termasuk keuangan menjadi lebih penting dibandingkan sektor primer. Negara-negara di Asia Timur seperti Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong, dan Asia Tenggara yaitu
Singapura dapat dianggap sebagai negara-negara berkembang yang berhasil mentransformasikan struktur ekonomi mereka dengan tingkat efisiensi dan pertumbuhan
ekonomi yang tinggi selama periode yag cukup panjang. Tambunan, 2001 Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan
membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke ekonomi yang didominasi oleh sektor industri.
Dalam Tambunan 2001, Kuznets menjelaskan bahwa perubahan struktur ekonomi dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi permintaan,
perdagangan luar negeri ekspor dan impor, produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Todaro 2003 menjelaskan bahwa kajian mengenai perubahan struktural
memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri
mereka dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional ke perekonomoian yang lebih modern, perekonomian yang memiliki sektor industri manufaktur yang lebih
bervariasi dan sektor-sektor jasa yang lebih tangguh Penelitian yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin tentang transformasi
struktur ekonomi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari semula yang mengandalkan
pertanian atau sektor pertambangan, menuju sektor industri. Transformasi struktural dapat dilihat pada perubahan pangsa nilai output agregat atau nilai tambah dari setiap
sektor di dalam pembentukan produk domestik bruto, atau produk nasional bruto atau pendapatan nasional. Tambunan, 2001
2.1.3. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Wilayah
Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan tehnologi, inovasi, spesialisasi, dan perdagangan antar negara yang pada akhirnya sejalan dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Berdasarkan pengalaman dari beberapa negara menunjukkan bahwa industrialisasi adalah hal yang perlu karena menjamin
pertumbuhan ekonomi, seperti Libya dan Kuwait dari sektor pertambangan minyak. Indonesia sendiri sejak Pelita I pada tahun 1969 sampai terjadinya krisis moneter hingga
1997, melakukan proses industrialisasi sehingga pendapatan masyarakat per kapita meningkat cukup pesat setiap tahunnya, karena jika hanya mengandalkan pertanian dan
pertambangan migas, maka Indonesia tidak pernah mencapai laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 dan tingkat pendapatan per kapita di atas US 1.000 pada
pertengahan tahun 1997. Industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir meskipun penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil, melainkan
hanya merupakan suatu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita yang tinggi.
Tambunan, 2001 Faried 1992 berpendapat bahwa di hampir semua negara, tingkat pendapatan di
sektor industri adalah sekitar dua kali lipat tingkat pendapatan di sektor pertanian oleh karena itu diharapakan dengan menempuh strategi industrialisasi maka taraf hidup akan
naik dengan cepat. Strategi industrialisasi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang hasilnya banyak yang kurang memuaskan, hal tersebut dikarenakan proses
infudtrialisasi dilakukan dengan mengorbankan pertanian sebagai sektor yang merupakan penghasil bahan baku bagi sektor industri. Dari uraian tersebut maka
dibutuhkan program industrialisasi yang dilakukan dengan terarah dan tidak tergesa- gesa.
Pada dasarnya pembangunan sektor industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, memeratakan kesempatan berusaha, serta meningkatkan mutu
perlindungan terhadap tenaga kerja. Sutrisno 1985 menjelaskan pula bahwa pembangunan sektor industri merupakan cara yang telah banyak dipakai oleh semua
negara atau wilayah, hal ini dikarenakan telah disadarinya oleh para perencana pembangunan bahwa kesempatan kerja bukanlah hasil samping dari tujuan utama
pembangunan yaitu pertumbuhan pendapatan nasional, akan tetapi merupakan salah satu tujuan utama yang harus dirumuskan secara tepat.
Dalam Rustiadi 2005 disebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi adalah salah satu cara untuk mencapai modernisasi ekonomi, atau suatu proses kumulatif
memperkuat antara pertumbuhan produksi urban dan peningkatan sistem supply pangan di perdesaan, sehingga dibutuhkan sinkronisasi antara sektor industri dan sektor
pertanian. Ditinjau dari aspek lokasinya, menurut Perroux dalam Arsyad 2004, berpendapat bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah tidak merata dan cenderung
terjadi proses aglomerasi pada pusat-pusat pertumbuhan, dan pada gilirannya pusat- pusat pertumbuhan tersebut akan mempengaruhi daerah-daerah yang lambat
perkembangannya. Terjadinya aglomerasi industri memiliki keuntungan tertentu, yaitu keuntungan skala ekonomis usaha dalam jumlah besar dan keuntungan penghematan
biaya, karena industri-industri pemimpin akan memperluas aktivitasnya dengan memunculkan industri-industri pendukungnya. Dalam skala ekonomis keuntungan
tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1 Keuntungan internal perusahaan
Keuntungan ini timbul karena faktor-faktor produksi yang tidak dapat dibagi yang hanya diperoleh dalam jumlah tertentu, dan jika dipakai dalam jumlah
banyak maka biaya produksi per unit akan lebih rendah dibandingkan jika dipakai dalam jumlah sedikit.
2 Keuntungan lokalisasi localization economies Keuntungan ini berhubungan dengan sumber bahan baku atau fasilitas sumber,
yaitu dengan menumpuknya industri, maka setipa industri merupakan sumber atau pasar bagi industri yang lain.
3 Keuntungan ekstern keuntungan urbanisasi Aglomerasi beberapa industri dalam suatu daerah akan mengakibatkan banyak
tenaga kerja yang tersedia baik tenaga memiliki kemampuan dan pengetahuan maupun tenaga kasar. Disamping itu aglomerasi juga akan mendorong
didirikannya perusahaan jasa pelayanan yang dibutuhkan untuk industri, misalnya, listrik, air minum, perbankan dalam skala yang besar, sehingga
pembangunan fasilitas pendukung industri dalam skala besar dapat menekan biaya. Selain itu aglomerasi juga memiliki keuntungan lain yaitu menurunkan
biaya transportasi. Karena penumpukan industri pada suatu daerah akan mendorong didirikannya perusahaan jasa angkutan dengan segala fasilitasnya,
sehingga industri-industri tersebut tidak perlu mengusahakan jasa angkutan sendiri.
Dalam analisa lokasi industri dijelaskan bahwa industri akan memilih lokasi dengan pertimbangan beban investasi, biaya produksi serta distribusi serendah mungkin,
dan proses berbagai pengambilan keputusan secepat mungkin. Faktor-faktor lainnya adalah faktor bahan bakubahan mentah, mudahnya akses tenaga kerja khususnya tenaga
kerja terampil, pengangkutan dan komunikasi, harga tanah, bantuan dan rangsangan dari pemerintah untuk investasi di sektor industri, dan daktor lingkungan seperti iklim,
topografi, maupun sifat geografiknya. Industri-industri dengan bobot lokasi jumlah berat pemindahan bahan mentah dan bahan jadi tinggi maka indeks materialnya
proporsi berat dari bahan mentah terhadap berat produksi yang dihasilkan juga tinggi, sehingga lokasi industrinya akan berorientasi kea rah sumber bahan mentah. Industri-
industri yang bobot lokasinya rendah akan mengarah kepada pasar, sedangkan bahan- bahan murni tidak pernah mengikat produksi kepada lokasi. Oleh karena itu dalam
proses industrialisasi dibutuhkan perencanaan yang matang dan strategi yang tepat, agar tujuan-tujuan industrialisasi tercapai, dan tidak mengakibatkan ekternalitas negatif yang
merugikan bukan hanya masyarakat dan lingkungan tetapi juga perusahaan industri sendiri.
Pada dasarnya pembangunan di sektor industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, memeratakan kesempatan berusaha, serta meningkatkan mutu dan
perlindungan terhadap tenaga kerja, dimana proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatakan kesejahteraan rakyat dalam
arti tingkat hidup yang lebih maju, maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain bahwa peran sektor industri dalam pembangunan merupakan suatu fungsi dari
tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan hanya kegiatan yang mandiri yang hanya sekedar mencapai fisik saja.
Arsyad 2004 menjelaskan bahwa pertumbuhan industri akan merangsang pertumbuhan sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian untuk menyediakan bahan
baku, sektor transportasi, komunikasi, listrik, gas, dan air bersih, konstruksi sebagai infrastruktur yang tak kalah pentingnya, juga sektor perdagangan maupun jasa sebagai
sektor pendukung. Dapat dikatakan pula dengan berkembangnya sektor industri akan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat. Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa tolak ukur peranan industri dalam suatu perekonomian antara lain: sumbangan sektor industri
manufaktur manufacturing terhadap Produk Domestik Bruto, jumlah tenaga kerja 13
yang terserap di sektor industri, dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang dan jasa.
2.1.4. Fenomena Deindustrialisasi