2.4 Sediment oxygen demand SOD
SOD Sediment Oxygen Demand dapat diartikan sebagai jumlah kandungan oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk proses-proses biologi,
biokimia, dan proses kimiawi yang terjadi di sedimen dan lapisan air paling bawah. Proses tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan kandungan oksigen
terlarut di lapisan dasar perairan. Penurunan oksigen di sedimen disebabkan oleh respirasi biologis organisme bentik dan proses biokimia oleh bakteri
dekomposisi terhadap masukan bahan organik yang terperangkap di sedimen. Selain itu, proses oksidasi seperti nitrifikasi yang mengubah amonia menjadi
nitrat juga memberikan sumbangan terhadap penurunan kadar oksiden di sedimen. Namun, proses ini sangat kecil sekali pengaruhnya terhadap SOD. Penurunan
oksigen di perairan tergantung oleh laju penurunan oksigen gmhari, tinggi kolom air pada lapisan di atas sedimen, serta lamanya waktu pemanfaatan oksigen
dalam proses yang berlangsung di sedimen Web-1. Secara umum, nilai kebutuhan oksigen di sedimen turut dipengaruhi pula
oleh kondisi fisik perairan, seperti jenis substrat sungai dan arus. Sungai yang memiliki kecepatan arus yang tinggi serta jenis sedimen berbatu, biasanya
memiliki kebutuhan oksigen sedimen yang rendah atau bahkan nol. Proses dekomposisi, baik aerob maupun anaerob merupakan faktor utama yang
mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen di sedimen Novotny dan Olem, 1994. Lebih jauh Novonty dan Olem 1994 menjelaskan bahwa penelitian
mengenai kebutuhan oksigen di sedimen perairan perlu dilakukan sebagai dasar untuk mengetahui keseimbangan oksigen di perairan. Di estuari, keseimbangan
oksigen dipengaruhi oleh besaran kebutuhan oksigen di badan perairan dan di sedimen, sumbangan oksigen bagi perairan dari difusi dan hasil fotosintesis, arus,
serta pasang surut.
2.5 Bahan organik di perairan
Aktivitas antropogenik menghasilkan limbah yang biasanya dibuang ke sungai, hal ini dapat menjadi penyebab pencemaran. Pencemaran adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya PPRI, 2001. Salah satu jenis pencemaran adalah pencemaran
bahan organik. Semua bahan organik mengandung karbon C berkombinasi dengan satu
atau lebih elemen lainnya. Menurut Dugan 1972 in Effendi 2003 biasanya bahan organik tersebut tersusun atas polisakarida karbohidrat, polipeptida
protein, lemak fats, dan nucleid acid. Bahan organik disuatu perairan lebih banyak terdapat dalam bentuk terlarut dibandingkan dalam bentuk tersuspensi
atau koloid Hynes, 1972. Bahan organik berasal dari tiga sumber utama sebagai berikut Sawyer dan McCarty, 1978 in Effendi, 2003 :
1. Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani,
alkaloid, selulosa, kanji, gula, dan sebagainya. 2.
Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh manusia.
3. Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, dan asam;
yang semuanya diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme. Bahan organik yang belum terolah jika dibuang ke badan air akan
diuraikan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen untuk proses pembusukan bahan-bahan organik tersebut Sugiharto, 1987 in Jumeneng, 2007. Berdasarkan
sifatnya, bahan organik dibedakan menjadi dua macam, yaitu Wardoyo, 1975 : a.
Bahan organik tak mudah urai, diantaranya senyawa-senyawa aromatik seperti minyak, deterjen, dan pestisida yang merupakan
limbah organik beracun. b.
Bahan organik mudah urai, diantaranya sampah rumah tangga, kotoran hewan dan manusia, sampah, dan limbah pertanian dan
berbagai jenis limbah industri seperti makanan, tekstil, dan sebagainya.
Kandungan bahan organik di perairan akan mengalami fluktuasi yang disebabkan bervariasinya jumlah masukan baik dari domestik, pertanian, industri
maupun sumber lainnya. Kandungan bahan organik dalam perairan akan mengalami peningkatan yang disebabkan buangan dari rumah tangga, pertanian,
industri, hujan, dan aliran air permukaan. Pada musim kemarau kandungan bahan
organik akan meningkat sehingga akan meningkatkan pula kandungan unsur hara perairan dan sebaliknya pada musim hujan akan terjadi penurunan karena adanya
proses pengenceran Wardoyo, 1975. Pada perairan mengalir, jumlah kandungan bahan organik penting
diketahui untuk menentukan sumber dan peluruhan bahan organik tersebut, mengingat kondisi ekosistem perairan mengalir yang sangat dinamis. Bahan
organik di perairan mengalir dapat bersumber dari lingkungan teresterial di sekitarnya dan akibat transportasi dari angin, air dan pengendapan langsung
Hauer dan Lamberti, 1996. Estuari sungai bisa dikatakan bagian sungai yang memiliki konsentrasi
bahan organik cukup besar, yang berasal dari masukan air tawar dan air laut. Hal ini disebabkan kondisi dinamis yang dimiliki oleh ekosistem ini. Jenis dan jumlah
kandungan bahan organiknya juga beragam, tergantung lokasi dan tipe estuari tersebut Reid, 1961.
2.6 Meiofauna Bentik