organik akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan sebaliknya pada musim hujan akan terjadi penurunan karena adanya
proses pengenceran Wardoyo, 1975. Pada perairan mengalir, jumlah kandungan bahan organik penting
diketahui untuk menentukan sumber dan peluruhan bahan organik tersebut, mengingat kondisi ekosistem perairan mengalir yang sangat dinamis. Bahan
organik di perairan mengalir dapat bersumber dari lingkungan teresterial di sekitarnya dan akibat transportasi dari angin, air dan pengendapan langsung
Hauer dan Lamberti, 1996. Estuari sungai bisa dikatakan bagian sungai yang memiliki konsentrasi
bahan organik cukup besar, yang berasal dari masukan air tawar dan air laut. Hal ini disebabkan kondisi dinamis yang dimiliki oleh ekosistem ini. Jenis dan jumlah
kandungan bahan organiknya juga beragam, tergantung lokasi dan tipe estuari tersebut Reid, 1961.
2.6 Meiofauna Bentik
Meiofauna adalah salah satu dari berbagai kelompok organisme yang hidup di dasar perairan. Meiofauna yang hidup di dasar perairan ini dikenal juga
dengan sebutan meiobenthos. Istilah meiofauna atau meiobenthos diberikan kepada organisme bentik yang memiliki ukuran atau dimensi
≤ 1 mm Higgins dan Thiel, 1988.
Kennish 1990 mengelompokkan meiofauna menjadi dua kategori, yaitu meiobenthos temporer dan meiobenthos permanen. Meiobenthos temporer adalah
meiofauna yang hanya menghabiskan sebagian dari daur hidupnya sebagai meiofauna, biasanya berupa larva makrofauna. Meiobenthos permanen adalah
meiofauna yang seluruh daur hidupnya berupa meiofauna. Di sedimen, meiofauna kebanyakan hidup pada bagian atas substrat. Lebih dari 90 meiobentos
terkonsentrasi sampai kedalaman 1 cm di sedimen. Kennish 1990 juga menambahkan bahwa keanekaragaman jenis
meiofauna di estuari sangatlah besar. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat kecocokan jenis atau tipe substrat tempat hidup meiofauna tersebut.
2.7 Perairan estuari Sungai Cisadane
Sungai Cisadane merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Jawa Barat dan Banten yang bersumber dari Gunung Salak dan Gunung Pangrango
Kabupaten Bogor dan mengalir menuju Laut Jawa. Sungai ini memiliki daerah tangkapan seluas 1.100 km
2
dan panjang sekitar 80 km. Debit aliran Sungai Cisadane berfluktuasi tergantung curah hujan di daerah tangkapannya.
Berdasarkan data pemantauan di Stasiun Pengamat Serpong, debit terendah tercatat sebesar 2,93 m
3
detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m
3
detik pada tahun 1997. Sedangkan rata-rata debit minimum antara tahun 1981 – 1997 pada
bulan Juli dan September berada di bawah 25 m
3
detik. Pada saat ini Sungai Cisadane dimanfaatkan sebagai sumber air bagi kegiatan industri, irigasi, dan air
minum Web-2. Bagian hilir Sungai Cisadane terletak di Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang. Aliran air dari Sungai ini bermuara ke Laut Jawa. Menurut Idawati 1999 kondisi Muara Sungai Cisadane banyak dipengaruhi oleh
kegiatan penduduk yang dilakukan di sepanjang sisi sungai. Kegiatan tersebut berupa pertambakan udang, ikan, penambangan pasir, perkebunan kelapa,
pertanian, peternakan, serta kegiatan indistri pembutan kapal motor. Menurut SK. Gubernur Jawa Barat No.38 Tahun 1991 in Anggoro 2004
tentang peruntukan air dan baku mutu cair pada sumber air di Jawa Barat, Sungai Cisadane ditetapkan bagi peruntukan air golongan B air baku minum, golongan
C air untuk keperluan perikanan dan peternakan dan golongan D air untuk keperluan pertanian, usaha perkotaan, industri dan Pembangkit Listrik Tenaga
Air.
III. METODE PENELITIAN