28 Parameter besarnya ketergantungan laju reaksi degradasi warna
terhadap suhu dan UV dapat dilihat dalam persamaan Arrhenius:
k ko . e
R.T
ln k ln ko Ea
R T
Keterangan: k
= konstanta laju reaksi ko = faktor frekuensi
Ea = energi
aktivasi R = tetapan gas 1.987 kalmol.K atau 8.314 Jmol.K
T = suhu mutlak K
Peningkatan kestabilan atau penghambatan degradasi warna antosianin akibat reaksi kopigmentasi dapat diamati melalui
perbandingan nilai energi aktivasi Ea reaksi degradasi antosianin tanpa penambahan kopigmen dan antosianin dengan penambahan
kopigmen rosmarinic acid. Semakin rendah energi aktivasi maka semakin mudah antosianin terdegradasi. Penambahan rosmarinic acid
sebagai senyawa kopigmen diharapkan mampu meningkatkan energi aktivasi reaksi degradasi warna pigmen antosianin.
4. Metode Analisis
a. Penentuan rendemen ekstrak
Rendemen ekstrak dihitung dalam persen yang menyatakan banyaknya ekstrak yang terdapat di dalam sampel berdasarkan berat
basah. Rendemen ekstrak dapat dilihat pada rumus di bawah ini:
Rendemen ekstrak Berat ekstrak g
Berat bahan awal g x
b. Penentuan total padatan AOAC, 1995
Sebanyak 1-2g sampel ditimbang dan diletakkan di dalam cawan petri kemudian diuapkan menggunakan penangas selama 30
menit. Setelah itu sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 100- 105°C selama 3.5 jam. Selanjutnya cawan didinginkan dalam desikator.
29 Setelah dingin cawan ditimbang dan kemudian dimasukkan kembali ke
dalam oven selama beberapa menit. Kemudian cawan dimasukan ke dalam desikator kembali untuk didinginkan dan ditimbang. Tahap ini
dilakukan berulang sampai diperoleh berat yang konstan dari sampel.
Total padatan terlarut Berat sampel setelah pengeringan
Berat awal sampel
c. Penentuan total antosianin modifikasi Iglesias et al., 2008
Sebanyak 0.2g sampel ekstrak antosianin dicampurkan dengan larutan pengekstrak metanol 26.4M + HCl 1N = 98 + 2 hingga
diperoleh campuran larutan dengan volume 10ml. Larutan dibiarkan selama 24 jam pada suhu 4ºC di ruang gelap. Selanjutnya dilakukan
pengukuran absorbansi larutan pada panjang gekombang 543nm. Konsentrasi antosianin dihitung sebagai delfinidin 3-glukosida
dengan bobot molekul 501gmol dan koefiien ekstingsi molar pada 543nm sebesar 2.94x10
4
lmol.cm dengan menggunakan rumus: A =
ε . b. c Keterangan:
A = absorbansi antosianin pada λ 543nm
ε = koefisien ekstingsi molar = 2.94x10
4
lmol.cm b = lebar kuvet cm
c = konsentrasi antosianin M = moll Total antosianin sampel dihitung dengan rumus:
Jumlah antosainin mgg =
M V P
Keterangan:
c = konsentrasi antosianin moll
BM = berat molekul antosianin pada rosela delfinidin 3-glukosida, BM = 501gmol
V = volume larutan FP = faktor pengenceran
m = berat sampel ekstrak antosianin
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI ROSELA
Menurut Harbone 1987, ekstraksi adalah proses penarikan komponenzat aktif suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu.
Pemilihan metode ekstraksi senyawa ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif, serta kelarutan
dalam pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam pelarut
non polar. Ekstraksi antosianin biasanya dilakukan dengan menggunakan air,
air yang mengandung SO
2
, dan alkohol yang diasamkan Markakis, 1982. Esselen dan Sammy 1973 menggunakan air panas untuk mengekstrak
delfinidin dan sianidin mono dan biosida dari Hibiscus sabdariffa. Ekstraksi antosianin dari kelopak kering bunga rosela pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pelarut air, karena air bersifat polar dan tidak bersifat toksik sama sekali.
Polaritas merupakan hal yang penting diperhatikan dalam proses ekstraksi. Polaritas antara bahan pengekstrak harus sama dengan polaritas
bahan yang diekstraknya. Senyawa yang polar hanya dapat larut dalam pelarut yang polar, demikian pula senyawa yang bersifat non-polar hanya
dapat larut pada pelarut non-polar juga. Menurut Timberlake dan Bridle 1966, antosianin merupakan komponen yang bersifat polar sehingga
akan lebih mudah larut dalam pelarut yang bersifat polar juga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kristie 2008,
ekstrak rosela yang diperoleh melalui proses ekstraksi secara maserasi dengan pelarut air, diduga masih banyak mengandung gum dan gula. Hal
tersebut menyebabkan ekstrak memiliki tekstur yang padat dan lengket. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan modifikasi tahapan ekstraksi
dengan penambahan etanol 95, untuk mengikat gum dan gula yang masih terekstrak. Filtrat ekstrak cair antosianin yang diperoleh dari
proses maserasi ditambahkan dengan etanol 95 sebanyak ½ bagian dari