Meningkatkan Minat Teori yang berkaitan dengan Motivasi

antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, semakin kuat atau hubungan tersebut semakin besar minat. Minat dapat dieksresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai sesuatu dari pada yang lain dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Seseorang yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut, sebagai contoh seseorang yang berminat terhadap pendidikan keperawatan maka perhatiannya akan selalu tertuju pada keadaan-keadaan yang berhubungan dengan dunia kesehatan atau keperawatan, sehingga untuk mewujudkan keinginan tersebut pendidikan keperawatan akan menjadi pilihannya.

b. Meningkatkan Minat

Beberapa ahli berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkikan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah ada. Misalnya seseorang berminat pada pendidikan keperawatan, maka kepadanya diberikan pandangan-pandangan tentang dunia kesehatan, prospek atau masa depan dunia kesehatan khususnya keperawatan, prospek sunia kerja dan sebagainya. Menurut Tanner Tanner dalam Slameto, 2003 : 181 minat dapat dibentuk dengan jalan memberikan informasi-informasi mengenai subyek yang menjadi pilihannya. Misalnya tentang minat belajar di pendidikan keperawatan maka informasi yang diberikan meliputi apa itu perawat, peran dan fungsi perawat, bagaimana prosedur untuk menjadi perawat, prasarat apa yang harus dimiliki dan sebagainya. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dibangkitkan dengan cara-cara sebagi berikut : 1 Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. 2 Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. 3 Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. 4 Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Sardiman AM., 2007 : 56.

c. Faktor yang mempengaruhi minat

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian setelah berinteraksi dengan lingkungan. Minat terhadap sesuatu dipelajari da mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar- belajar selanjutnya. Seorang perawat tidak dilahirkan untuk menjadi perawat tetapi akibat pengalaman dan belajrnya kemudian tertari untuk menjadi perawat. Menurut Bernard dalam Sardiman AM., 2007 : 65 minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan sehingga minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau keinginan.

2. Motivasi a. Pengertian

Istilah motivasi Imotivas berasal dari bahasa latin movere yang berarti menggerakkan To Move. Menurut Mitchell, 1982 dalam Winardi 2001 : 54 mengemukakan bahwa motivasi mewakili proses-proses psikologika yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persisitensi kegiatan- kegiatan sukarela voluriter yang diarahkan kearah tujuan tertentu. Sedan menurut Gray et al, 1984 dalm Winardi, 2001 : 54 menjelaskan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melakukan kegiatan-kegiatan tertentu. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Elliot, Trash. 2000:332 “ motivation is defined as an internal state that arouses us to action, pushes us in particular direction, and keeps us engaged in certain activities” Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan internal yang membangkitkan untuk bereaksi, mendorong dalam fakta yang ditunjukkan, dan menjaga tetap pada kegiatan- kegiatan yang pasti. Motivasi diartikan sebagai suatu kebutuhan atau keinginan seseorang untuk mendapatkan sesuatu dan mengarahkan seluruh kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Seperti dikemukakan Atkinson 1993 : 85 adalah faktor-faktor yang menguatkan perilaku dan memberikan arahannya. Selain menguatkan motivasi cenderung mengarahkan perilaku seperti orang yang lapar dimotivasi untuk mencari makanan untuk dimakan, orang haus untuk minum, orang yang sakit untuk melepaskan diri dari rangsangan yang menyakitkan. MR. Jones dalam Setyowati, 1997 : 67 merumuskan bahwa motivasi merupakan proses psikologis dalam mana terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi proses belajar dam pemecah masalah. Menurut Handoko 1992 : 147 motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat didalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Dimyati, et. al. 1994 : 142 menyebutkan bahwamotif merupakan dorongan atau kekuatan mental yang menggerakkan dan mengarahkan aktifitas manusia. Dorongan mental disini berupa keinginan, perh;atian, kemauan dan cita-cita.motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam orang itu, kekuatan pendorong itulah yang disebut sebagai motif. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartiakan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak Sardiman AM., 2007. Menurut McDonald dalam Sardiman AM., 2007 : 74 motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanyan tujuan. Dari pengertian tersebut motivasi mengandung tiga elemen yaitu mengawali adanya perubahan energi, munculnya rasa feeling dan dirangsang karena adanya tujuan, sehingga motivasi adalah sebagai suatu yang komplek. Elliot, Trash. 2000:333 mengemukakan bahwa motivasi merupakan faktor penting dalam psikologi yang berpengaruh pada belajar dan penampilan dalam empat cara : 1Motivation increases an individual’s energy and activity level; 2 Motivation directs an individual toward certain goals. Motivation affects choices people make and results they find rewarding; 3 Motivation promotes initiation of certain activities and persistence in those activities. Increases the likehood that people will begin something on their own, persist in the face of difficulty, and resume a task after a temporary interruption; 4 Motivation affects the learning strategics and cognitive processes an individual employs. It increases the likehood that people will pay attention to something, study and practice it, and try to learn it in a meanningfull fashion. It also increases the likehood that they will seek help when they encounter difficulty. 1 motivasi termasuk energi individu dan tingkat aktivitas; 2 motivasi menunjukkan individu menuju tujuan tertentupasti, efeknya membuat orang untuk memilih dan menemukan hasil yang mereka inginkan; 3 motivasi membangkitkan aktifitas-aktifitas tertentu dan ketekunan pada katitfitas tersebut, termasuk diantaranya bahwa orang akan memulai sesuatu pada dirinya sendiri, tetap melakukan walaupun dihadapkan pada kesulitan dan memulai lagi tugas setelah terganggu sementara; 4 motivasi berpengaruh pada strategi belajar dan proses kerja kognitif individu, termasuk diantaranya bahwa orang akan mengambil perhatian sesuatu, belajar dan mempraktekkannya, dan berusaha mempelajarinya dalam gaya yang bermakna. Itu juga termasuk bahwa mereka akan meminta pertolongan ketika mereka menemukan kesulitan. Dalam kegiatan belajar motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberiakan arah pada kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang mempunyai peranan menumbuhkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa dengan motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar Sardiman AM., 2007 : 73.

b. Teori yang berkaitan dengan Motivasi

Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang berkaitan dengan motivasi. Teori tersebut adalah : 1 teori kebutuhan hirarki Maslow, 2 motivasi berprestasi, 3 teori locus of control 1 Teori kebutuhan Hirarki Maslow Abraham Maslow mengemukakan seperti yang dikutip oleh Crowl, Sally, Podell 1997:238. Human beings have a variety of needs that are hierarchically organized so that individuals can not satisfy higher needs until they have satisfied more basic needs. The most basic needs are biological for example, the need for air, water, and food. When we satisfy our biological needs, we can satisfy the need for safety. After we feel safe, we can seek love and belongingness, and after we feel loved, we can seek to satisfy our self- esteem needs. Next we seek to satisfy our intellectual needs, then our aesthetic needs, and finally, our need for self-actualization. Bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki terkelompokkan sehingga seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan yang tinggi sampai mereka terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan yang paling utama adalah kebutuhan biological, dapat merasa puas dengan kebutuhan akan keamanan. Setelah merasa aman, dapat mencari rasa kasih dan kepemilikan dan sesudah dicintai, dapat mencari kepuasan kebutuhan self-esteem. Selanjutnya, mencari untuk memuaskan kebutuhan intelektual, kemudian kebutuhan estetik, dan akhirnya kebutuhan akan aktualisasi diri. Teori Maslow di atas mengemukakan bahwa kebutuhan menusia adalah berjenjang atau bertingkat. Tingkat-tingkat tersebut memperlihatkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam waktu tertentu. Suatu daya dorong atau motif tidak akan dapat mempengaruhi tindakan seseorang, bilamana kebutuhan dasar belum terpenuhi. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi baru maka kebutuhan yang lainnya akan segera menyusul sesuai urutannya, karena kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling berpengaruh, kait mengait, namun tidak terlalu dominant keterkaitan tersebut. Guru hendaknya jangan selalu beranggapan bahwa kebutuhan dasar biological dan kebutuhan akan rasa aman para murid terpenuhi, beberapa murid merasa tertekan di sekolah, yang menjelaskan ketidakpercayaan akademik atau perkembangan intelektual mereka. Teori maslow menekankan hal-hal yang penting bahwa sekolah haruslah menjadi tempat yang aman, tempat yang nyaman bagi para murid dan guru. 2 Motivasi Berprestasi Manusia mempunyai kebutuhan dasar di sebagaian kepribadian mereka. Apabila seseorang selalu berpikir untuk mengerjakan sesuatu yang lebih baik, maka dapat dikatakan mempunyai motivasi berpretasi tinggi. Motivasi prestasi adalah konflikasi produk dari dua kebutuhan : 1 kebutuhan untuk mencapai kesuksesan, dan 2 kebutuhan untuk menghadapi kesalahan dalam berbuat. Beberapa murid bekerja keras untuk mencapai kesuksesan, dan yang lainnya sedikit khawatir tentang prestasi kesuksesan mereka daripada mengahadapi kesalahan. Para pelajar termotivasi oleh keinginan untuk mengejar prestasi tujuan dari kesulitan moderat. Sebaliknya, para murid termotivasi oleh keinginan untuk menghindari kesalahan yang telah direncanakan sebelumnya baik yang mudah maupun yang sulit, membiarkan mereka menghindari kesalahan mereka pada kenyataannya tugas tersebut adalah tugas yang sulit dalam hal ini Beck 1990:291 mengemukakan pendapatnya : Need for achievement as desire or tendency to overcome obstacles, to exercise power , to strive to do something difficult as well and as quickly as possible Motivasi berprestasi ini berhubungan erat dengan keinginan individu untuk mengatasi rintangan, melatih kekuatan, mengerjakan sesuatu yang sulit dengan baik, cepat dengan hasil yang memuaskan. Dari penjelasan tersebut, jelas sekali bahwa jika seorang siswa mempunyai motivasi yang tinggi, ia mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul dari Satriap proses belajar mengajar yang dihadapi baik di kelas maupun dilingkungannya. Sementara menurut Atkinson seperti yang dikutip oleh Franken 1982:346 mengemukakan “That the need to achieve in humans is always tempered by another fundamental need, the need to avoid failure”. Bahwa kebutuhan untuk berprestasi pada manusia selalu bertolak dari kebutuhan dasar, kebutuhan untuk menghindari kegagalan. Lebih lanjut dikatakan bahwa seseorang mungkin berbeda kekuatannya pada dua motif ini. Jika motivasi untuk berhasil lebih besar dari motivasi untuk menghindari kegagalan, ini diasumsikan orang tersebut akan menyeleksi tujuan-tujuan yang akan memberikan peluang kegagalan, dengan kata lain ketakutan akan kegagalan mungkin mengubah pilihan tujuan seseorang dibandingkan memilih tujuan yang akan membawa kepuasan terbaik, orang mungkin lebih memilih tujuan terbaik ke dua jika tujuan itu mengurangi dakiankesulitan untuk membangunkan kebutuhannya untuk menghindari kemungkinan dari kegagalan. Menurut Dwivedi dan Herbert seperti dikutp Sahlan Asnawi 2002:86 mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetensi yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibanding standarnya sendiri maupun orang lain. Berdasarkan pendapat-pendapat ini, dapat diambil rumusan bahwa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi adalah sebagai dorongan yang timbul dalam diri individu sehubungan dengan adanya pengharapan bahwa tindakan yang dilakukan merupakan alat untuk mencapai hasil yang lebih baik, bersaing dan mengungguli orang lin, mengatasi rintangan, serta memelihara semangat yang tinggi. Manifestasi dari motivasi berprestasi akan terlihat pada beberapa ciri perilaku seperti 1 mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan- perbuatannya, 2 mencari umpan balik tentang perbuatannya, 3 memilih resiko yang moderat atau sedang dalam perbuatannya dan 4 berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif. 3 Locus Of Control Acapkali seseorang menyalahkan orang lain atas kejadian-kejadian yang tidak menggembirakan, misalnya hasil tes yang rendah, buku yang sukar dibaca, atau para guru yang tidak konsisten. Siswa berpendapat bahwa kesalahan- kesalahan yang menyebabkan kegagalan itu berada di luar dirinya. Mereka memandang dirinya sebagai tidak berdaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan atau tekanan-tekanan dari seseorang mempresepsikan dan meletakkan hubungan antara perilaku dirinya dengan konsekuensi-konsekuensi dan apakah ia menerima tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, dengan kata lain locus of control atau letak kendali yang digunakan untuk menunjukkan tanggung jawab yang dipersepsikan seseorang. Sumber kendali tersebut dapat berada di dalam dirinya atau berada di luar dirinya. Terbentuknya persepsi tentang tanggung jawab atau kendali dari suatu kejadian dipengaruhi oelh pengalaman-pengalaman dalam kehidupan seseorang baik di keluarganya, di sekolah maupun di lingkup pergaulan di luar. Teori Rotter, teori locus of control LOC yang dikutip oleh Crowl, Kaminsky, dan Podell 1997:239 mendefinisikan LOC is refers to defferences in individuals beliefs about what controls the events in their lives. LOC mengacu pada perbedaan keyakinan tentang apa yang mengontrol kegiatan-kegiatan dalam kehidupan mereka. Mereka juga membagi LOC menjadi 2 yaitu 1 eksternal, dan 2 internal. People who have an exsternal LOC believe that forces other than themselves control the outcomes of their actions whether these be failure or success. People who have an internal LOC believe they control the outcomes of their actions. Individu dengan locus of control eksternal percaya tidak adanya hubungan antara tindakan-tindakan mereka dengan konsekuensi-konsekuensinya, dan juga tidak ada hubungan pada sebuah ikatan yang kuat antara usaha dan hasil. Individu dengan locus of control internal percaya bahwa mereka mempunyai control langsung antara hasil perilaku mereka. Seifert 1990:316 mendefinisikan “locus of control is the place where an individual believes that the control of his or her behavior lies”. Locus of control adalah sebuah tempat individu percaya bahwa itu control dari perilaku mereka. Kecenderungan untuk menggantungkan kesuksesan atau kegagalan pada istilah tekanan eksternal maupun internal menggambarkan perbedaan sifat pada tipe-tipe pribadinya. Kemudian senada dengan McDonald, Gage dan Berliner 1984:399 mengemukakan pendapatnya tentang LOC internal dan eksternal. Seseorang yang mempunyai LOC internal menyakini bahwa kemampuan, peringkat, prestasi dan yang sejenisnya ditentukan oleh apa yang telah mereka usahakan. Mereka yang mempunyai LOC eksternal menyakini bahwa semua itu ditentukan oleh factor di luar control dirinya. Kebiasaan orang tua memberikan andil pada perkembangan anak-anak mereka terhadap locus of control mereka dan para guru berperan penting dalam menguatkan atau melemahkan sifat ini dengan pengakuan mereka pada usaha anak didiknya. Siswa dengan locus of control eksternal mendapat nilai yang tinggi pada tes-tes kegelisahan dan pertentangan, sedang siswa dengan locus of control internal cenderung menempatkan diri mereka lebih efektif dan sering lebih mengutamakan kegiatan mereka pada aktifitas-aktifitas akademik. Siswa dengan locus of control internal lebih termotivasi untuk meraih prestasi daripada siswa dengan locus of control eksternal. Dari teori yang dikemukakan para ahli di atas dapat diambil satu rumusan tentang LOC pada diri seseorang. Bahwa LOC mempengaruhi usaha seseorang, yaitu LOC internal cenderung lebih banyak melakukan usaha daripada mereka yang mempunyai LOC eksternal. Oleh karena itu seseorang yang mempunyai LOC internal mempunyai daya tahan tinggi dalam bekerja dan belajar termasuk mencari beberapa alternative dalam pemecahan masalah. Teori locus of control menggambarkan perbedaan-perbedaan keyakinan individual tentang control-kontrol apabagaimana dalam menghadapi kejadian- kejadian sehari-hari mereka. Orang yang mempunyai locus of control eksternal percaya bahwa tekanan-tekanan dari pihak mereka sendiri lebih mengontrol apa yang menjadi tindakan-tindakan mereka apakah hal-hal itu akan menghasilkan sebuah kegagalan atau kesuksesan. Orang yang mempunyai locus of control internal percaya bahwa mereka mengontrol diri mereka sendiri pada tindakan- tindakan mereka.

c. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA KEPERAWATAN DI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

13 65 158

HUBUNGAN ANTARA MINAT, MOTIVASI DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA PRODI D III FISIOTERAPI POLTEKKES SURAKARTA

1 6 87

HUBUNGAN INTENSITAS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SI KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

0 5 121

KONTRIBUSI PENGGUNAAN BUKU AJAR DAN MINAT MAHASISWA UNTUK BELAJAR MANDIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR Kontribusi Penggunaan Buku Ajar Dan Minat Mahasiswa Untuk Belajar Mandiri Terhadap Prestasi Belajar Akunta

0 2 12

INTELEGENSIA MENENTUKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI D III KEBIDANAN

0 0 9

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN HAMIL PADA MAHASISWA PRODI D-III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

0 0 10

PENGARUH PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH ASKEB II MAHASISWA PRODI D-III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA Hutari Puji Astuti1

0 0 7

PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 20162017

0 3 24

PRODI D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 20142015

0 3 27

HUBUNGAN MINAT MENJADI NERS DENGAN KEBIASAAN BELAJAR DAN PRESTASI MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Minat Menjadi Ners dengan Kebiasaan Belajar dan Prestasi Mahasiswa Keperawatan STIKES Aisyiyah Yogyakarta - DIG

0 0 15