Bahan Tambahan Pangan Tempat Pengujian Alat-alat dan Bahan-bahan yang digunakan

Secara umum pembuatan jelly cukup sederhana, yakni buah- buahan yang akan dibuat jelly diperas dan diambil sarinya. Sejumlah gula kemudian ditambahkan, sesuai dengan perbandingan, yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula Jellen, 1985. Pembuatan jelly yakni, pertama buah dipotong-potong kecil, lalu direbus selama 5-10 menit. Kemudian dihaluskan dengan blender, kemudian disaring. Cairan yang diperoleh didiamkan selama 1 jam sampai semua kotoran mengendap, sehingga diperoleh cairan sari buah yang bening. Lalu masukkan 450 gram sari buah kedalam wajan, lalu ditambahkan 550 gram gula pasir dan dimasak sampai kental dan matang. Tanda kematangannya ialah bila dituangkan jatuhnya terputus-putus dan tercium aroma buah yang khas Koswara, 2006.

2.2 Bahan Tambahan Pangan

Pengertian Bahan Tambahan Pangan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772MenkesPerIX88 No. 1168menkesPERX1999 secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan Cahyadi, 2008. Tujuan penggunaan Bahan Tambahan Pangan adalah untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Bahan Tambahan Pangan BTP yang diizinkan penggunaannya antara lain antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih, pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa, dan sekuesteran Cahyadi, 2008.

2.3 Pewarna Pangan

Warna merupakan salah satu aspek yang penting terhadap kualitas suatu produk makanan. Kualitas warna dianggap menunjukkan kualitas rasa dan tekstur dari suatu makanan agar makanan tersebut dapat diterima di masyarakat. Warna juga mengindikasikan bahwa telah terjadi reaksi kimia pada makanan Deman, 1980. Menurut International Food Information Council Foundation 1994, pewarna pangan adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan warna suatu produk pangan, sehingga menciptakan tampilan tertentu dan membuat produk lebih menarik. Definisi yang diberikan oleh Depkes 1999 lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Pangan BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan Wijaya, 2009. Ada lima sebab yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu : 1. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan. Misalnya klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga, dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging. 2. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanasknan membentuk warna cokelat. Misalnya warna cokelat pada kembang gula karamel atau roti yang dibakar. 3. Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Mailard, yaitu antara gugus amino protein dengan gugus karbonil gula pereduksi. Misalnya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap. 4. Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna hitam atau cokelat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim, mislanya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong. 5. Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan Winarno, 1992.

2.3.1 Tujuan Penggunaan Pewarna Pangan

Berdasarkan survey yang telah dilakuakan Walford 1980, ada beberapa tujuan penggunaan pewarna pangan, yaitu : 1. Untuk memberikan penampilan yang menarik dari produk makanan yang telah berubah warna ketika proses pembuatan. 2. Untuk memeberikan warna kepada produk makanan sesuai dengan sifat makanan tersebut. 3. Untuk menguatkan warna suatu produk makanan yang memiliki warna yang lemah. 4. Untuk memastikan keseragaman suatu bets dari sumber yang berbeda Walford, 1980.

2.3.2 Klasifikasi Pewarna Pangan

Pewarna pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu pewarna alami, identik alami, dan sintetik. Pewarna pangan yang berasal dari bahan alam disebut pewarna alami. Pewarna identik alami adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara kimia, tetapi mempunyai sifat kimia yang identik dengan pewarna alami. Pewarna sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara kimia Wijaya, 2009.

2.3.2.1 Pewarna Alami

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna makanan. Beberapa pewarna alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi, memberikan bumbu atau pemberi rasa ke bahan olahannya. Dewasa ini ada beberapa bahan pewarna alami yang digunakan untuk menggantikan pewarna sintetik. Sebagai contohnya serbuk beet menggantikan pewarna merah sintetik FD C No. 2. Pewarna alami juga dapat memberikan fungsi tambahan sebagai antioksidan, antimikroba, dan fungsi lainnya. Hal ini menyebabakan pertumbuhan penggunaan pewarna alami cenderung menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan pewarna sintetis, terutama di negara-negara maju. Meskipun pewarna alami ini jauh lebih aman untuk dikonsumsi, akan tetapi penggunaan pewarna alami belum dapat dilakukan secara menyeluruh, sebab beberapa kendala, seperti rasa yang kurang sedap, penggumpalan pada saat penyimpanan, dan ketidakstabilan dalam penyimpanan Cahyadi, 2008 ; Wijaya, 2009. Umumnya pewarna alami diperoleh dari ekstrak kasar dari suatu tumbuhan yang pada dasarnya tidak stabil. Jelas terlihat stabilitas warna pada beberapa makanan dari penggunaan pewarna alami ini. Sebagai contoh adalah antosianin. Antosianin dapat digunakan pada beberapa produk, akan tetapi variasi warna yang ada terlalu sempit penggunaannya. Hal ini disebabkan ketidakstabilan antosianin terhadap pH tertentu, terutama pH asam Walford, 1984. Pada umumnya pewarna alami rentan terhadap pH, sinar matahari, dan suhu tinggi. Pewarna alami sebaiknya disimpan pada suhu 4-8 o C untuk meminimumkan pertumbuhan mikroba dan degradasi pigmen. Pewarna alami berbentuk bubuk pada umumnya higroskopis. Beberapa sifat dari pewarna alami ditunjukkan pada tabel 1 Wijaya, 2009. Tabel 1. Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami Kelompok Warna Sumber Kelarutan Stabilitas Karamel cokelat gula dipanaskan air stabil Antosianin jingga, merah, biru tanaman air peka terhadap panas dan pH Flavonoid kuning tanaman air stabil terhadap panas Batalain kuning, merah tanaman air sensitif terhadap panas Quinon kuning- hitam tanaman air stabil terhadap panas Xanthon kuning tanaman air stabil terhadap panas Karotenoid kuning, merah tanamanhewan air stabil terhadap panas Klorofil hijau tanaman lipid dan air sensitif terhadap panas Heme merah, cokelat hewan air sensitif terhadap panas Sumber : Cahyadi 2008

2.3.2.2 Pewarna Sintetis

Pewarna sintetik adalah pewarna yang dibuat melalui sintesis secara kimia. Berdasarkan kelarutannya, dikenal dua macam pewarna sintetis, yaitu dyes dan lakes. Dyes adalah zat pewarna yang umunya bersifat larut dalam air, sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilen glikol, gliserin, atau alkohol. Sedangkan dalam semua jenis pelarut organik, dyes tidak dapat larut. Dyes terdapat dalam bentuk bubuk, granula, cairan, campuran warna, dan pasta. Lakes adalah zat pewarna yang dibuat melalui proses pengendapan dan absorpsi dyes pada radikal A atau Ca yang dilapisi dengan alumina. Lapisan alumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini tidak larut dalam air. Pada pH 3,5- 9,5 stabil, dan di luar selang tersebut lapisan alumina pecah, sehingga dyes yang dikandungnya akan terlepas Cahyadi, 2008. Zat warna yang termasuk golongan dyes telah melalui prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh US-FDA. Sedangkan zat pewarna lakes yang hanya terdiri dari satu warna, tidak merupakan campuran, juga harus mendapat sertifikat. Dalam certified colour terdapat spesifikasi yang mencantumkan keterangan yang penting mengenai zat pewarna tertentu, misalnya bentuk garam, kelarutan, dan residu yang terdapat didalamnya. Pada umumnya pewarna sintetis lebih stabil terhadap pH, cahaya, dan faktor lainnya selama pengolahan dan penyimpanan Tabel 2. Cahyadi, 2008 ; Wijaya, 2009. Tabel 2. Kestabilan Beberapa Pewarna Sintetis Pewarna Kestabilan terhadap Cahaya Oksidasi pH Eritrosin Sangat baik Rendah Sangat rendah Merah Allura Sangat baik Rendah Baik Kuning FCF Sedang Rendah Baik Hijau FCF Rendah Sangat rendah Baik Biru Berlian Rendah Sangat rendah Baik Indigotin Sangat rendah Sangat rendah Baik Tartrazin Baik Rendah Baik Sumber : Wijaya 2009 Pewarna sintetik juga dapat diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia yang terdapat pada pewarna tersebut Tabel 3, yakni Azo dyes, Triarylmethane dyes, Quinophthalon dyes, Xanthene dyes, dan Indigo dyes. Struktur beberapa pewarna sintetik terlihat pada Gambar 1 Socaciu, 2008. Tabel 3. Golongan Pewarna Sintetik Golongan Contoh Pewarna Azo Dyes Allura Red Merah Allura Amaranth, Azorubin Carmoisin, Briliant Black, Brown FK, Brown HT, Litol Rubin BK, Ponceau 4R, Merah 2G, Sunst Yellow, Tartrazine Triarylmethane Dyes Briliant Blue FCF, Fast Green FCF, Green S, Patent Blue V Quinophthalon Dyes Quinoline Yellow Kuning Kuinelin Xanthene Dyes Erythrosine Eritrosin Indigo Dyes Indigotine Indigotin Sumber : Socaciu 2008 Merah Allura Briliant Blue Brilian Biru Carmoisin Tartrazin Sunset Yellow Quinoline Yellow Kuning Kuinelin Gambar 1. Beberapa Struktur Kimia Pewarna Sintetik. Sumber : Socaciu 2008 Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan pewarna yang dilarang Tabel 4 diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722menkesPerIX88 mengenai Bahan Tambahan pangan BTP Cahyadi, 2008. Tabel 4. Pewarna Sintetik yang diizinkan dan yang dilarang di Indonesia Pewarna yang Diizinkan Pewarna Nomor Indeks Warna C.I. No Amaran 16185 Biru Berlian 42090 Eritrosin 45430 Hijau FCF 42053 Hijau S 44090 Indigotin 73015 Ponceau 4R 16255 Kuning Kuinelin 15980 Sunset Yellow 15985 Tartrazin 19140 Carmoisin 14720 Pewarna yang Dilarang Citrus Red 12156 Ponceau 3R 16155 Ponceau SX 14700 Rhodamin B 45170 Buinea Green B 42085 Magentha 42510 Chrysoidine 11270 Butter Yellow 11020 Sudan I 12055 Methanil Yellow 13065 Auramine 41000 Oil Orange SS 12100 Oil Orange XO 12140 Oil Yellow AB 11380 Oil Yellow OB 11390 Sumber : Cahyadi 2008

2.4 Identifikasi Pewarna Sintetik

Identifikasi pewarna sintetik dapat dilakukan dengan beberapa metode. Umumnya metode identifiksi yang digunakan adalah metode kromatografi maupun metode spektrofotometri, ataupun gabungan kedua metode ini. Metode yang dapat digunakan anatara lain reaksi warna, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, spektrofotometri, dan kromatografi cair kinerja tinggi Cahyadi, 2008 ; Walford, 1984; Socaciu, 2008.

2.4.1 Cara Reaksi Warna

Identifikasi pewarna sintetik dengan cara reaksi warna biasanya dilakukan sebagai identifikasi pendahuluan. Penggunaan cara reaksi kimia ini dilakukan dengan penambahan HCl pekat, H 2 SO 4 pekat, NaOH 10, dan NH 4 OH 12 . Kemudian warna yang dihasilkan dengan penambahan pereaksi-pereaksi tersebut disesuaikan dengan tabel. Reaksi warna untuk pewarna sintetik Carmoisin, Tartrazin, Ponceau 4R, Briliant Blue, dan Sunset Yellow terdapat pada Tabel 5 Apriyantono, 1989. Tabel 5. Perubahan Warna dengan Penambahan Pereaksi Pewarna Perubahan Warna dengan Penambahan Pereaksi HCl pekat H 2 SO 4 pekat NaOH 10 NH 4 OH 12 Carmoisin Sedikit berubah Violet Merah Merah Tartrazin Sedikit gelap Sedikit gelap Sedikit berubah Sedikit berubah Sunset Yellow Kemerahan Kecoklatan Kecoklatan Tidak berubah Briliant Blue Kuning Kuning Tidak berubah Tidak berubah Ponceau 4R Merah pucat Violet Cokelat kuning Merah Sumber : Apriyantono 1989

2.4.2 Metode Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode kromatografi yang sederhana. Kromatografi Kertas merupakan jenis kromatografi partisi, dimana fasa diam adalah air yang disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas, dan fasa gerak merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organik dan air. Kromatografi Kertas sudah sering digunakan untuk mengidentifikasi pewarna sintetik pada makanan. Bahkan metode ini hingga saat ini masih digunakan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan POM Gritter, 1991; Badan POM, 2007. Prosedur penyiapan sampel dari kedua metode kromatografi ini sama yakni, sejumlah cuplikan ditambahkan asam asetat encer kemudian masukkan benang wool bebas lemak secukupnya, lalu dipanaskan diatas nyala api kecil selama 30 menit sambil diaduk. Benang wool dicuci dengan air hingga bersih. Pewarna dilarutkan dari benang wool dengan penambahan ammonia 10 diatas penangas air hingga sempurna. Totolkan pada kertas kromatografi pada Kromatografi Kertas ataupun plat lapis tipis pada Kromatografi Lapis Tipis, juga totolkan baku pembanding. Elusi dengan eluen yang sesuai pada suhu kamar Cahyadi, 2008. Penelitian yang telah dilakukan Charles 1990 eluen yang baik digunakan untuk identifikasi pewarna sintetik dengan metode Kromatografi Kertas adalah etilmetalketon:aseton:air 70:30:30. Menurut penelitian yang telah dilakukan Wadds 1984 eluen yang baik digunakan untuk identifikasi pewarna sintetik dengan metode Kromatografi Lapis Tipis adalah isobutanol:etanol:air 25:50:25. Sedangkan menurut Gritter 1991 eluen yang baik digunakan untuk identifikasi pewarna sintetik dengan metode Kromatografi Lapis tipis adalah Kloroform:Asetat anhidrat 75:2. Amati bercak yang timbul, kemudian hitung harga Rf dari masing- masing bercak sampel maupun baku. Perhitungan harga Rf dengan cara membagi jarak rambat zat terlarut dengan jarak zat pelarut. Rf = Lalu bandingkan Rf sampel dengan Rf baku Walford, 1984; Cahyadi, 2008; Gritter, 1991; Sastrohamidjodjo, 1985. BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Identifikasi zat pewarna tambahan makanan pada jelly dilakukan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

3.2 Alat-alat dan Bahan-bahan yang digunakan

Alat yang digunakan adalah Gelas piala 10 ml, 100 ml, 250 ml, Pengaduk kaca, Bejana, kromatografi, Penangas air, Benang wol bebas lemak, Kertas saring biasa, Kertas saring Whatman No. 1. Bahan yang digunakan dalam pengujian ini kecuali dinyatakan lain adalah asam asetat glasial pa, larutan asam asetat, ammonia NH 4 OH +bj 0,88, larutan elusi II isobutanol : etanol : air = 3:2:2.

3. 3 Sampel

Sampel yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel yang diperoleh dari Balai Besar POM di medan tahun anggaran 2010. Berikut data lengkap mengenai sampel : Nama contoh : 2000 Jelly No. Kode contoh : 409ILMM10 WadahKemasan : Bungkus plastik Pabrik : PD CHUP CHUP Komposisi : Air, gula, agar-agar, asam sitrat, kalium sitrat, aroma buah, pengawet Na.Benzoat, Pemanis buatan Na. Siklamat, pewarna makanan CI 15985, CI 19140, CI 42090, CI 14720, CI 16255 Waktu daluarsa : 30 Oktober 2011

3.4 Pembuatan Laruan Uji