-Peluncuran bahan rombakan debris slide -Peluncuran batuan rock slide
-Aliran bahan rombakan debris flow -Robohan batuan rock fall
-Aliran tanah lambat slow earth flow -Robohan tanah soil fall
-Aliran Lumpur mud flow -Pengocoran pasir sand run
-Nendatbatuan dasar bed rock slump -Nendat slump
-Rayapan creep -Erosi ke hulu headward erosion
2.2. Bahaya dan Resiko Bencana Tanah Longsor
Paripurno 2004 mengemukakan bencana disaster merupakan fenomena sosial yang terjadi akibat kolektivitas atas komponen ancaman hazard berupa
fenomena alam dan atau buatan di satu pihak, dengan kerentanan vulnerability komunitas di pihak lain serta resiko risk yang ditimbulkan. Ancaman menjadi
bencana apabila komunitas rentan, atau memiliki kapasitas lebih rendah dari tingkat ancaman tersebut, atau bahkan menjadi sumber ancaman tersebut.
Dalam Sistem Informasi Geografis SIG pembuatan peta bahaya dan resiko atas suatu bencana dapat dilakukan dengan lebih kuantitatif. UNDRO
1991 menyatakan bahwa resiko merupakan gabungan dari unsur-unsur resiko itu sendiri dan bahaya serta kerentanan.
Hubungan antara resiko dan unsur-unsurnya, bahaya, dan kerentanan secara metematis diformulasikan sebagai berikut :
Rt= ERs = EHxV Rt : Resiko
H : Bahaya V : Kerentanan
E : Unsur-unsur dari Resiko Resiko biasanya dihitung secara matematis yang merupakan probabilitas
dari dampak konsekuensi suatu ancaman. Selanjutnya, hasil dari analisis resiko perlu ditindaklanjuti dengan rekomendasi-rekomendasi untuk mengurangi resiko
tersebut. Rekomendasi tersebut apabila dikaitkan dengan rencana pembangunan disebut dengan rencana mitigasi.
2.3. Penginderaan Jauh
Menurut Manual
of Remote
Sensing American
Society of
Photogrammetry 1983 dalam Howard 1996, dalam pengertian yang lebih luas Penginderaan Jauh adalah pengukuran atau pemerolehan informasi dari beberapa
sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung atau bersinggungan dengan objek atau fenomena
yang dikaji. Lo 1995 menyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan suatu teknik
untuk mengumpulkan informasi mengenai obyek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik. Biasanya teknik ini menghasilkan beberapa bentuk citra
yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, arkeologi, kehutanan, geografi,
geologi, perencanaan, dan bidang-bidang lain. Untuk mendeteksi energi elektromagnetik di alam diperlukan berbagai
macam alat penginderaan jauh yang berbeda, tipe alat penginderaan jauh yang menghasilkan citra mengenai lingkungan dalam bentuk yang sesuai dengan
interpretasi visual, yaitu : kamera fotografik, detektor elektro optikal, kamera televisi vidicom, penyiam inframerah termal, penyial multi spektral, pencitra
gelombang mikro pasif, dan pencitra gelombang mikro aktif Lo 1995. Citra satelit Landsat merupakan salah satu hasil rekaman penginderaan
jauh hasil rekaman suatu wilayah menggunakan satelit Landsat yang mengorbit pada ketinggian tertentu yang biasa digunakan untuk kepentingan pemantauan
penutupan lahan permukaan bumi, pemetaan tanah, pemetaan struktur batuan, pemetaan suhu permukaan laut, pemetaan dan pemantauan daerah bencana dll.
Citra satelit Landsat TM 5 merupakan salah satu jenis citra yang banyak digunakan untuk pemantauan sumberdaya alam, dengan resolusi spasial 30x30
meter dan luas liputan satuan citra 175x185 km pada permukaan bumi. Berdasarkan karakteristiknya, citra satelit Landsat TM 5 cukup layak untuk
digunakan sebagai dasar pembuatan peta penutupan lahan untuk pemetaan kawasan bencana tanah longsor.
2.4. Sistem Informasi Geografi 2.4.1. Definisi SIG