Karakteristik Lingkungan Bio-Fisik HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Lingkungan Bio-Fisik

Hasil wawancara dan observasi terfokus menunjukkan bahwa latar belakang Kelurahan Cilincing dahulu berupa lahan pertanian, pertambakan, dan perkebunan. Namun, sekarang Kelurahan Cilincing sudah menjadi wilayah pemukiman yang padat penduduk. Lahan terbuka hijau dan daerah resapan air jarang ditemukan di sekitar Kelurahan Cilincing. Padatnya pemukiman menyebabkan jarang ditemukannya pohon-pohon di sekitar Kelurahan Cilincing. Beberapa pohon hanya dapat ditemukan di sekitar jalan raya, sebelah luar Kelurahan Cilincing Gambar 4. Jenis-jenis pohon yang dapat ditemukan di sepanjang jalan, sebelah luar Kelurahan Cilincing, antara lain angsana dan mangga. Gambar 4 Pepohonan di sepanjang jalan Kelurahan Cilincing Selain itu, beberapa tumbuhan juga dapat ditemukan di sekitar pekarangan SDN 2 Cilincing Gambar 5. Pekarangan SDN 2 Cilincing dijadikan tempat penanaman tumbuhan obat oleh warga. Tumbuhan obat yang ditanam di sekitar pekarangan SDN 2 Cilincing kebanyakan tidak dapat tumbuh lagi. Tumbuhan obat yang pernah ditanam tetapi tidak dapat tumbuh lagi, antara lain daun dewa, seledri, saga, pegagan, kumis kucing, sirih, kayu manis, pala, jahe, kencur, cabai dan temulawak. Gambar 5. Pekarangan SDN 2 Cilincing Tumbuhan obat dan tumbuhan lainnya yang masih dapat ditemukan di sekitar pekarangan SDN 2 Cilincing, antara lain belimbing, pacar cina, mangga, pandan, jambu biji, adenium, jeruk nipis, kunyit, dan lengkuas Gambar 6. Gambar 6. Tumbuhan yang tersisa di pekarangan SDN 2 Cilincing Beberapa tumbuhan obat tidak dapat tumbuh lagi diduga karena ketidaksesuaian tanah dan air di Kelurahan Cilincing terhadap tumbuhan obat. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak menanam tanaman di pekarangan rumah tetapi hanya di dalam pot Gambar 7. Jenis-jenis tumbuhan yang ditanam warga di dalam pot adalah jenis-jenis tanaman hias, antara lain adenium, aglaonema, kere payung, flamboyan, dan jenis tanaman bunga lainnya. Gambar 7. Penanaman tanaman di dalam pot Hasil wawancara dan observasi terfokus juga menunjukkan bahwa satwaliar yang dapat ditemukan di Kelurahan Cilincing hanya beberapa jenis burung antara lain pipit dan kutilang. Hewan-hewan yang sering ditemukan di Kelurahan Cilincing adalah hewan ternak, seperti ayam, entog, burung dara, dan burung merpati. Kondisi sungai yang sangat kotor diduga menjadi penyebab ikan tidak dapat hidup. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa wilayah Kelurahan Cilincing adalah daerah yang dapat mempengaruhi ekosistem mangrove di pantai utara Jakarta. Namun, wilayah ini justru didominasi oleh pemukiman. Selain itu, penanganan sampah yang buruk yang menyebabkan pencemaran air di wilayah ini justru semakin berpengaruh negatif bagi ekosistem mangrove dan organisme perairan Gambar 8. Permasalahan lingkungan terbesar di Jakarta Utara, termasuk Kelurahan Cilincing adalah pasang air laut, banjir kiriman, dan volume sampah yang besar. Selain itu, semakin sempitnya lahan terbuka hijau yang tersedia juga menjadi permasalahan lingkungan di Kelurahan Cilincing. Gambar 8. Penanganan sampah yang buruk di Kelurahan Cilincing Sungai di Kelurahan Cilincing berada dalam kondisi tercemar. Hal ini ditunjukkan dengan warna air yang hitam pekat dan aroma yang tidak sedap, serta banyaknya sampah di permukaan air. Sebagian besar sampah tersebut adalah sampah organik dan sampah rumah tangga. Hal ini tentunya akan membahayakan organisme perairan di sungai tersebut. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan seluruh organisme perairan Fardiaz 1992. Daerah pemukiman yang berada di sekitar Kantor Kelurahan Cilincing terlihat lebih rapi dan bersih, memiliki tempat sampah dan pekarangannya dihiasi dengan beraneka macam tanaman hias yang ditanam di pot-pot kecil Gambar 9a. Namun, daerah pemukiman yang berada di sekitar kalisungai Cilincing terlihat kotor dan tidak teratur Gambar 9b. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya sampah yang berserakan di sekitar rumah-rumah yang dibangun di pinggir sungai serta pembuangan limbah air kecil dan air besar yang disalurkan ke aliran sungai. Berdasarkan PP No. 35 Tahun 1991, bangunan-bangunan yang dibangun dipinggir sungai adalah bangunan-bangunan yang dapat mendukung kepentingan masyarakat dan perlu mendapatkan izin dari pemerintah daerah. Pembangunan rumah di pinggir sungai diduga karena keterbatasan lahan pemukiman dan kemudahan akses pekerjaan yang sebagian besar penghuninya berprofesi sebagai nelayan. a b Gambar 9. Pemukiman: a kantor kelurahan dan b sekitar sungai

5.2 Karakteristik Lingkungan Sosial-Budaya