Analisis Resiko Tanah Longsor

Besarnya bobot parameter ditentukan berdasarkan pada penelitian Savitri 2007 dengan menggunakan rumus : Wj = n – rj+1 ∑ n-rj+1 Keterangan: W j = nilai yang dinormalkan bobot nilai n = jumlah kriteria k=1,2,3…n rj = posisi urutan kriteria Klasifikasi hasil akhir overlay dilakukan dengan membuat 4 kelas kerawanan longsor yaitu : -rendah, -sedang, -tinggi dan -sangat tinggi berdasarkan jumlah skor akhir, semakin besar jumlah skor maka semakin tinggi tingkat kerawanan, dengan penentuan selang skor : Selang Skor = Skor Tertinggi - Skor Terendah Jumlah Kelas Klasifikasi

3.3.4. Analisis Resiko Tanah Longsor

Resiko bencana tanah longsor sangat berkaitan erat dengan aktifitas manusia di wilayah tersebut, semakin tinggi aktifitas manusia di suatu wilayah maka akan semakin tinggi pula resiko yang akan terjadi. Analisis resiko atas terjadinya bencana tanah longsor secara spasial bisa di dapatkan dengan cara menganalisis peta resiko bencana tanah longsor. Menurut Alhasanah 2006 peta resiko bencana tanah longsor merupakan hasil overlay antara peta properti dengan peta kerawanan. Secara matematis, nilai resiko longsor dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: R = H + P Dimana: R = Resiko H = Hazard bahaya P = Properti Peta properti merupakan peta yang menggambarkan model pendekatan nilai manfaat ekonomi dari suatu bentang alamlahan baik dengan atau tanpa aktifitas manusia pada wilayah tersebut. Peta properti dihasilkan melalui penggabungan peta penutupan lahan, peta infrastuktur dan peta jaringan jalan. Skor akhir yang dihasilkan atas tumpang susun setiap parameter pembentuk peta properti yang terdapat pada Tabel 7 diklasifikasikan menjadi empat kelas properti yaitu properti rendah, properti sedang, properti tinggi dan properti sangat tinggi. Tabel 7 Skor parameter pembentuk Peta Properti Sumber: Alhasanah 2006 Penentuan kelas properti dilakukan berdasarkan interval kelas yang didapatkan dengan persamaan : i klasifikas kelas Jumlah dah Skor teren - nggi Skor terti Kelas Interval Untuk membuat peta resiko, peta properti yang dihasilkan dengan metode di atas ditumpangsusunkan dengan peta kerawanan tanah longsor yaitu dengan menjumlahkan bobot nilai pada tiap kelas pada peta properti dengan bobot nilai tiap kelas kerawanan pada peta kerawanan tanah longsor sehingga menghasilkan bobot nilai baru untuk menentukan kelas resiko. Skor akhir hasil tumpang susun peta properti dengan peta kerawanan diklasifikasi menjadi empat kelas tingkat resiko tanah longsor yaitu kelas resiko rendah, kelas resiko sedang, kelas resiko tinggi dan kelas resiko sangat tinggi. No ParameterJenis Buffering meter Skor Kriteria Penilaian Fisik Manusia Manfaat Total A. Infrastruktur 1. Pasar 100 3 3 3 9 2. Bangunan 50 3 2 2 7 3. Sekolah 50 3 3 3 9 4. Puskesmas 50 3 3 3 9 5. Kantor Desa 20 2 2 2 6 6. Masjid 20 2 2 2 6 7. Kantor Pos 20 2 2 2 6 8. Kantor Camat 20 2 2 2 6 9. Pos Polisi 20 2 2 2 6 10 Pelayanan Telepon 20 2 2 2 6 B. Jaringan Jalan 1. Jalan Utama 100 3 - 3 6 2. Jalan Lokal 80 3 - 2 5 3. Jalan Lain 50 2 - 2 4 4. Jalan Setapak 20 1 - 1 2 C. Penutupan Lahan 1. Hutan - 1 1 1 3 2. Kebun - 2 1 3 6 3. Sawah - 3 1 3 7 4. Pemukiman - 3 3 3 9 5. Semak Belukar - 1 1 1 3 6. Ladang - 1 1 1 3 7. Lahan Kosong - 1 1 1 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Biofisik 4.1.1. Lokasi Secara geografis lokasi penelitian berada pada 108 o 12’45” – 108 o 24’41” Bujur Timur BT dan 6 o 04’09”– 6 o 44’16” Lintang Selatan LS. Daerah penelitian memiliki luas 45.665,6 Ha yang meliputi 9 kecamatan yaitu Maja, Sukahaji, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Argapura, Sindangwangi, Banjaran dan Cingambul seperti tertera pada Gambar 3 dengan batas wilayah sebagai berikut : -sebelah Utara : Kecamatan Cigasong, Leuwimunding, Palasah, dan Jatiwangi -sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis -sebelah Barat : Kecamatan Majalengka, Bantarujeg dan Kabupaten Sumedang -sebelah Timur : Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Daerah penelitian merupakan kawasan gunung Ciremai sebelah Barat yang secara administrasi merupakan wilayah Kabupaten Majalengka dan meliputi wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai serta Wilayah Kerja Perum Perhutani KPH Majalengka. Wilayah tersebut menjadi penghubung antara Kabupaten Bandung dan Cirebon dengan Kabupaten Kuningan.

4.1.2. Iklim dan Curah Hujan

Lokasi penelitian termasuk dalam wilayah yang memiliki iklim tropis tipe C dengan suhu udara antara 21,4-30 ºC. Rata-rata hari hujan sebanyak 11 haribulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan Tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3-6 knot 1 Knot = 1.285 mjam. Intensitas serta distribusi curah hujan di lokasi penelitian dipengaruhi oleh faktor gunung Ciremai. Angin musim yang membawa awan hujan di sekitar gunung Ciremai akan menjatuhkan hujan dengan intensitas serta ketinggian curah mengikuti bentang alamnya. Hal itu akan menyebabkan tingginya curah hujan di wilayah yang semakin dekat dengan gunung Ciremai.