahas yang merupakan bagian dari kertas kerja pemeriksaan.

3.10.14 Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor harus diselesaikan paling lama 3 minggu.

3.10.15 Jangka waktu PAHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling lama1 bulan.

3.10.16 Risalah pembahasan dan berita acara PAHP, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Hasil Pemeriksaan.

3.10.17 Pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak dihitung sesuai dengan PAHP, kecuali sebagaimana yang dimaksud dalam angka 3.10.6, 3.10.8 dan 3.10.9.


(17)

BAB IV

ANALISA dan EVALUASI

4.1 Analisa

Indonesia menggunakan sistem self assessment dalam pemungutan pajak yang diatur dalam Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakannya.Sistem ini berlaku mulai tahun 1984. Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Indonesia dengan sistem self assessment memberikan kewenangan yang besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang. Kewajiban dalam sistem self assessment tersebut dituangkan Wajib Pajak dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh Wajib Pajak kepada Direktorat Jendral Pajak ( Kantor Pelayanan Pajak).

Dalam sistem self assessment pemberdayaan masyarakat adalah hal yang paling pokok, dimana prinsip itikad baik merupakan tuntutan moral menyelenggarakan pembukuan untuk keperluan pajak. Dalam pelaksanaan penyelanggaraan pembukuan atau pencatatan terjadinya pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, selain dalam bentuk tax evasion dapat juga terjadi karena kelalaian memenuhi kewajiban perpajakan, yang dapat disebabkan karena :

4.1.1 Ketidaktahuan (ignorance), yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4.1.2 Kesalahan (error), yaitu Wajib Pajak paham dan mengerti mengenai peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi salah paham dalam menerapkan dan menghitung besar pajak terutangnya.


(18)

4.1.3 Kesalah pahaman (misunderstanding), yaitu Wajib Pajak salah menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4.1.4 Kealfaan (negligence), yaitu Wajib Pajak alfa untuk menyimpan buku serta bukti-buktinya secara lengkap.

Surat Pemberitahuan (SPT) digunakan sebagai dasar dilakukannya pemeriksaan pajak. Status/keadan SPT yang dilaporkan Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak akan menentukan apakah Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan atau tidak. SPT Lebih Bayar, SPT Rugi, dan SPT tidak masuk sesuai dengan Undang-Undang harus dilakukan pemeriksaan.SPT juga digunakan sebagai dassar menghitung utang pajak.

Dalam Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan tersebut diperlukan adanya penegakan hukum untuk menjamin kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.Kepatuhan dalam pelaksanaan peraturan tersebut bersifat mutlak.Sehingga tidak ada alasan bagi Wajib Pajak untuk tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Bagi Wajib Pajak yang tidak patuh akan menimbulkan keinginan untuk melakukan penyeludupan pajak dan penggelapan pajak yang pada akhirnya menimbulkan kerugian pajak. Bagi Wajib Pajak yang tidak atau kurang patuh akan dikenakan sanksi/denda. Sanksi tersebut ada yang berupa uang maupun sanksi pidana untuk tindak pidana perpajakannya.

Kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilihat dari pemahaman dan usaha pemahaman ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pengisian formulir pajak secara lengkap dan jelas, penghitungan besar pajak terutang secara benar, dan pembayaran pajak terutang tepat waktu.


(19)

Direktorat Jendral Pajak mempunyai sarana untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak yaitu melalui pelaksanaan pemeriksaan pajak.Diharapkan melalui pemeriksaan pajak Wajib Pajak semakin patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.Tujuan pemeriksaan pajak diantaranya adalah untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaksanaan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Kepatuhan dalam pelaksanaan peraturan tersebut ada dua macam yaitu Kepatuhan Administrasi yang terdiri dari kepatuhan dalam melaporkan pajak yang seharusnya terutang menurut Undang-Undang, dan Kepatuhan Material yang terdiri dari kepatuhan dalam melaporkan dan memungut pajak yang seharusnya terutang menurut Undang-Undang.

Berikut data jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dari tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut :

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

WP OP 58.282 71.441 96.108 117.484 116.807

WP Badan 7.267 7.954 8.700 9.648 10.595

Jumlah 65.549 79.395 104.808 127.132 127.402

Sumber : KPP Pratama Medan Polonia

Dari jumlah data jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia tidak semua Wajib Pajak patuh dengan kewajiban perpajakannya. Hal itu dapat di lihat dari jumlah data Wajib Pajak yang mengembalikan Surat Pemberitahuan (SPT) sebagai berikut :


(20)

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

WP OP 5.891 8.706 20.099 24.736 27.685

WP Badan 1.855 2.020 2.378 2.221 2.459

Jumlah 7.746 10.726 22.477 26.957 30.144

Sumber : KPP Pratama Medan Polonia

Dari jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, Wajib Pajak yang terdaftar dalam penyampaian SPT PPh pasal 21 dapat di lihat dari tabel berikut ini :

Tahun WP yang

terdaftar WP yang aktif SPT PPh pasal 21 jan-nov SPT PPh pasal 21 des SPT PPH pasal 21 KB SPT PPh pasal 21 LB SPT PPh pasal 21 Nihil

2009 26.524 26.167 25.858 2.988 7.177 68 21.601

2010 27.517 27.159 32.810 3.163 8.632 137 27.204

Jumlah 54.041 53.326 58.668 6.151 15809 205 48.805

Sumber : KPP Pratama Medan Polonia

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa jumlah Wajib Pajak yang tedaftar dengan jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT sangat berbanding jauh dan dapat di ketahui juga bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih sangat rendah, khususnya Wajib Pajak yang terdaftar dan yang mengembalikan SPT PPh pasal 21.


(21)

Berikut data jumlah Wajib Pajak yang dilakukan tindakan pemeriksaan :

Jenis Pemeriksaan

Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Januari s/d Desember 2010

Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Januari s/d Desember 2011

OP Badan OP Badan

Pemeriksaan Khusus 2 7 2 5

Rutin All Taxes 35 62 42 34

Rutin Single 0 88 0 93

Jumlah 37 157 44 132

Sumber : KPP Pratama Medan Polonia

Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak tersebut perlu dilaksanakan pemeriksaan pajak oleh Direktorat Jendral Pajak.

4.2Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak yang susunannya terdiri dari beberapa supervisior, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa/penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional.

4.2.1 Tata cara pelaksanaan pemeriksaan pajak harus sesuai dengan :

4.2.1.1 Peraturan Meneteri Keuangan Nomor 82/PMK.03.2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

4.2.1.2 Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-123/PJ/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.

4.2.1.3 Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-142/PJ/2005 tentang Petunjuj Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor.


(22)

4.2.2 Pemeriksaan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan dan standar pelaporan pemeriksaan.

4.2.3 Tim Pemeriksa Pajak harus mencantumkan dasar hokum berupa ketentuan pelaksaannya serta bukti-bukti pendukungnya, atas setiap temuan pemeriksaan. 4.2.4 Temuan pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak melalui

penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang penyampaiannya hanya dapat dilakukan satu kali.

4.2.5 Wajib Pajak harus diberi kesempatan hadir untuk melakukan pembahasan akhir hasil pemerksaan. Pembahasan akhir harus dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan yaiu satu bulan untuk pemeriksaan lapangan dan tiga minggu untuk pemeriksaan kantor.

4.2.6 Dalam hal dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, baik Tim Pembahas Tingkat Unit Pelaksana Pemeriksaan maupun Tingkat Kantor Wilayah, harus diperhatikan hal-hal berikut :

4.2.6.1 Tim Pembahas dibentuk oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan atau Kepala Kantor Wilayah DJP dan atas nama Direktorat Jendral Pajak yang bertugas. 4.2.6.2 Tim Pembahas akan melaksanakan tugasnya dalam hal terdapat permohonan dari

Wajib Pajak.

4.2.6.3 Pembahasan oleh Tim Pembahas hanya dilakukan antara Tim Pemeriksa Pajak dan Tim Pembahas tanpa dihadiri oleh Wajib Pajak.

4.2.7 Apabila hasil pemeriksaan ternyata berbeda dengan profil wajib Pajak, tim pemeriksa pajak harus menjelaskan perbedaan trsebut dalam Kertas Kerja


(23)

Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan serta mengirimkan data perbedaan tersebut kepada Seksi Pengawasan dan Konsultasi terkait.

4.2.8 Dalam hal pemeroksaan dilaksanakan berdasarkan satu Surat Perintah Pemeriksaan yang meliputi satu atau beberapa jenis pajak dan satu atau beberapa masa pajak, maka Nota Perhitungan dan Surat Ketetapan Pajak harus diterbitkan untuk setiap Masa Pajak dan Jenis Pajak.

Adapun prosedur Pemeriksaan Pajak yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pajak adalah :

1. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak.

2. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib Pajak. 3. Meminta keterangan lisan dan/atau tulisan Wajib Pajak yang diperiksa.

4. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan dokumen, uang, barang yang dapat memberi petunjuk.

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut, apabila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan tersebut.

4.3Faktor-Faktor yang Menyebabkan Dilakukannya Tindakan Pemeriksaan Dalam hal menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Wajib Pajak, maka Wajib Pajak dapat diperiksa apabila :

1. Surat Pemberitahuan (SPT) yang menyatakan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.


(24)

3. Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.

4. Surat Pemberitahuan (SPT) yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktur Jendral Pajak.

5. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan (SPT) tidak dipenuhi.

Pemeriksaan Pajak juga dapat dilakukan karena adanya indikasi ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam menjalankan sistem self assessment yaitu :

1. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban intern, yaitu dalam pembayaran atau pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa atau Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN Lebih Bayar Restitusi dan SPT Masa PPN Lebih Bayar Kompensasi Desember.

2. Ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam kewajiban tahunan, yaitu dalam menghitung pajak atas dasar sistem self assessment dan melaporkan perhitungan pajak dalam Surat Pemberitahuan (SPT) pada akhir tahun pajak serta melunasi hutang pajaknya.

3. Ketidakpatuhan Wajib Pajak terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan melalui pembukuan sebagaimana mestinya.

Sedangkan pemeriksaan khusus juga dapat dilakukan oleh fiskus anatara lain dapat dilakukan dalam hal :

1. Adanya dugaan melakukan tindak pidana. 2. Pengaduan masyarakat.


(25)

3. Terdapat data baru atau data semula yang belum terungkap yang dilakukan melalui pemeriksaan ulang Direktorat Jendral Pajak.

4. Permintaan Wajib Pajak.

5. Pertimbangan Direktorat Jendral Pajak.

6. Untuk memperoleh informasi atau data tertentu dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4.4Kendala yang Dihadapi Pemeriksa Pajak dalam Menjalankan Tugasnya 4.4.1 Alamat Wajib Pajak berbeda antara yang ada di Sistem dan keadaan di lapangan. 4.4.2 Wajib Pajak melakakuan tindakan penolakan terhadap proses pemeriksaan. 4.4.3 Kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan.

4.4.4 Semenjak modernisasi, semakin banyak prosedur administrasi formal yang harus dilakukan Pemeriksa Pajak dalam setiap pemeriksaan. Hal tersebut memakan waktu yang tidak sedikit, sehingga Pemeriksa Pajak merasa kurang waktunya untuk melakukan pemeriksaan secara mendalam untuk menggali penerimaan pajak karena keterbatasan jangka waktu pemeriksaan.

4.5Solusi dan Rekomendasi untuk Mengatasi Kendala yang dihadapi Pemeriksa Pajak dalam Menjalankan Tugasnya

4.5.1Untuk menghadapi masalah alamat yang berbeda antara di Sistem dengan keadaan di Lapangan yaitu dengan melihat nomor Handphone Wajib Pajak tersebut yang tercantum di dalam Surat Pemberitahuan.

4.5.2 Apabila Wajib Pajak menolak untuk melakukan proses pemeriksaan, Pemeriksa Pajak harus menjelaskan bahwa Wajib Pajak tersebut akan dikenakan sanksi


(26)

apabila tidak mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

4.5.3 Perlu dilakukan inventarisasi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di setiap Unit Pelaksana Pemeriksaan dan ditindak lanjuti dengan upaya untuk memenuhinya, sehingga lebih menunjang lancarnya pemeriksaan. Contohnya mobil dinas yang akan digunakan Pemeriksa Pajak untuk ke lapangan.

4.5.4 Penyederhanaan peraturan pemeriksaan yang berisi prosedur administrasi yang harus dilakukan Pemeriksa Pajak dalam setiap pemeriksaan, sehingga Pemeriksa Pajak merasa lebih memiliki waktu untuk melakukan pemeriksaan secara lebih mendalam. Juga lebih memperhatikan tugas dan fungsi Seksi Pemeriksaan, misalnya pemberitahuan perpanjangan pemeriksaan dan perekaman nota perhitungan, dapat dialihkan ke seksi tersebut.

4.6Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Tindakan Pemeriksaan

Dalam pelaksaan pemeriksaan perlu didahulukan dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan mendapatkan pengawasan yang seksama terhadap Wajib Pajak yang akan diperiksa. Dalam hal ini direktorat Jendral Pajak perlu meningkatkan efisiensi sekaligus menegakkan profesionalisme serta integritas aparat perpajakan melalui beberapa langkah sebagai berikut :

4.6.1 Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi berbagai kasus penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.


(27)

4.6.2 Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pelaksanaan pengawasan.

4.6.3 Meneliti Laporan Keuangan Perpajakan Wajib Pajak apakah sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

4.6.4 Melaksanakan penyuluhan kepada Wajib Pajak.

4.6.5 Menerapkan sistem reward (hadiah) dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan tugas.

Jika upaya di atas tersebut telah dilakukan tidak membuahkan hasil dan telah dilakukan pemeriksaan, Wajib Pajak tetap tidak mau melakukan pembetulan dengan kesadaran sendiri maka dapat ditindak lanjuti dengan upaya penyidikan. Yaitu tindakan yang dilakukan apabila ditemukan bukti pendahuluan berupa bukti bail tulisan maupun lisan, perbuatan, keterangan ataupun benda yang dapat memberikan petunjuk bahwa tindakan tersebut merugikan negara.

4.7Usaha-Usaha yang Dilakukan untuk Menanggulangi Wajib Pajak yang Tidak Patuh atau Kurang Patuh

Pada umumnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang tidak sadar dengan kewajiban membayar pajak. Masyarakat tidak mau mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, bahkan masyarakat yang sudah menjadi Wajib Pajak pun masih banyak yang tidak patuh dengan kewajiban perpajakannya dan tidak mengerti bagaimana pelaksanaan sistem self assessment. Untuk itu perlu usaha-usaha yang harus dilakukan oleh Direktorat Jendaral Pajak untuk menanggulangi masalah tersebut.


(28)

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi Wajib Pajak yang tidak patuh atau kurang patuh tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat dan khususnya Wajib Pajak. Penyuluhan tersebut dilakukan dengan cara menyampaikan informasi, konsultasi, bimbingan secara berkesinambungan kepada masyarakat khususnya Wajib Pajak guna meningkatakan pengetahuan masyarakat khususnya Wajib Pajak terhadap sistem self assessment tersebut serta meningkatkan keasadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penyuluhan pajak dilakukan oleh penyuluh perpajakn yang telah mempunyai pengetahuan, pengalaman, keahlian, dan ketrampilan dibidang perpajakan. Penyuluhan perpajakan setidaknya dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai :

4.7.1 Prosedur pelaksanaan sistem self assessment.

4.7.2 Cara menghitung, memungut, membayar dan melaporkan hutang pajak sendiri. 4.7.3 Sanksi-sanksi yang akan dikenakan kepada Wajib Pajak apabila tidak memenuhi

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana.

4.7.4 Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku serta perubahan Peraturan tersebut secara transparan.

Penyuluhan dan sosialisasi yang dilakukan oleh penyuluh pajak tersebut diharapkan dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman masyarakat khususnya Wajib Pajak terhadap sistem self assessment sesuai dengan


(29)

Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan, serta meningkatkan kesadaran Wajib Pajak akan pentingnya kepatuhan terhadap kewajiban perpajakannya.


(30)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

Dalam bab ini dibahas kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan kesimpulan yang diperoleh dari teori Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam bab ini penulis mencoba memberikan saran-saran agar pelaksanaan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus dapat berjalan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dapat menungkatkan kesadaran masyarukat khususnya Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

5.1Kesimpulan

5.1.1 Pemeriksaan Pajak merupakan upaya yang dilakukan untuk menentukan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan diharapkan Wajib Pajak dapat memahami peraturan perpajakan yang berlaku dan segera memperbaiki jika terdapat kekeliruan dan kesalahan dalam menghitung dan melaporkan kewajiban perpajakannya, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindari kewajibannya sebagai Wajib Pajak.

5.1.2 Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan mendaftarkan diri, menyampaikan SPT, menghitung, memperhitungkan, membayar pajak terutang, dan membayar tunggakan pajak.


(31)

5.2Saran

5.2.1 Meningkatkan upaya penyuluhan dan sosialisasi guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

5.2.2 Dalam pelaksanaan Pemeriksaan Pajak disarankan agar dibuatkan Kertas Kerja Pemeriksaan yang memuat Hasil Pemeriksaan Pajak atas Pemeriksaan Pajak tahun sebelumnya termasuk dengan bentuk-bentuk ketidakpatuhan yang dilakukan Wajib Pajak dan dalam Laporan Pemeriksaan Pajak ditambahkan 1 (satu) poin tentang tingkat kepatuhan Wajib Pajak sebelum pemeriksaan dan setelah pemeriksaan dilakukan. Tujuannya adalah agar dapat diketahui bagaimana perkembangan tiingkat kepatuhan Wajib Pajak dari tahun ke tahun sebagai bahan perimbangan untuk tahun mendatang apakah Wajib Pajak tersebut perlu diperiksa atau tidak. 5.2.3 Menjalin hubungan yang baik antara Direktorat Jendral Pajak dengan instansi lain


(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

2.1Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak dinamakan Kantor Belasting dan kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak yang induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tahun 1976 di Sumatera Utara berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan. 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

3. Kantor Inspeksi Pajak Siantar.

Tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka dirasa perlu adanya tambahan kantor untuk melayani masyarakat di dalam membayar pajak. Oleh karena itu didirikan Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat.

Selanjutnya untuk lebih memantapkan nilai pelayanan kepada masyarakat, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 25 Maret 1989 No. 267/KMK.01/1989, telah diadakan perubahan menyeluruh pada struktur Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup Reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak dan juga dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.


(33)

Terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.03/2002 tanggal 26 Pebruari 2002 dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat. Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Kepala Kantor Wilayah.

Pada tanggal 27 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 95/PJ/2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia berubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan wilayah kerja Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Selayang, Medan Maimun, Medan Baru dan Kecamatan Medan Johor. Dilakukan perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak.

2.2Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana, masing-masing diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarkhi. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem


(34)

hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.

Pada prinsipnya struktur organisasi yang digunakan tergantung pada ukuran besarnya dan jenis organisasi serta banyaknya jumlah staf dalam organisasi serta tingginya tingkat kerumitan dalam operasional organisasi.

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi adalah sebagai berikut :

2.2.1 Kepala Kantor

Kepala Kantor mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya serta pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2.2 Subbagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal


(35)

pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan.

2.2.3 Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penata usahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.2.4 Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian infomasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengolahan data dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing dan penyimpanan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada seksi Pengolahan Data dan Informasi.

2.2.5 Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordnasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.


(36)

2.2.6Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak ( PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdapat empat Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya berdasarkan wilayah tertentu.

2.2.7 Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

2.2.8 Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.


(37)

Seksi fungsional ini mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing bedasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Tugas dan fungsinya adalah melakukan pemeriksaan kewajiban pajak terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan sesuai dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang dikeluarkan.


(38)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam rangka meningkatkan pendidikan bagi mahasiswa maka diadakan suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan yaitu dengan mengikuti dan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Hal ini bertujuan untuk menghubungkan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang sesungguhnya.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan dan pembaharuan di segala bidang untuk mendorong kemajuan bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang ada, maka diperlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara bertahap ini.

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di Indonesia. Pajak yang berlaku bagi pegawaiadalah pajak penghasilan pasal 21. Undang-Undang yang dipakai untuk mengatur besarnya tarif pajak, tata cara pembayaran dan pelaporan pajak adalah Undang No.36 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan bagi Undang-Undang terdahulunya yaitu Undang-Undang-undang No.28 tahun 2007. Undang-Undang-Undang-Undang pajak penghasilan telah menetapkan sistem pemungutan pajak penghasilan secara self


(39)

assessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh dari pemerintah untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang. Dengan sistem ini pemerintah berharap agar pelaksanaan pemungutan pajak penghasilan dapat berjalan dengan lebih mudah dan lancar. Walaupun wajib pajak telah membayar pajak secara jujur dan juga melaporkan pajak secara tepat waktu, resiko pemeriksaan tetap dapat terjadi pada wajib pajak.

Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Peraturan Menteri Keuangan No.82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak). Berdasarkan pengertian pemeriksaan pajak tersebut pemeriksa pajak diberikan wewenang oleh Undang-Undang untuk melakukan tindakan dalam rangka menguji antara apa yang disampaikan wajib pajak di Surat Pemberitahuan (SPT), sama atau tidak sama dengan kewajiban pajak yang seharusnya menurut pemeriksa. Yang menjadi objek pemeriksaan pajak adalah pembukuan dan pencatatan yang diselenggarakan wajibpajak dalam penghitungan pajak terutang melalui mekanisme Surat Pemberitahuan (SPT).


(40)

Pemeriksaan pajak merupakan instumen untuk menentukan tingkat kepatuhan formal dan material yang tujuan utamanya adalah untuk menguji dan meningkatkan kepatuhan perpajakan wajib pajak.Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar wajib pajak tetap berada pada koridor ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.Dalam self assessment system membutuhkan kepatuhan perpajakan wajib pajak yang tinggi.

Kepatuhan perpajakan adalah pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam suatu negara yang memungut pajak.Kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dari pemahaman dan usaha pemahaman ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pengisian formulir pajak secara lengkap dan jelas, penghitungan besar pajak terutang secara benar, pembayaran pajak terutang tepat waktu.Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan mendaftarkan diri, menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), penghitungan dan pembayaran pajak terutang, pembayaran tunggakan pajak. Jika wajib pajak tidak patuh akan menimbulkan keinginan melakukan tindakan penggelepan dan penyeludupan pajak yang pada akhirnya menimbulkan kerugian pajak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak ialah administrasi perpajakan, pelayanan perpajakan, penegakan hukum pajak, dan tarif pajak.

Atas dasar yang telah diuraikan di atas, penulis berusaha mencari tahu dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, mengapa masyarakat tidak aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, karena hal ini bisa saja diakibatkan karena kurangnya pemahaman akan perpajakan dan tidak tahu apa saja yang menjadi hak dan kewajibannya oleh pihak-pihak tertentu misalnya pemberi kerja, bendaharawan, atau


(41)

yang lain.Penulis ingin mengetahui seberapabesar tingkat kepatuhan masyarakat dalam memenuhikewajiban dalam membayar PPh pasal 21. Kemudian penulis ingin mengetahui kinerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dalam melakukan pemeriksaan dan pengaruh pemeriksaan terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak dan penerimaan pajak. Dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan mengangkat judul “Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Untuk Membayar Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ”.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

1.2.1 TujuanPraktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.2.1.1 Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban dalam membayar Pajak Penghasilan pasal 21 (PPh pasal 21).

1.2.1.2 Untuk mengetahui Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak PPh pasal 21 padaKantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1.2.1.3 Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam tindakan pemeriksaan yang dilakukan olehfiskus.


(42)

1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.2.2.1 Bagi Mahasiswa

a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan serta mengembangkan ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan praktik yang sebenarnya di perusahaan.

b. Meningkatkan wawasan, pengalaman dan ketrampilan yang akan dijadikan modal untuk bekerja.

c. Melatih mahasiswa berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap, kemampuan serta ketrampilan untuk berkomunikasi.

d. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu-individu berbeda dari segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain yang berbeda dalam suatu perusahaan.

e. Menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga baru yang terampil dan professional dalam menghadapi dunia kerja.

1.2.2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

a. Menjalin hubungan yang baik dengan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri, bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap perusahaan baik berupa saran maupun kritik yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan perusahaan tersebut.


(43)

c. Sarana mempromosikan citra institusi yang baik kepada masyarakat. 1.2.2.3 Bagi Program Diploma III AdministrasiPerpajakan FISIP USU

a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang disampaikan.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dan instansi pemerintah.

c. Mempertinggi kepercayaan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan persepsi umum.

1.3 Uraian Teoritis 1.3.1 Definisi Pajak

Berdasarkan Undang-Undang No.28 tahun 2007, pajak adalah kontribusiwajibkepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secaralangsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Soemitro, Rochmat, 1998,2)

1.3.2 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.(Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).


(44)

1.3.3 Dasar Hukum Pemeriksaan Pajak

Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2009.

1.3.4Tujuan Pemeriksaan

1.3.4.1 Menguji Kepatuhan Wajib Pajakdalam MemenuhiKewajiban Perpajakannya a. SuratPemberitahuan (SPT) lebih bayar atau rugi.

b. SuratPemberitauan (SPT)tidakatau terlambat disampaikan.

c. SuratPemberitahuan (SPT) memenuhi kriteria yang ditentukan Direktorat Jenderal Pajak untuk diperiksa.

d. Adanya indikasi tidak dipenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. 1.3.5 Wewenang Pemeriksa Pajak

Berdasarkan pasal 29 ayat 1 UU. No 16 tahun 2009, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

1.3.6Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

1.3.6.1 Meminta kepada petugas pajak untuk menunjukkan tanda pengenal pemeriksa. 1.3.6.2 Meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksa pajak.

1.3.6.3 Meminta tanda bukti peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa pajak.

1.3.6.4 Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain. 1.3.7Kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan Pemeriksaan


(45)

1.3.7.1 Memperlihatkan atau meminjamkan buku, cacatan, atau dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak atau objek yang terutang pajak. 1.3.7.2 Memberi kesempatan kepada pemeriksa untuk memasuki tempat atau ruangan

yang dipandang perlu oleh pemeriksa dan membantu guna kelancaran pemeriksaan.

1.3.7.3 Memberikan keterangan yang diperlukan.

1.4 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Kegiatan yang diteliti pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:

1.4.1 Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksa Pajakpada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1.4.2 Tingkat kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. 1.4.3 Faktor-faktor yang menyebabkan tindakan pemeriksaan.

1.4.4 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakpatuhan wajib pajak serta untuk menanggulangi masalah wajib pajak yang tidak atau kurang patuh.

1.5 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung pembuatan laporan ini adalah :

1.5.1 Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, mulai dari pengajuan judul, penentuan judul, tempat


(46)

praktik kerja lapangan mandiri, mencari bahan untuk membuat Proposal, dan konsultasi dengan Dosen Pembimbing.

1.5.2Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan penyusunan laporan akhir, baik data yang diperoleh dari tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) maupun materi yang diperoleh melalui perkuliahan.

1.6Metode Pengumpulan Data 1.6.1Observasi

Yaitu tahap pengumpulan data secara langsung ke lapangan untuk mengamati, dan meneliti bagaimana pelaksanaan pemeriksaan pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban untuk membayar pajak.

1.6.2 Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaankepada pegawai yang berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

1.6.3Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melaluisumber bacaan seperti : bahan perkuliahan, Undang-Undang Perpajakan,maupun buku-buku yang berhubungan dengan judul penulis.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :


(47)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, Tujuan Pemeriksaan, Hak Wajib Pajak apabila dilakukan Pemeriksaan, Kewajiban Wajib Pajak apabila dilakukan Pemeriksaan,Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II:GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Dalam bab ini penilis menguraikan sejarah singkat KPP Pratama Medan Polonia, Struktur Organisasi, seksi-seksi pembagian kerja KPP Pratama Medan Polonia. BAB III:PEMBAHASAN PEMERIKSAAN

Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian-pengertian secara teoritis dan teori-teori dalam Pemeriksaan Pajak dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini membahas tentang penyebab-penyebab dilakukannya tidakan pemeriksaan pajak oleh fiskus, Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak, usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah Wajb Pajak yang tidak atau kurang patuh, dan upaya-upaya untuk mengoptimalkan kepatuhan wajib pajak dalam tindakan pemeriksaan.

BAB V:KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(48)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TENTANG

PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

DIAJUKAN O L E H

NAMA : PRATIWI UTAMI SISWANTO NIM : 092600031

Untuk memenuhi salah satu syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(49)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md).Adapun judul Laporan Tugas Akhir ini adalah “Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Laporan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada yang tersayang kedua Orang Tua penulis Ayahanda Alm. Agus Siswanto dan Ibunda Etika Deliani, SE, M.Si yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Cyrus Sihaloho, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.


(50)

5. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Adiministrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Martina Chairani, SH, selaku Kasubag KPP Pratama Medan Polonia dan

Supervisior Lapangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 8. Staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

9. Teman-teman Administarasi Perpajakan senasib seperjuangan, dan khususnya buat Kak IrNa yang selalu memberi semangat dan menemaniku dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

10. Buat adikku Zira makasi yaa udah bantuin dan menemani kakak.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(51)

Medan, Juli 2012 Penyusun

Pratiwi Utami Siswanto 092600031


(52)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ………... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………. 4

1.3 Uraian Teoritis……….. 6

1.4 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan (PKLM)……….. 8

1.5 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……….. 9

1.6 Metode Pengumpulan Data……….. 9

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri……… 10

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratam Medan Polonia………... 12

2.2 Struktur Organisasi………... 13

BAB III GAMBARAN DATA PKLM 3.1 Ketentuan Pemeriksaan Pajak……….. 19

3.2 Dasar Hukukm Pemeriksaan Pajak……….. 19

3.3 Pengertian Pemeriksaan Pajak………. 19

3.4 Tujuan Pemeriksaan Pajak………... 22

3.5 Standar Pemeriksaan Pajak……….. 23

3.6 Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa Pajak………... 26

3.7 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak………. 28


(53)

3.10Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 31 BAB IV ANALISA dan EVALUASI

4.1 Analisa……….. 35 4.2 Prosedur dan Tata Cara Pemeriksaan Pajak………. 39 4.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Dilakukannya Tindakan Pemeriksaan…….... 42 4.4 Kendala yang Dihadapi Pemeriksa Pajak dalam Menjalankan Tugasnya……… 43 4.5 Solusi dan Rekomendasi untuk Mengatasi Kendala yang dihadapi Pemeriksa Pajak

dalam Menjalankan Tugasnya……… 44 4.6 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Tindakan Pemeriksaan……….. 45 4.7 Usaha-Usaha yang Dilakukan untuk Menanggulangi Wajib Pajak yang Tidak Patuh

atau Kurang Patuh……….. 46 BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan………... 48 5.2 Saran………. 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TENTANG

PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

DIAJUKAN O L E H

NAMA : PRATIWI UTAMI SISWANTO NIM : 092600031

Untuk memenuhi salah satu syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md).Adapun judul Laporan Tugas Akhir ini adalah “Pemeriksaan

untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Laporan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepada yang tersayang kedua Orang Tua penulis Ayahanda Alm. Agus Siswanto dan Ibunda Etika Deliani, SE, M.Si yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Cyrus Sihaloho, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.


(3)

5. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Adiministrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Martina Chairani, SH, selaku Kasubag KPP Pratama Medan Polonia dan

Supervisior Lapangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 8. Staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

9. Teman-teman Administarasi Perpajakan senasib seperjuangan, dan khususnya buat Kak IrNa yang selalu memberi semangat dan menemaniku dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

10.Buat adikku Zira makasi yaa udah bantuin dan menemani kakak.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


(4)

Medan, Juli 2012 Penyusun

Pratiwi Utami Siswanto 092600031


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ………... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………. 4

1.3 Uraian Teoritis……….. 6

1.4 Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan (PKLM)……….. 8

1.5 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……….. 9

1.6 Metode Pengumpulan Data……….. 9

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri……… 10

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1Sejarah Singkat KPP Pratam Medan Polonia………... 12

2.2 Struktur Organisasi………... 13

BAB III GAMBARAN DATA PKLM 3.1Ketentuan Pemeriksaan Pajak……….. 19

3.2Dasar Hukukm Pemeriksaan Pajak……….. 19

3.3Pengertian Pemeriksaan Pajak………. 19

3.4Tujuan Pemeriksaan Pajak………... 22

3.5Standar Pemeriksaan Pajak……….. 23

3.6Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa Pajak………... 26

3.7Hak dan Kewajiban Wajib Pajak………. 28

3.8Jangka Waktu Pemeriksaan……….. 29


(6)

3.10Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. 31

BAB IV ANALISA dan EVALUASI

4.1Analisa……….. 35

4.2 Prosedur dan Tata Cara Pemeriksaan Pajak………. 39 4.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Dilakukannya Tindakan Pemeriksaan…….... 42 4.4 Kendala yang Dihadapi Pemeriksa Pajak dalam Menjalankan Tugasnya……… 43 4.5 Solusi dan Rekomendasi untuk Mengatasi Kendala yang dihadapi Pemeriksa Pajak

dalam Menjalankan Tugasnya……… 44 4.6 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengoptimalkan Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Tindakan Pemeriksaan……….. 45 4.7 Usaha-Usaha yang Dilakukan untuk Menanggulangi Wajib Pajak yang Tidak Patuh

atau Kurang Patuh……….. 46

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1Kesimpulan………... 48

5.2 Saran………. 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2 44 65

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 37 33

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 6

Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 10

Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 6

Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban untuk Membayar Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 1