sejarah.Terutama pada masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar tempat peserta didik MISD.
Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang perguruan tinggi, semakin dipertajam dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner. Menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar mahasiswa secara berkesinambungan.
Sama halnya dengan bidang-bidang yang lainnya, tujuan pembelajaran IPS bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki, tujuan pendidikan
nasionalpada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan. Selanjutnya tujuan institusional ini dijabarkan
dalam tujuan kurikuler dan tujuan pada mata pelajaranpada setiap bidang studi dalam kurikulum. Termasuk pada bidang studi IPS.
Tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
1. membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupan bermasyarakat: 2.
membekalai peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan membekali alternatif pemecahan masalah sosial;
3. membekali peserta didik dalam berkomunikasi dengan sesama warga
masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta keahlian; 4.
membekali peserta didik dengan sikap mental yang positif; 5.
membekali peserta didik dengan kemampuan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan tuntutan jaman.
5
5
Nadlir, op. cit., h.1-12
2. Pembelajaran IPS Melalui Media Visual
Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Ada beberapa konsep atau definisi media
pembelajaran. Rossi dan Breidle 1966:3
dalam Wina Sanjaya “Media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
pendidikan seperti radio, televisi, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio atau televisi jika digunakan dan diprogram untuk
pendidikan maka merupakan media pembelajaran. ”
6
Namun demikian, media bukan satu-satunya penunjang perolehan pengetahuan siswa. Tapi hal-hal lain juga memungkinkan seorang siswa
mendapatkan pengetahuan. Menurut Gerlach dan Elly 1980:244 dalam Wina Sanjaya
“A medium, conceived is any person, material or event that is estabilishs condition which
enable the leraner to acquire knowledge, skill, and attitude.”
7
Dari dua pengertian di atas maka pengertian yang disampaikan oleh garlach lebih luas pengertiannya dibandingkan dari pengertian sebelumnya.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPS, media menyaluran pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Contoh-contoh termasuk video, televisi, komputer, bahan-bahan cetak, dan guru.
Secara tradisional, buku pelajaran, papan tulis dan gambardinding merupakan media pembelajaran visual yang paling sederhana digunakan.
Dewasa ini media pembelajaran visual yang paling sering digunakan. Dewasa ini, media pembelajaran telah mengalami perluasan yang amat pesat. Di
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2006, h. 163
7
Ibid
samping buku pelajaran, digunakan stensil, foto copy, buku kerja, ensiklopedi, kamus, majalah dan surat kabar. Akhir-akhir ini, juga mulai digunakan media
audiovisual yang merupakan hasil dibidang teknologi. Azhar
arsyad mengutif
dari AECT
Association of
Education andComunication Technology
“media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaian pesan atau informasi”.
8
W.S Winkel mengutif pandangan E. De Conte, media pembelajaran dapat diartikan “suatu sarana nonpersonal bukan manusia yang diguanakan atau di
sediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan proses belajar- mengajar, untuk mencapai tujuan,
9
Dengan istilah mediator, media menunjukan fungsi atau peranannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar
siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaranyang melakukan peran mediasi,
mulai dari guru sampai kepada peralatan paling modern, dapat disebut media.Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan
pesan-pesan pembelajaran. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan sikap dan prilaku
terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang dialami sebelumnya. Tingkat pengalaman pemerolehan hasil belajar yang
digambarkan oleh Dale 1966 sebagai suatu komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkansiswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan.
Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan kedalam simbol-simbol encoding dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut
sehingga dipahami sebagai pesan decoding. Digambarkan di bawah ini cara pengolahan pesan oleh guru dan murid.
8
Azhar Arsyad, Media Pebelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, h. 3
9
Ibid
Gambar 2.2 Pesan Dalam Komunikasi Pesan diproduksi dengan:
Pesan dicerna
dan diinterpretasi dengan:
Berbicara, menyanyi, memainkan alat musik, dsb.
Memvisualisasikan melalui film, foto, lukisan,
gambar, model,
patung, patung,
grafik, kartun,
gerakan nonverbal.
Menulis atau mengarang. -- Mendengarkan
-- Mengamati
-- Membaca
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah
Dale’s cane of Experience Kerucut Pengalaman Dale Dale, 1969. Hasil belajar didapat mulai dari
pengalaman langsung kongkret, sampai kepada verbal abstrak. Semakin ke atas semakin abstrak media penyampaian itu.
Levie Levie 1975 yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan
bahwa : “Stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal
memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajaranitu melibatkan ingatan yang berurut-urutan sekuensial
”.
10
10
Arsyad, op.,cit. h. 9
Abstrak Lam-
Bang Kata
Lambang Visual
Gambar diam, Rekaman radio
Gambar Hidup Permanen Televisi
Karyawisata Dramatisasi
Benda TiruanPengamatan Kongkreat Pengalaman Langsung
Bagan 2.1. Pengalaman Edgar Dale.
11
Selanjutnya uraian dalam setiap pengalaman belajar seperti yang telah digambarkan dalam kerucut pengalaman tersebut akan dijelaskan berikut ini.
a. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa
sebagai hasil dari aktifitas sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri apa yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Siswa berhubungan
langsung dengan obyek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara. Maka ada kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi
kongkreat sehingga akan menjadi ketepatan yang tinggi.
11
Ibid. 11
b. Pengalaman tiruan adalah pengalaman yang diperoleh dari manipulasi
dari keadaan yang sebenarnya. Mempelajari objek tiruan adalah sangat besar manfaatnya, terutama menghindari adanya verbalisme.
c. Pengalaman melalui drama adalah pengalaman yang diperoleh dari
situasi yang diciptakan melalui drama. Walaupun siswa tidak mengalaminya akan tetapi siswa akan lebih menghayati berbagai peran
yang disuguhkan. d.
Pengalaman melalui demontrasi adalah penyampaian melaui peragaan. Walaupun tidak mengalami dalam dunia nyata akan tetapi siswa dapat
melihat dengan peragaan yang dilakukan oleh orang lain. e.
Pengalaman wisata, adalah pengalaman langsung ke tempat obyek wisata. Sehingga siswa dapat mencatat dan bertanya hal-hal yang
dikunjungi. f.
Pengalaman melalui pameran. Pameran sifatnya lebih abstrak dari wisata, sebab pengalaman yang diperolehnya sebatas mengamatiwujud
benda itu sendiri. g.
Pengalaman melalui televisi. Sehingga melalui televisi siswa dapat melihat atau menyaksikan peristiwa program yang telah dirancang.
h. Belajar melalui gambar hidup dan film.
i. Pengalaman melalui radio, tape recorder, dan gambar. Pengalaman ini
lebih abstrak sifatnya dibandingkan dengan pengalaman melalui gambar hidup, karena mengandalkan satu indra saja.
j. Pengalaman melalui lambang-lambang visual gambar, dapat
memberikan pengetahuan yang lebih luas. Siswa dapat lebih mengetahui perkembangan melalui bagan atau lambang visual lainnya.
k. Pengalaman melalui lambang verbal, merupakan pengalaman yang
sifatnya lebih abstrak. Sebab siswa memperoleh pengetahuan melaui bahasa baik lisan maupun tulisan saja. Kemungkinan terjadinya
verbalisme. Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan bahasa verbal sebaiknya disertai dengan penggunaan media lain.
Berbagai cara
dapat digunakan
untuk mengidentifikasi
dan mengklasifikasi media, Rudi dan Bretz 1971 misalnya mengklasifikasikan
media kedalam tujuh kelompok media, yaitu:
12
1. Media audio visual gerak, merupakan media yang paling lengkap,
yaitu menggunakan kemampuan audio visual gerak. 2.
Media audio visual diam, merupakan media kedua dari segi kelengkapan kemampuannya karena memiliki semua kemampuan
yang ada pada golongan sebelumnya kecuali penampilan gerak. 3.
Media audio semi gerak, memiliki kemampuan menampilkan suara disertai garakan titik secara linier, jadi tidak dapat menampilkan
gerakan nyata secara utuh. 4.
Media visual gerak, memiliki kemampuan seperti golongan pertama kecuali penampilan suara.
5. Media visual diam, mempunyai kemampuan menyampaikan informasi
secara visual tetapi tidak dapat menampilkan gerak dan suara. 6.
Media audio, media yang hanya memanipulasikan kemampuan- kemampuan suara semata-mata.
7. Media cetak, merupakan media yang hanya mampu menampilkan
informasi berupa huruf angka, dan simbol-simbol verbal tertentu.
13
Dale 1969:180 mengemukakan bahwa bahan-bahan visual dapat memberikan banyak manfaat asal guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hubungan siswa dengan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan moderen saat ini. Guru harus selalu
hadir untuk menyajikan materi pembelajaran dengan bantuan media apa saja
agar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
1. meningatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2. membuahkan perubahan signifikasi tingah laku siswa;
12
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010,h.201
3. menunjukan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan minat
siswa dengan meningkatkan motifivasi belajar siswa; 4.
membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa; 5.
membuat hasil belajar lebuh bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
6. mendorong pemanfaatan dengan jalan melibatkan imajinasi dan
partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar siswa;
7. memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu
siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari; 8.
melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep- konsep yang bermakna dapat dikembangkan;
9. memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat; 10. meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa
butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
14
Media Pembelajaran menurut Kemp Daytone 1985:28, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan perorangan,
kelompok, atau kelompok pendengar yang jumlahnya. Yaitu :
15
1. Memotifasi minat atau tindakan,
2. Menyajikan informasi,
3. Memberi intruksi.
Untuk memenuhi
fungsi motivasi,
media pembelajaran
dapat direalisasikan dengan tehnik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah
melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak. Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.
14
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2011, h. 23-24
15
Herminegari, Fungsi dan Manfaat MediaPembelajaran, 2014, p.3, http: Wordpress.com.
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk
penyajian besifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan
drama, atau tehnik motivasi. Parsitipasi dari siswa diharapkan hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada
perasaan tidak senang, netral, atau senang. Media berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasiyang terdapat
dalam media ituharus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun daam bentuk aktivitas pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang
secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Disamping menyenangkan media
pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan siswa.
Sudjana dan Rivai 1992;2 mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar; 2.
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat memungkinkan pencapaian tujuan pembelajaran;
3. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tak semata-mata
komunokasi verbal melalui kata-kata guru, sehingga siswa tak bosan; 4.
Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, seperti mengamati, melakukan dan lain-lain.
16
Encyclopediei of Educational Research dalam Hamalik 1994:15 merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1. Meletakan dasar-dasar yang kongkret untuk berfikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme. 2.
Memperbesar perhatian siswa. 3.
Membuat pembelajaran lebih mantap.
16
Ibid
4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada siswa. 5.
Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama pada gambar hidup.
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu
perkembangan kemempuan berbahasa. 7.
Membantu efesiansi dan keragaman yang lebih baik.
17
Media pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai motifator, yakni memiliki pengetahuan, pemahaman, keterampilan, memilih dan
menggunakan media serta mengusahakan jika media tersebut tidak tersedia.Sebagai motifator, gurupun menjadi komunikator yang memfasilitasi
terjadinya interaksi antarkomponen pembelajaran.Tiga macam yang dapat dilakuan oleh seorang guru dalam merancang dan mendorong terjadinya
interaksi secara
maksimal di
dalam kelas,
yaitu mendorong
berlangsungnyatingkah laku sosial, mengembangkan interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan lingkungan.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar, meningkatkan hasil prestasi belajar siswa, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
3. Hasil BelajarIPS dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Belajar merupakan hal yang kompleks, karena definisi atau pandangan seseorang tergantung teori yang dianutnya.Belajar merupakan unsur yang
sangat penting dalam setiap jenjang pendidikan. Berhasil dan tidaknya tujuan pendidikan tergantung kepada proses belajar yang dialami siswa baik ketika
berada di sekolah maupun di luar lingkungan luar sekolah. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif. Belajar adalah proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah
17
Ibid.
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami, sesuatu.
Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita akan berbicara tentang bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Oleh karena itubelajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu.
18
Senada yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain yakni, “belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan
latihan”.
19
Good dan Brophy dalam Ngalim Purwanto, mengatakan: “Learning is the development of new associations as a result of
experience ”.
20
Jadi menurut Good dan Bhrophy yang dimaksud dengan belajar merupakan bukan tingkah laku yang nampak, akan tetapi terutama adalah
prosesnya yang terjadi secara internal di dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.
Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
para siswa
penting diketahui
guru, agar
guru dapat
merancangmendesain secara tepat dan penuh arti. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai
siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan instruksional, sebab tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses
belajar-mengajar. Howard Kingsley Sudjana, 2004 membagi tiga macam hasil belajar,
yakni 1 keterampilan dan kebiasaan, 2 pengetahuan dan pengertian, 3
18
Benny A. Pribadi, Model Disain Sistem Pendidikan, Jakarta: Dian Rakyat, 2009, h.6
19
Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006, h.10
20
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992, h.85
sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
21
Dalam tulisan ini, hanya akan dibahas tipe hasil belajar belajar menurut Gagne dan Benyamin Bloom. Sekalipun dalam system pendidikan itu
menganut teori yang dikemukaan oleh Benyamin Bloom, Namun ada baiknya dikemuakan pendapat Gagne sebagai bahan perbandingan, sekaligus dapat
memperkaya pengetahuan, sebab pendapat keduanya banyak persamaannya. 1. Bentuk Perbuatan belajar
Gagne Berpendapat, bahwa belajar dapat dilihat dari segi proses dan dapat pula dilihat dari segi hasil. Dari segi proses, menurut Gagne ada delapan tipe
perbuatan belajar, yakni: a
Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang.
b Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan yaitu memberikan reasi
yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan. c
Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejalafaktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu
kesatuan rangakaian yang berarti. d
Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata- kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterima.
e Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang
berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya. f
Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu.
g Belajar kaidah atau belajar prinsip yaitu menghubung-hubungkan
beberapa konsep. h
Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan.
21
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2012, h.22
Kedelapan tipe di atas, disusun mulai dariyang sederhana sampai kepada yang kompleks. Dengan kata lain mempunyai hubungan hirarki. Belajar
ditinjau dari proses, seperti dikemukakan di atas memberikan petunjuk bagaimana belajar itu dilakukan, atau bagaimana terjadinya perbuatan belajar.
Bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa. Sedangkan belajar berkenaan dengan hasil, dalam pengertian banyak
hubungannya dengan tujuan pengajaran, Gagne mengemukakan ada lima jenis ada lima tipe, yakni
a. Belajar kemahira intelektul kognitif
Dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi yakni belajar kesanggupan membedakan
beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu. Untuk itu diperlukan pengamatan yang cermat dan ciri-ciri dan objek itu seperti bentuknya,
ukuran, warna, dan lin-lain. Kemampuan membedakan objek dipengaruhi oleh kematangan, pertumbuhan, dan pendidikan.
b. Belajar informasi verbal Pada umumnya belajar, berlangsung melalui informasi verbal, apalagi
belajar di sekolah, seperti membaca, mengarang, bercerita,
mendengarkan uraian guru, kesanggupan, menyatakan pendapat dalam bahasa lisantulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti setiap
katakalimat dan lain-lain. c. Belajar mengatur kegiatan intelektual
Tipe belajar ini menekankan aplikasi kognitif dalam memecahka persoalan. Ada dua aspek penting dalam tipe belajar ini, yakni prinsip
pemecahan masalah dan langkah berfikir dalam pemecahan masalah problem solving.Prinsip pemecahan masalah memerlukan kemahiran
intelektual seperti belajar diskriminasi, belajar konsep belajar kaidah, Kemahiran intelektual tersebut pada gilirannyaakan membentuk satu
kemampuan intelektual
yang lebih
tinggi, yakni
langkah- langkahberfikir dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain,
kemampuan memecahkan masalah merupakan aspek kognitif tingkat tinggi.
d. Belajar sikap Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima
objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu apakah berarti atau tidak bagi dirinya.Itulah sebabnya sikap berhubungan dengan pengetahuan,
dan perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat dipandang sebagai kecendrungan seseorang untuk bersikap predisposisi. Hasil
belajar sikap nampak dalam bentuk kemauan, minat, perhatian, perubahan perasaanm dan lain-lain. Sikap dapat dipelajari dan dapat
diubah melalui proses belajar. e. Belajar keterampilan motorik
Belajar keterampilan
motorik banyak
berhubungan dengan
kesanggupan menggunakan gerakan badan, sehingga memiliki rangkaian gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. Belajar
motorik memerlukan kemahiran intelektual dan sikap, sebab dalam belajar motorik bukan semata-mata hanya gerakan anggota badan saja.
Tetapi juga memerlukan pemahaman dan penguasaan akan prosedur yang harus dilakukan.
2. Tipe Hasil Belajar 1. Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif
Adapun tingkatan belajar tipe bidang kognitif, meliputi : a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan knowledge
Pengetahuan yang sifatnya factual, disamping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali seperti batasan,
peristiahan, pasal, hukum, bab, dan lain-lain. b. Tipe hasil belajar pemahaman comprehensip
Ada tiga tiga macam pemahaman yang berlaku umum ; pertama pemahaman terjemahan, kedua pemahaman penafsiran, dan ketiga
pemahaman ekstrapolasi kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat, dan tersurat.
c. Tipe hasil belajar penerapan aplikasi aplikasi adalah kesanggupan mengabtraksi suatu konsep, ide, rumus,
hokum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan yang menggunakan rumus.
d. Tipe hasil belajar analisis Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang
memamfaatkan, unsur tipe hasil yang kompleks, yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
e. Tipe hasil belajar sintesis Sintesis adalah lawan analis.Pola berfikir sintesis adalah berfikir
divergen sedangkan pola berfikir analis adalah konvergen. f. Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya.Tipe hasil belajar ini
yang paling tinggi.
2. Tipe Hasil belajar Bidang Afektif Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil
belajar.Tingkatan tersebut dimulai dari tingkata yang sederhana sampai tingkatan yang paling kompleks.
22
a. Receivingattending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan stimulasi dari luar yang datang dari diri siswa.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk
ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus tadi. c. Valuing penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman
untuk menerima nilai, kesepakatan terhadap nilai tersebut.
22
Ibid. 30
d. Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam suatu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan yang
lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
3. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotrik Hasil
belajar bidang
psikomotoriktampak dalambentuk
keterampialan skill, kemampuan bertindak indvidu.Ada 6 tingkatan keterampilan, yakni :
a. Gerakan reflek b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.
e. gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekpresif dan interpretatif.
23
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan sekitar siswa
3. Faktor pendekatan belajar approach to learning, yakni jenis upayabelajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
23
Ibid.
siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pembelajaran.
24
Berfikir oleh Jalaludin Rakhmat 1985:86 dibagi dalam dua macam, yakni berfikir utistik autistic atau disebut juga dengan berhayal, dan berfikirrealistik
realistic, atau disebut juga denganberfikir dalam rangka menyesuaikan dengan dunia nyata.
25
Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan media pembelajaran yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para siswanya kepada
pemahaman yang realistis. Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Skrifsi Tutik Nuryati mahasiswa Universitas Negeri Surabaya judul penelitiannya
“Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas IV SDNUjung VIII Surabaya
. Penelitian dilakukan karena nilai hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial IPS di kelas IV SDN Ujung VIII33 Surabaya pada semester I tahun ajaran 2012-2013 masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal KKM yang ditetapkan yaitu 70. Penelitian Tindakan Kelas PTK ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh penggunaan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Ujung VIII33 Surabaya. Tujuan peneliti melakukan PTK dengan menggunakan media gambar dalam
pembelajaran IPS adalah untuk membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan dalam tiga siklus dengan setiap siklus terdapat tiga tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi. Jenis data
yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas guru, data aktivitas siswa, dan data hasil belajar siswa setelah menggunaan media gambar.
24
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010, h.129
25
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada, 2012, h.30-31
Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode observasi untuk mengukur aktivitas guru dan siswa, sedangkan untuk hasil belajar siswa
menggunakan alat evaluasi yang berupa tes tertulis yang dilakukan peneliti dan dua observer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan
aktivitas guru pada siklus I sebesar 62,5, siklus II sebesar 68,18, dan siklus III sebesar 83,33. Pada aktivitas siswaselama proses pembelajaran
yaitu siklus I sebesar 60,4, siklus II sebesar 70,45, dan siklus III sebesar 83,33.Sedangkan pada hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus I sebesar
61,34 dengan ketuntasan belajar 44, siklus II sebesar 67,24 dengan ketuntasan belajar 60, dan siklus III sebesar 77,2 dengan ketuntasan
belajar 84. hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media gambar sangat efektif apabila diterapkan pada siswa kelas IV SDN Ujung VIII33 Surabaya, khususnya
pada mata pelajaran IPS dengan materi jenis-jenis sumber daya alam, persebaran sumberdaya alam, dan pemanfaatan sumber daya alam. Dengan demikian
penggunaan media gambar dalam pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa sehingga kualitas pembelajaran meningkat.
2. Skripsi Rohanah dari Universitas Pendidikan Indonesia Purwakarta,
dengan judul skripsinya “Penggunaan Media Gambar Pada Pembelajaran IPS Tentang Peninggalan Sejarah Dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di Kelas V SDN Waringin Jaya 01
”.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan
proses pembelajaran IPS yang masih menggunakan pendekatan pembelajaran tradisional serta tidak adanya media sebagai alat bantu
penyampai pesan pada setiap materi pembelajaran. Mengacu pada permasalahan
tersebut, rumusan
masalah pada
penelitian ini
“Bagaimanakah penggunaan media gambar pada pembelajaran IPS tentang peninggalan sejarah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas V SDN Waringinjaya 01?” Landasan konseptual yang mendasari penelitian ini meliputi, hakikat Pembelajaran IPS di SD, Pentingnya media
pembelajaran, dan hasil belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Tindakan Kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan
Mc. Taggart yang terdiri atas 3 siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah kegiatan yaitu:perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Data penelitian diambil dari siswa kelas V SDN Waringinjaya 01 dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang terdiri atas 10 orang laki-laki, dan 18
orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1 aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini sangat mempengaruhi hasil
belajar yang dicapai. 2 hasil belajar siswa sesudah menggunakan media gambar lebih baik dari pada sebelum menggunakan media gambar. Nilai
rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I mencapai 65,07 meningkat menjadi 70.09 pada siklus II, dan menjadi 75 pada siklus III. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar Waringinjaya 01
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kata Kunci : Penggunaan Media Gambar dan Hasil Belajar.
3. Pada penelitian yang lain juga seorang mahasiswa Al Karimiyah yakni Zaenal Muttaqin telah melakukan penelitian tindakan kelas PTK, pada
siswa kelas VI dalam kaitannya penggunaan media visual dalam pembelajaran IPS, untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan S I, dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil pembelajaran yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan
kualitatif dengan rancangan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan kelas
PTK. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI yang berjumlah 23 siswa. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah
lemba observasi dan tes pada akhir pada setiap tes.Walaupun penelitian yang ia lakukan masih terdapat kelemahan mengenai penggunaan media
yang ia pakai tidak secara jelas bagaimana aplikasinya dalam pelaksaan
pembelajaran, setidaknya kami sebagai peneliti dapat menunjukan secara spesifik tentang penggunaan media apa yang dilakukan dan aplikasinya
dalam pembelajaran. Sehingga pada akhirnya dapat menunjukkan kelebihan dan memperbaiki kekurangan.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakannya adalah, terdapat peningkatan hasil belajar IPS siswa dengan penggunaan media visual gambar, pada materi kegiatan ekonomi
berdasarkan potensi alam di kelas IV MI Yapia Parung.