Pengamatan stabilitas warna model minuman ringan terhadap

35

a. Pengamatan stabilitas warna model minuman ringan terhadap

pemanasan dengan menggunakan spektrofotometer Peningkatan waktu pemanasan menyebabkan penurunan nilai absorbansi warna model minuman ringan selama proses pemanasan Lampiran 8, Lampiran 10, Lampiran 12, Lampiran 14, dan Lampiran 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan rosmarinic acid sebagai senyawa kopigmen mampu menunjukkan efek hiperkromik, yaitu peningkatan intensitas warna merah antosianin, yang ditandai dengan peningkatan absorbansi pada model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid dibandingkan dengan model minuman kontrol antosianin tunggal. Peningkatan absorbansi pada model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid terjadi seiring dengan peningkatan konsentrasi rosmarinic acid yang ditambahkan. Formula model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid 1:100 mempunyai nilai absorbansi yang paling besar dibandingkan dengan formula model minuman kopigmentasi antosianin- rosmarinic acid 1:20, 1:40, 1:60, dan 1:80. Suhu pemanasan yang relatif tinggi dapat merusak struktur antosianin yang berpengaruh terhadap warna model minuman ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suhu pemanasan menyebabkan penurunan nilai retensi warna pada model minuman ringan. Nilai retensi warna menunjukkan kandungan antosianin rosela yang masih tersisa di dalam model minuman ringan selama atau setelah proses pemanasan. 36 Gambar 8. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal dan model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid pada pemanasan suhu 40⁰C Gambar 9. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal dan model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid pada pemanasan suhu 50⁰C Gambar 10. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal dan model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid pada pemanasan suhu 60⁰C 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 75 150 225 300 375 450 525 Rete nsi w ar n a Waktu menit kontrol 1:20 1:40 1:60 1:80 1:100 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 60 120 180 240 300 360 420 Ret e n si w ar n a Waktu menit kontrol 1:20 1:40 1:60 1:80 1:100 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 45 90 135 180 225 270 315 Re ten si w arn a Waktu menit kontrol 1:20 1:40 1:60 1:80 1:100 37 Gambar 11. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal dan model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid pada pemanasan suhu 70⁰C Gambar 12. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal dan model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid pada pemanasan suhu 80⁰C Nilai retensi warna model minuman ringan semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya suhu pemanasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pemanasan, laju degradasi antosianin rosela akibat proses pemanasan akan berlangsung semakin cepat, yang berakibat pada penurunan stabilitas warna model minuman ringan. Berdasarkan kurva retensi warna model minuman ringan di atas Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12 dapat dilihat bahwa, semakin tinggi suhu pemanasan, maka kurva retensi warna yang terbentuk akan semakin curam. Semakin curam kurva yang 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 30 60 90 120 150 180 210 Rete nsi w ar n a Waktu menit kontrol 1:20 1:40 1:60 1:80 1:100 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 15 30 45 60 75 90 105 Ret en si wa rna Waktu menit kontrol 1:20 1:40 1:60 1:80 1:100 38 terbentuk, maka stabilitas warna model minuman ringan terhadap degradasi akibat proses pemanasan semakin rendah. Pada pemanasan suhu 40 ⁰C warna model minuman ringan relatif stabil. Hal ini dapat dilihat dari bentuk kurva retensi warnanya yang semakin landai atau bahkan cenderung datar. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal pada akhir pemanasan suhu 40⁰C selama 525 menit adalah sebesar 97.60. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal pada akhir pemanasan suhu 50⁰C selama 420 menit, 60⁰C selama 315 menit, dan 70⁰C selama 210 menit secara berturut-turut adalah sebesar 85.80, 77.67, dan 65.54. Pada pemanasan suhu 80 ⁰C warna model minuman ringan relatif tidak stabil. Hal ini dapat dilihat dari bentuk kurva retensi warnanya yang semakin curam. Nilai retensi warna model minuman kontrol antosianin tunggal pada akhir pemanasan suhu 80 ⁰C selama 105 menit adalah sebesar 55.97. Markakis 1982 mengemukakan bahwa penurunan stabilitas warna akibat peningkatan suhu ini disebabkan oleh dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi kalkon yang tidak berwarna dan akhirnya membentuk alfa diketon yang berwarna coklat. Selain itu, menurut Elbe dan Schwartz 1996, panas mampu mengubah kesetimbangan antosianin terhadap kalkon yang tidak berwarna. Brouillard 1982 juga menyatakan bahwa temperatur yang tinggi dapat mengubah kation flavilium menjadi kalkon. Setelah cincin pirilium terbuka, degradasi akan berlanjut menghasilkan alfa diketon yang berwarna coklat. Peningkatan waktu dan suhu pemanasan dapat mengganggu proses kopigmentasi sehingga mengakibatkan degradasi kompleks antosianin-kopigmen menghasilkan senyawa seperti kalkon dan turunannya yang tidak berwarna Cai et al., 1990, Wilska-Jezka dan Korzuchowska, 1996, Satyatama, 2008. Lebih lanjut Dangles dan Brouillard 1992 menyatakan bahwa 39 interaksi antara antosianin dan kopigmen bersifat eksotermal dan peningkatan temperatur menyebabkan degradasi kompleks kopigmentasi memberikan komponen tidak berwarna, sehingga menyebabkan kehilangan warna pada kompleks antosianin- kopigmen. Penurunan nilai retensi warna akibat peningkatan suhu pemanasan pada model minuman kopigmentasi antosianin- rosmarinic acid lebih rendah jika dibandingkan dengan model minuman kontrol antosianin tunggal pada suhu pemanasan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid mempunyai kestabilan warna yang lebih baik dibandingkan dengan model minuman kontrol antosianin tunggal. Dengan demikian penambahan rosmarinic acid sebagai senyawa kopigmen dapat membantu mempertahankan retensi warna antosianin rosela terhadap peningkatan suhu pemanasan. Penambahan rosmarinic acid pada model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid 1:20 mampu menghambat laju degradasi antosianin rosela akibat proses pemanasan dengan nilai retensi warna pada akhir pemanasan suhu 40 ⁰C 525 menit, 50 ⁰C 420 menit, 60⁰C 315 menit, 70⁰C 210 menit, dan 80⁰C 105 menit secara berturut-turut adalah sebesar 97.09, 91.67, 82.27, 82.10, dan 71.21. Model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid 1:40 pada akhir pemanasan suhu 40 ⁰C 525 menit, 50 ⁰C 420 menit, 60⁰C 315 menit, 70⁰C 210 menit, dan 80 ⁰C 105 menit memiliki nilai retensi warna secara berturut-turut sebesar 97.84, 92.01, 84.01, 80.12, dan 70.20. Nilai retensi warna model minuman kopigmentasi antosianin-rosmarinic acid 1:60 pada akhir pemanasan suhu 40 ⁰C 525 menit, 50 ⁰C 420 menit, 60⁰C 315 menit, 70⁰C 210 menit, d 97.96, 9 P kopigmen laju degr nilai reten 50 ⁰C 42 105 men 88.44, antosianin 525 men menit, d berturut-t 72.73. N tunggal acid pada Gambar Ret e n si warna dan 80 ⁰C 10 93.47, 85.9 Penambahan ntasi antosia radasi antosi nsi warna p 20 menit, 60 nit secara b 82.89, d n-rosmarinic nit, 50 ⁰C dan 80 ⁰C 10 turut sebesa Nilai retensi dan model m