Kepadatan meiofauna Kelimpahan koloni bakteri

perbedaan yang signifikan antara kedua sebaran data tersebut. Uji ini dilakukan dengan membagi selisih nilai tengah antara kedua sebaran data dengan standar eror dari selisih kedua sebaran data tersebut uji-t. Hipotesis yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sebaran data. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sebaran data. Berdasarkan hipotesis di atas, kaidah keputusan yang diambil adalah: t hitung t tabel : tolak hipotesa Ho t hitung t tabel : gagal tolak hipotesis Ho

3.4.2 Kepadatan meiofauna

Kepadatan total meiofauna ditentukan dengan menghitung jumlah total meiofauna yang tampak pada mikroskop pada setiap sampel pengamatan. Dengan mengetahui besar luasan pengambilan sampel lingkaran core, maka total kepadatan meiofauna dapat diestimasi dengan rumus sebagai berikut Higgins dan Thiel, 1988 : b xa K 1000  Keterangan : K = kepadatan meiofauna individum 2 b = luas lingkaran core cm 2 a = jumlah meiofauna yang dihitung individu 1000 = nilai konversi

3.4.3 Kelimpahan koloni bakteri

Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan dengan menghitung jumlah unit bakteri yang tumbuh pada media agar setelah masa inkubasi. Collins et al. 1995 menjelaskan bahwa bakteri terpisah dalam koloni-koloni, satu koloni dapat berisi satu jenis organisme atau bahkan ribuan organisme bakteri. Setiap koloni yang tumbuh dibentuk oleh satu unit. Satu unit koloni bakteri ini dinyatakan dalam satuan colony-forming units cfu. Jumlah total koloni bakteri dapat diestimasi dengan membagi jumlah koloni yang terdapat pada media agar dengan nilai pengenceran yang digunakan. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam colony-forming units cfuml atau sebagai viable countml bukan sebagai bacteriagr atau bacteriaml. Jika koloni dalam cawan petri lebih dari 300 koloni maka perhitungan dapat menggunakan pembagian kuadran, misalnya seperempat atau seperdelapan pembagian area perhintungan Collins et al., 1995.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian laboratorium 4.1.1 Oksigen terlarut DO Pengamatan terhadap kandungan oksigen dalam akuarium pada masing- masing perlakuan, memperlihatkan adanya penurunan kandungan oksigen dengan waktu pengamatan yang berbeda. Penurunan tertinggi diperlihatkan oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Sementara untuk perlakuan 1 mengalami penurunan lebih rendah. Penurunan oksigen ini dikarenakan penggunaannya untuk dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme di sedimen. Pada perlakuan yang diberi sedimen, kadar oksigen mencapai nilai 0 pada hari ke empat setelah 96 jam masa pengamatan Gambar 3. Bahan organik yang terdapat di sedimen diuraikan oleh mikroorganisme dengan memanfaatkan oksigen yang terdapat pada lapisan air di atasnya bottom layer water . Nilai penurunan oksigen tersebut menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh dekomposer dalam mendekomposisi bahan organik yang ada. Nilai kebutuhan oksigen tersebut, disajikan pada Tabel 2. Substrat sungai yang lebih halus memiliki kecenderungan untuk menangkap bahan organik lebih banyak Reid, 1961. Hal ini juga diperlihatkan oleh jenis sedimen dasar yang ditemukan pada kedua stasiun yang didominasi oleh liat dan debu Gambar 6. Tingginya bahan organik yang terjebak di sedimen sungai menyebabkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme akuatik juga menjadi tinggi. Sehingga, kondisi anoksik pada pengamatan diperoleh pada hari ke empat pengamatan. Tebbut 1992 in Effendi 2003 menjelaskan bahwa proses dekomposisi bahan organik akan terus berlangsung meskipun tanpa oksigen. Kondisi ini disebut dekomposisi anaerob. Dekomposisi anaerob sangat merugikan karena manghasilkan produk zat beracun dan berbahaya seperti alkohol dan asam, yang dapat berupa CH 4 , H 2 S, NH 3 , CO 2 , dan H 2 O.