PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

GEDONGKIWO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Betaria Sinaga NIM 12108249014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. (Amsal 2 : 6)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, Kakak, Abang tercinta yang setia memberikan doa, kasih sayang, nasehat dan dukungan, pengorbanan, bimbingan dan motivasi selama ini. 2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa dan Bangsa.


(7)

vii

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

GEDONGKIWO YOGYAKARTA Oleh

Betaria Sinaga NIM 12108249014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo yang berjumlah 29 siswa, Metode pengumpulan data penelitian menggunakan: observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS telah berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta. Peningkatan keaktifan belajar tersebut dicapai melalui dua siklus. Hasil tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan keaktifan belajar IPS siswa dari setiap siklus. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media gambar diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa pada pratindakan 40% dengan kriteria rendah siklus I yaitu 57% kriteria cukup yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 78% kriteria tinggi.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, FIP, UNY.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Saudara di bawah ini.

1. Rektor Uiversitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk penelitian.

3. Drs. Suparlan, M. Pd.I., selaku ketua jurusan PSD FIP UNY sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kesempatan melaksanakan penelitian serta memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Hidayati, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah, segenap guru, dan siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta yang telah membantu untuk meluangkan waktu untuk membantu penelitian skripsi ini.

7. Pemerintah Daerah Kepulauan Mentawai yang telah memberikan biaya pendidikan kepada penulis untuk belajar dan menempuh akademik di Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Bapak, Ibu, Kakak, Abang, dan seluruh keluarga yang telah memberikan banyak dukungan dan doa selama kuliah sampai penyelesaian penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Tuhan memberikan pahala yang setimpal kepada pihak-pihak tersebut. Penulis mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 26 Januari 2017 Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGATAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Ciri-ciri Perilaku Belajar... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13


(11)

xi

1. Pengertian Keaktifan Siswa ... 14

2. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 16

C.Kajian Tentang Pembelajaran IPS ... 19

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 19

2. Pengertian Pembelajaran IPS Sekolah Dasar ... 20

3. Tujuan IPS ... 23

4. Ruang Lingkup IPS ... 24

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD Kelas IV ... 25

D.Kajian Tentang Media Gambar ... 26

1. Pengertian Media Gambar ... 26

2. Manfaat Menggunakan Media Gambar ... 29

3. Karakteristik Gambar Fotografi ... 30

4. Kriteria Dalam Memilih Media Gambar ... 31

5. Prinsip penggunaan Gambar Fotografi ... 33

6. Media gambar Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa ... 34

7. Langkah-langkah Menggunakan Media Gambar ... 35

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ... 36

F. Kerangka Berpikir ... 37

G.Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 39

B.Desain Penelitian ... 40

1. Perencanaan ... 42

2. Tindakan ... 42

3. Pengamatan ... 43

4. Refleksi ... 43

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

1. Tempat Penelitian ... 44


(12)

xii

D.Subjek dan Objek Penelitian ... 44

1. Subjek Penelitian ... 44

2. Objek Penelitian... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 45

G.Uji Validasi ... 48

H.Teknik Analisis Data ... 49

I. Kriteria Keberhasilan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 52

1. Lokasi Penelitian ... 52

2. Subjek Penelitian ... 52

B.Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Pratindakan ... 53

2. Deskripsi Hasil siklus I ... 54

3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 63

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

D.Keterbatasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 75

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS

Kelas IV Semester I ... 25

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ... 46

Tabel 3 Kisi-kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 47

Tabel 4 Skala Penilaian Proses Pembelajaran ... 49

Tabel 5 Skala Penilaian Keaktifan Siswa... 50

Tabel 6 Nilai IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Siklus I ... 62


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1 Desain Penelitian Kemmis Taggart ... 41 Gambar 2 Pengklasifikasian Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 61 Gambar 3 Pengklasifikasian Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 69 Gambar 4 Perbandingan Hasil Keaktifan Siswa Pada Pratindakan Pada


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 RPP ... 79

Lampiran 2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 110

Lampiran 3 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 116

Lampiran 4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 119

Lampiran 5 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 120

Lampiran 6 Nilai Siswa Pratindakan ... 121

Lampiran 7 Nilai Siswa Siklus I ... 122

Lampiran 8 Nilai Siswa Siklus II ... 123

Lampiran 9 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ... 124

Lampiran 10 Lembar Observasi Siklus II ... 126

Lampiran 11 Dokumentasi Pembelajaran ... 128


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Belajar tentunya tak lepas dari pendidikan, pelajaran yang dikemas dengan menarik tentunya dapat membantu siswa lebih menyenangi pelajaran tersebut sehingga pelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa. pembelajaran yang menarik tentunya dapat diberikan kepada siswa apabila guru menggunakan media belajar.

Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan atau sikapnya. Azhar Arsyad (2011: 1).

Sedangkan Hujair (AH Sanaky 2013: 11) mengemukakan proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu. Proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada pembelajar atau sebaliknya. Pesan atau informasi yang


(17)

2

disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.

Melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati oleh penerima pesan. Maka agar tidak terjadi kesalah dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi pembelajaran yang disebut dengan media pembelajaran.

Pendidikan IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan dan menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan sikap sebagai warga negara yang bertangguang jawab, menuntut pembelajaran menarik dengan menggunakan media pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap belajar yang menyenangkan dan dapat memancing siswa menjadi aktif.

Dwi Siswoyo (2007: 119) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik yang berada dilingkungan sekolah. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada interaksi guru dengan siswa. interaksi guru dengan siswa akan muncul apabila guru dapat mengelolah kelasnya dengan baik.

Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Menurut Hisyam Zaini (2008: xiv) belajar aktif merupakan salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian disimpan dalam otak. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswa yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental tapi juga fisik.


(18)

3

Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memposisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana pembelajaran yang aktif tersebut siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. (Hamzah dan Nurdin Mohamad 2011: 10).

Sedangkan Warsono dan Hariyanto (2012: 12) mengemukakan pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang dilakukannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa pembelajaran aktif merupakan strategi yang dapat diberikan kepada siswa supaya siswa memperoleh pelajaran yang bermakna, menemukan ide-ide, dan mengungkapkan apa yang telah diterima dalam proses pembelajaran.


(19)

4

Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011: 33) tentang ciri atau kadar dari proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu:

a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam membuat kesimpulan.

b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.

c. Adanya kesempatan bagi siwa untuk menilai hasil karyanya sendiri. d. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.

Menurut Nana Sudjana (2005: 61), keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat dilihat dalam

1. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2. terlibat dalam pemecahan masalah;

3. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya;

4. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

5. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; 6. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;

7. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Pembelajaran yang jika hanya gurunya saja yang aktif tanpa melibatkan siswa merupakan siswa pembelajaran kurang berhasil. Siswa yang tidak aktif cenderung hanya duduk dan diam saja. Jika guru memberi pertanyaan hanya siswa yang dikatakan pandai saja yang bias menjawab pertanyaan guru.


(20)

5

Menurut hasil observasi hari Sabtu, tanggal 09 Juli 2016 dengan guru bernama pak AHB hal inilah yang terjadi pada siswa kelas IV SD di Gedongkiwo pada saat pembelajaran siswa kurang menunjukkan sikap yang aktif dalam belajar. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kurang efektifnya pembelajaran IPS, ketika pembelajaran berlangsung banyak siswa yang berbicara sendiri serta adanya beberapa anak yang kurang memperhatikan guru dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Gedongkiwo kelas IV pada tanggal 9-13 Juli 2016, selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut.

Pada mata pelajaran IPS, siswa dalam mengikuti pelajaran belum sepenuhnya dapat berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, bertanya, serta dalam menanggapi beberapa pertanyaan yang disampaikan guru. yang terlihat pada mata pelajaran IPS, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran kurang bervariasi dalam arti guru hanya menggunakan buku pedoman siswa, sehingga siswa menjadi tidak memiliki motivasi tinggi untuk aktif belajar. Hal ini dibuktikan pada saat dilakukan observasi, proses pembelajaran yang berlangsung guru menggunakan buku pelajaran IPS dan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru serta mengerjakan tugas. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton yang membuat siswa merasa tidak bersemangat. Pembelajaran yang seperti ini kurang memberikan kesan untuk siswa dan pengalaman yang baru. Pembelajaran yang berpusat pada guru juga tidak memberikan sikap aktif pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penggunaan metode yang dilaksanakan dalam proses


(21)

6

pembelajaran juga menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, akibatnya siswa hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan guru, siswa tidak dapat melihat wujud dari apa yang sudah disampaikan guru. Berdasarkan permasalahan di kelas IVA, maka peneliti menerapkan penggunaan media pembelajaran yang dapat membuat aktif. Terdapat berbagai media salah satunya yang dapat membuat siswa aktif. Salah satunya adalah media gambar dimana siswa akan lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan menggunakan gambar kita akan merasa lebih dekat, seolah-olah kita menyaksikan sendiri. Media gambar digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjuk objek (benda) yang sebenarnya. Media gambar adalah salah satu media yang paling tepat untuk siswa, media gambar yang diberikan kepada siswa sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu siswa belum mampu berpikir secara abstrak, sehingga media yang paling tepat untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar.

Media gambar dapat membuat pembelajaran lebih menarik, Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011: 2) menjelaskan untuk mewujudkan pembelajaran menarik tersebut, seharusnya menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tututan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaranyang diharapkan. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang


(22)

7

tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Sudah saatnya pegajaran mata pelajaran menggunakan media. Sebab diyakini bahwa dengan memiliki media pembelajaran yang baik dan efekif dapat menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna. Oleh karena itu maka peneliti ini menerapkan penggunaan media pembelajaran dan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas IV bahwa siswa masih dalam tahap operasional kongkrit karena siswa belum bisa berpikir abstrak dan media yang cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar. Dengan menggunakan media gambar dapat membuat siswa lebih tetarik karena untuk mempelajari apa yang telah ditampilkan dalam gambar.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul “Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1. Siswa kelas IV belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran

2. Media pembelajaran yang digunakan kurang dapat mangaktifkan siswa 3. Pembelajaran IPS cenderung monoton dan membuat siswa tidak bersemangat 4. Metode pembelajaran kurang bervariasi


(23)

8 C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan media gambar untuk peningkatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo melalui media gambar

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah penerapan penggunaan media gambar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

F. Manfaat Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pengembangan ilmu khususnya dalam meningkatkan keaktifan siswa.


(24)

9 b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru

a. Menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS.

b. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa tidak cepat bosan dan jenuh.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran IPS

b. Meningkatkan daya pikir dan daya ingat siswa dalam pembelajaran IPS 3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga hasil belajar IPS lebih berkualitas.


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Istilah belajar memiliki kaitan yang sangat erat dengan pembelajaran dalam proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pelayanan agar siswa belajar. Dalam belajar lebih menekankan tentang siswa dan proses yang menyertai perubahan tingkah lakunya. Sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam upayanya untuk membuat siswa dapat belajar.

Menurut Syaiful Sagala (2010: 11) “belajar merupakan komponen ilmu yang berkenaan dengan tujuan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi)”. Sedangkan Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan “ belajar adalah perubahan relatif permanen karena adanya pengalaman”. Muh. Joko Susilo (2005: 22) berpandangan bahwa “ belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks”. Penentu terjadi proses belajar adalah siswa itu sendiri. Siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar yang berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan sebagai bahan belajar. Sementara menurut Sugihartono (2007: 74) “belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.


(26)

11

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan relatif permanen karena adanya pengalaman belajar dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2. Ciri-Ciri Perilaku Belajar

Ciri-ciri belajar Sugihartono, dkk (2013: 74) adalah sebagai berikut: a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

Suatu perilaku di golongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah.

b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahn yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis.

c. Perubahan bersifat positif dan aktif

Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahan-perubahan bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan bersifat permanen

Perubahan terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya percakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus digunakan atau dilatih.


(27)

12

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar masyarakat adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar di sadari

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh oleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Menurut Suryabarata (Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, 2010: 92) teori kognitif merumuskan pembelajaraninsight dengan ciri-ciri proses belajar sebagai berikut:

a. Insight tergantung pada kemampuan dasar.

b. Insight tergantung pada pengalaman masa lampau yang relevan. c. Insight tergantung pada pengaturan situasi yang dihadapi. d. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba-coba

e. Insight solusi problem dengan menggunakan Insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlangsung secara langsung.

f. Jika Insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau penampilan yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi atau kegiatan dengan lingkungannya.


(28)

13

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Sugihartono, dkk (2013: 76) menyatakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

a. Faktor Intern

Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi dan factor kelelahan.Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologi meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi terhadap belajar meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang termasuk faktor keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi kelaurga. Sementara faktor sekolah dapat berupa: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan keadaan gedung. Sedangkan yang termasuk faktor masyarakat diantaranya: kegiatan siswa dimasyarakat,massa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Sedangkan Muhibinsyah dalam Sugihartono, dkk (2013: 77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam yaitu:

a. Faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal, yang merupakan kondisi lingkungan sekitar siswa


(29)

14

c. Faktor pendekatan belajar, yang merupakan jenis upaya belajar siswa dan meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang berkaitan dengan keadaan diri individu yang meliputi keadaan jasmani.Sedangkan faktor eksternal yang berkaitan lingkungan diluar diri individu itu sendiri.

B. Kajian Tentang Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Siswa

Menurut Dimiyati (2006: 44) siswa merupakan makhluk yang aktif.Siswa memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemauan dan keinginan. Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan untuk merubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap proses pembelajaran. Siswa yang belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain, belajar hanya akan terjadi apabila seorang siswa aktif mengalami sendiri. John dewey menyatakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri”. Dalam proses belajar siswa harus aktif sendiri dan guru hanyalah membimbing dan mengarahkan.

Dimyati (2006: 51) menyatakan belajar aktif merupakan langkah pembelajaran yang menyenangkan.Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk selalu aktif dalam memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk


(30)

15

dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Marno & Idris (2010: 150) menyatakan bahwa belajar aktif dapat membantu siswa untuk menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Pembelajaran itu dapat melalui media visual yang ditunjukkan oleh guru karena siswa dapat menyimpulkan sesuatu dari apa yang telah siswa lihat. Belajar aktif juga merupakan cara untuk membuat siswa aktif sejak dini melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dapat membuat siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Menurut Martinis Yamin (2007: 77) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Guru dalam mengajar dapat menginovasikan pembelajaran sehingga dapat merangsang siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Sten (Dimyati 2006: 62) menyatakan bahwa peran seorang guru akan memberikan jaminan kepada setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang diberikan oleh guru hendaknya akan dapat menuntut siswa untuk selalu aktif mencari, memperoleh, dan dapat mengolah apa yang telah diperoleh dari hasil belajarnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan untuk merubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap proses pembelajaran.


(31)

16

2. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Sifat siswa yang paling menonjol adalah gerak perbuatannya. Bagi siswa gerak merupakan penyaluran tenaga yang tersimpan dalam dirinya.Siswa-siswa di sekolah dasar mempunyai kecenderungan banyak bergerak.Begitu pula untuk siswa kelas tinggi, mereka juga masih sangat menyukai gerak.Gerak fisik merupakan salah satu pertanda adanya keaktifan. Gerak fisik yang berlangsung dalam pembelajaran merupakan gerak fisik yang disertai pemikiran-pemikiran mengenai kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa yang memberikan hasil memuaskan bagi siswa akan berdampak positif bagi siswa dalam belajarnya (Djojo Suradisastra, 1992: 62).

Dalam melaksanakan keaktifan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dilakukan dengan menyelesaikan tugas dengan membaca langsung bahan yang aktual, mengamati, dapat juga melakukan sebuah eksperimen.Dengan melakukan kegiatan melalui sebuah diskusi dalam pembelajaran juga merupakan sarana untuk siswa dapat mengembangkan aktivitas siswa. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran menurut Nana Sudjana (2005: 61) dapat dilihat sebagai berikut :

a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. terlibat dalam pemecahan masalah

c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

d. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah


(32)

17

e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru f. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

g. melatih diri dalam memecahkan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Mc Keachie (Martinis Yamin, 2007: 77) terdapat 6 aspek terjadinya keaktifan siswa, yaitu:

a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran b. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar

c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa

d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar

e. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran

f. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dalam penelitian yang akan dilakukan, sikap-sikap keaktifan siswa akan ditekankan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung. Hal ini dikarenakan indikator-indikator yang sudah disebutkan dalam teori tidak semuanya dapat dilaksanakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga peneliti hanya mengambil beberapa indikator yang terdapat dalam teori yang dirasa akan lebih tepat dan sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian.


(33)

18

Adapun indikator keaktifan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Nana Sudjana (2005: 61)

a. Turut serta siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya

Dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat pada aspek ini adalah lebih ditekankan pada “perhatian” siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Bagaimana penerimaan dan cara siswa dalam menerima dan mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah

Dalam kegiatan pembelajaran pada aspek ini ditekankan pada “pemecahan masalah”. Yang diamati dalam pemecahan masalah ini adalah bagaimana cara siswa dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

Dalam kegiatan pembelajaran pada aspek ini ditekankan pada “kerja sama”. Yang diamati dalam aspek ini adalah bagaimana siswa dalam berdikusi dengan teman kelompoknya dan keaktifan siswa dalam menjawab tugas kelompoknya. d. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran pada aspek ini, pengamatan ditekankan pada “mengungkapkan gagasan”.Pengamatan dapat dilihat dengan bagaimana keberanian siswa dalam merespon/menjawab pertanyaan dari guru dan mengungkapkan pendapat.


(34)

19 e. Tekanan pada aspek afektif

Dalam aspek afektif ini terdapat 5 kategori dalam ranah afektif yaitu,

1) receiving (penerimaan), Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada penerimaan siswa dalam menerima pelajaran IPS

2) responding (partisipasi), Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada keaktifan siswa dalam kelompok pada kegiatan pembelajaran.

3) valuing (nilai), Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada bagaimana siswa dapat menghargai pendapat teman.

4) organisasi, Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada kedisiplinan siswa, ketepatan waktu saat mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas

5) karakteristik nilai. Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada kepercayaan diri siswa, dan mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran. C. Kajian Tentang Pembelajaran IPS

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu social dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar dan menengah. Luas kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan social, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini. Segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang meliputi, proses, faktor, perkembangan, permasalahan, semuanya dipelajari dan dikaji dalam sosiologi.


(35)

20

Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor, dan permasalahannya dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek budaya dengan segala perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah. Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang terhadap kehidupan di masyarakat. Ahmad (2013: 137).

Menurut Zuraik (Ahmad 2013: 137), hakikat IPS adalah harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab, sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

2. Pengertian Pembelajaran IPS Sekolah Dasar

Menurut Fenton (Hidayati, 2002: 21) tujuan pengajaran IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik, mengajar siswa agar mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya. Dalam proses pembelajaran ini siswa diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif, berpartisifasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa


(36)

21

tanggung jawab, tolong menolong, dengan sesamanya dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakat. Thamrin Talut (Hidayati, 2002: 22).

Sapriya (2009: 20) menyatakan bahwa IPS sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora sains, bahkan berbagai isu dan masalah-masalah social kehidupan. Sedangkan materinya sendiri tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih mementingkan dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.

Hidayati (2002: 24) menyebutkan tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai diantaranya adalah:

a. Membekali siswa dengan pengetahuan social yang berguna dalam kehidupan di masyarakat.

b. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan menyusun pemecahan masalah-masalah social yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi terhadap sesama masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian. d. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan

keterampilan terhadap lingkungan yang menjadi bagian dari kehidupannya. e. Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan tekhnologi.


(37)

22

Dalam KTSP mata pelajaran IPS (Sapriya, 2009: 194) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan di masyarakat. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan memiliki keterampilan, dalam kehidupan sosialnya. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai soasial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat local, di tingkat nasional, dan tingkat global.

Tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagai mana tercantum dalam kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan daketerampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan social masyarakatnya. Dalam pembelajaran di SD seorang guru harus memahami mengapa suatu mata pelajaran yang akan diajarkan perlu diajarkan demikian pula dengan pelajaran IPS. Guru harus mengetahui kegunaan-kegunaan apa saja yang akan dapat diperoleh dari mata pelajaran IPS.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS SD merupakan mata pelajaran yang di sekolah dasar yang berdiri sendiri yang menggabungkan konsep ilmu social, humaniora, sains,


(38)

23

berbagai permasalahan social kehidupan dan isu-isu yang ada. Tujuan pembelajaran di sekolah dasar seyogyanya dapat dibelajarkan pada siswa dengan baik dan tepat karena sebagai pendidikan IPS tidak hanya membekali siswa dengan pengetajuan social, melainkan berupaya untuk mebina dan mengembangkan siswa menjadi SDM Indonesia yang berketerampilan social dan intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian social yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional. Selain itu, kehidupan siswa di masyarakat dan dalam bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi landasan bagi pengembangan IPS sebagai bidang pendidikan sesuai dengan tuntutan perubahan serta kemajuan kehidupan siswa tersebut. Maka dari itu penggunaan media pembelajaran dan metode yang tepat serta bervariasi akan membantu keberlangsungan pembelajarn IPS dengan baik.

3. Tujuan IPS

Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat (Buchari Alma, dkk, 2010: 6).

Hidayati (2002: 21) menyatakan tujuan pengajaran studi social (IPS), yaitu mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik, mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berfikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.


(39)

24

Menurut Djojo Suradisastra, dkk, (1992: 1) fungsi pembelajaran IPS adalah untuk membentuk sikap rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah-masalah yang timbul akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Kurikulum IPS tahun 2006 (Sardjiyo, dkk, 2011: 1.29) bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social. c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan

kemanusiaan.

d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditigkat local, nasional, dan global.

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi tujuan pembelajaran IPS dalam penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan siswa dalam materi suku bangsa dan budaya Indonesia.

4. Ruang Lingkup IPS SD

Permendiknas (2006) mengemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, social, sosiologi, dan ekonomi (sapriya, 2009: 194). Berdasarkan ketentuan ini materi pelajaran IPS di SD belum mencakup dan mengakomodasi seluruh disiplin ilmu social. Melalui


(40)

25

mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokrastis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Arah mata pelajaran IPS ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan dating siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD Kelas IV

Untuk mencapai tujuan dalam IPS, maka standar kompetensi, kompetensi dasar IPS di SD kelas IV dalam KTSP dikembangkan sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami sejarah,

kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/ kota provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman social dan budaya.

1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya un tuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat. 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa

dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

Berdasarkan tabel di atas standar kompetensi penelitian ini yaitu memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan


(41)

26

kabupaten/kota dan provinsi sedangkan kompetensi dasarnya adalah Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

D. Kajian Tentang Media Gambar 1. Pengertian Media Gambar

Melvin (1996: 3) menyatakan bahwa dengan menambahkan media visual pada pelajaran akan meningkatkan ingatan siswa. hal ini dikarenakan siswa akan lebih tertarik dan mempunyai motivasi untuk mau aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas. Media visual juga tiga kali lebih efektif dari pada menggunakan kata-kata saja. Dalam proses pembelajaran, media visual yang dapat digunakan guru dalam kegiatan mengajar adalah dengan menggunakan media visual jenis gambar.

Ahmad Rohani (1997: 76) menyatakan bahwa gambar sangat penting digunakan dalam usaha menjelaskan pengertian kepada siswa. sehingga dengan menggunakan gambar, siswa akan lebih memperhatikan benda-benda yang berkaitan dengan pelajaran. Gambar termasuk media pembelajaran yang mudah dan murah serta memilik makna yang besar untuk meningkatkan nilai pengajaran karena gambar akan memberikan pengalaman dan pengerttian yang lebih luas, lebih jelas dan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Gambar juga memiliki manfaat dalam proses pembelajaran yaitu menyampaikan dan memberikan penjelasan kepada siswa mengenai informasi, pesan, ide, dan sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih member kesan yang lebih bermakna. Terdapat pula jenis-jenis gambar dalam proses pembelajaran, yaitu:


(42)

27 a. Poster

Poster adalah media pembelajaran yang berbentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan, dibuat dengan ukuran besar, bertujuan menari perhatian, dan isi atau kandungannya berupa bujukan, memotivasi, atau mengingatkan suatu gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu yang disampaikan dengan kata-kata singkat namun pada dan jelas.

b. Kartun

Kartun merupakan sebuah media yang digunakan untuk mengemukakan gagasan. Kartun dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat dipakai untuk memotivasi siswa dan memberikan ilustrasi secara komunikatif. Kartun biasanya terdapat dalam bentuk lukisan atau karikatur.

c. Komik

Komik merupakan media gambar yang terdapat karakter yang memerankan suatu cerita dalam urutan (rangkaian seri).

d. Gambar fotografi

Gambar fotografi merupakan media pembelajaran yang berisi foto nyata suatu objek atau situasi atau peristiwa, maka dalam proses pembelajaran media gambar merupakan media pembelajaran yang sangat realistic (konkret).

e. Bagan

Bagan merupakan kombinasi media grafis dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan suatu fakta atau gagasan dengan cara yang logis dan teratur. Fungsi utama bagan sebagai media gambar adalah untuk memperlihatkan


(43)

28

hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses, klarifikasi, dan organisasi.

f. Diagram

Diagram adalah gambar yang digunakan untuk media pembelajaran dalam bentuk gambaran sederhana yang dibuat dengan tujuan memperlihatkan bagian-bagian, atau hubungan timbal balik, biasanya dengan menggunakan garis-garis dan keterangan bagian atau hubungan yang ingin ditunjukkan.

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti memilih media gambar fotogradi yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa di kelas IV. Menurut Dina Indriyana (2011: 64) media gambar adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Media gambar atau fotografi mampu memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya sehingga siswa mampu mengingatnya dengan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode verbal.

Gambar fotografi dewasa ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari surat kabar, majalah, brosur, dan buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara efektif dalam proses pembelajaran. Gambar fotografi pada dasarnya akan membantu mendorong siswa dan dapat membangkitkan minatnya dalam belajar (Daryanto, 2011: 99).

Dari beberapa pengertian media gambar tersebut, maka dapat disimpulan bahwa media gmabr merupakan gambar diam atau gambar dua dimensi yang memiliki beberapa jenis salah satunya adalah gambar fotografi yang dapat


(44)

29

diperoleh dari berbagai sumber serta murah dan mudah didapatkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Media gambar fotografi memiliki manfaat dalam menjelaskan, menyampaikan pesan dan informasi kepada siswa.

2. Manfaat Menggunakan Media Gambar

Daryanto (2011: 100-101) menyebutkan beberapa keuntungan dari media gambar/foto dalam proses pembelajaran:

a. Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran karena praktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa

b. Harganya lebih murah daripada jenis-jenis media pembelajaran yang lain. Untuk mendapatkannya juga mudah sekali tanpa mengeluarkan banyak biaya. c. Gambar/foto dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak

menjadi lebih realistik.

Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2009: 29) beberapa kelebihan dari media gambar/foto adalah:

a. Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistic menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media visual semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa bisa siswa-siwa dibawa ke objek/pariwisata tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadang –kadang tak dapat kita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.


(45)

30

c. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

d. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalm bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetuljan kesalahpahaman.

e. Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peratan khusus.

Dari beberapa pendapatat mengenai kelebihan media gambar di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari media gambar adalah:

b. Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran kerena parktis tanpa memerlukan perlengkapan apa-apa

c. Sifatnya konkret

d. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu

e. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita f. Foto harganya murah dan gampang didapat

3. Karakteristik Gambar Fotografi

Untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran seperti yang diharapkan, guru sebaiknya mengetahui bentuk media yang tepat bagi siswa. Untuk itu, dalam (Daryanto, 2011: 102) disebutkan beberapa karakteristik gambar/foto yang dalam media gambar fotografi:

a. Gambar fotografi adalah dua dimensi. Dari sudut pembelajaran, hal ini sangat penting terutama untuk mata pelajaran yang rumit. Oleh karena itu, gambar


(46)

31

yang dipilih setidaknya yang memiliki kualitas baik. Sehingga, dalam memahami suatu gambar, siswa tidak merasa kesulitan.

b. Gambar datar adalah medium yang diam. Artinya gambar bersifat tetap dan tidak bergerak. Misalnya pemandangan, obyek, binatang atau manusia, dalam posisi diam merupakan subyek natural yang baik untuk gambar datar.

c. Gambar datar memberikan kesan gerak. Misalnya gambar yang memperlihatkan di jalan raya. Orang-orang yang lalu lalang, kendaraan yang lewat, pohon-pohon yang bergoyang ditiup angin. Semua ini tidak sukar bagi para pengamat dalam menghayati gerak dari adegan yang diperlihatkan pada gambar tersebut.

d. Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impress, maksudnya dalam menilai dan memilih gambar datar yang baik harus menampilan satu gagasan untuk utama. Dengan memusatkan satu perhatian, isi gambar akan mendukung kepada pesan yang ingin disampaikan kepada siswa.

e. Gambar datar member kesempatan untuk diamati secara rinci oeh setiap individu siswa.

f. Gambar datar melayani berbagai mata pelajaran, segala macam obyek dapat dipotret dari yang konkret sampai ke gagasan yang abstrak.

4. Kriteria Dalam Memilih Media Gambar

Menurut Daryanto (2011: 103) dalam memilih gambar/foto terdapat lima kriteria dalam memilih media gambar agar tujuan tujuan pengajaran dapat tercapai.


(47)

32

Pertama, gambar fotografi harus cukup memadai.Artinya, untuk tujuan pengajaran, gambar harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu konsep jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran.Gambar yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya juga realistic dan hidup, pewarnaan yang bagus, dan harus cukup besar sehingga siswa dapat mengati secara rinci. Selain itu dalam pemilihan gambar juga harus disesuaikan dengan usia siswa. Jadi, banyak factor yang perlu dipertimbangkan dalam membaca gambar.Misalnya, kecerdasan, lingkungan, pengalaman sebelumnya, dan daya imajinasi.

Kedua, gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistic yang bermutu. Gambar yang memenuhi persyaratan mutu seni hendaknya juga memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : memiliki komposisi yang baik, dan pewarnaan yang efektif.

Ketiga, gambar fotografi untuk tujuan pembelajaran harus cukup besar dan jelas.Gambar yang tajam dan kontras memiliki kelebihan karena ketepatan dan rinciannya menggambarkan kenyataan secara baik.

Keempat, validitas gambar yaitu menunjukkan bahwa gambar itu benar atau tidak.Gambar-gambar yang pantas untuk pembelajaran adalah gambar yang menampilkan pesan yang benar menurut ilmu.

Kelima, memikat perhatian pada siswa, untuk memikat perhatian pada siswa cenderung pada hal-hal yang diminatinya, yaitu dengan menggunakan benda-benda yang akrab dengan kehidupan mereka.Gambar-gambar yang nyata itu yang mempunyai pusat minat yang baik.


(48)

33 5. Prinsip Penggunaan Gambar Fotografi

Menurut Daryanto (2011: 105) terdapat prinsip yang harus diperhatikan dalam menggunakan gambar-gambar foto sebagai media visual pada kegiatan proses pembelajaran antara lain sebagai berikut:

a. Gunakanlah gambar untuk tujuan pembelajaran yang spesifik, yaitu dengan cara mmilih gambar tertentu yang dapat memberikan penjelasan inti dari pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Apabila tujuan intruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa dalam membandingkan kehidupan wilayah utara belahan bumi, daerah khatulistiwa, dan wilayah selatan belahan bumi maka pengelompokan gambar-gambar juga harus memperlihatkan perbedaan yang jelas.

b. Padukan gambar-gambar pada pelajaran, karena keefektifan penggunaan gambar fotografi di dalam proses pembelajaran memerlukan keterpaduan. Dalam memilih gambar-gambar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran harus ada kaitannya dengan pelajaran sehingga gambar berfungsi sebagaimana semestinya.

c. Pergunakanlah gambar-gambar secukupnya, karena terkadang penggunaan yang banyak gambar akan menjadi tidak efektif. Pada intinya gunakan gambar-gambaryang sedikit tetapi selektif. Penggunaan gambar yang terlalu banyak akan mengakibatkan siswa merasa didorong untuk memperhatikan gambar-gambar tersebut, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau impresi visual yang jelas. Yang terpenting dalam pengajaran adalah pemusatan perhatian pada gagasan utama.


(49)

34

d. Minimalkan penambahan kata-kata pada gambar. Hal tersebut dikarenakan gambar justru penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita dalam penyajian gagasan baru. Misalnya dalam pelajaran IPS, para siswa mempelajari gambar keragaman budaya di Indonesia seperti pakaian adat, rumah adat, makanan khas daerah, ciri khas daerah dapat diilihat melalui gambar.

e. Mendorong pertanyaan kreatif, melalui gambar siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan bentuk- bentuk kegiatan lainnya.

f. Mengevaluasi kemajuan kelas dapat juga dengan memanfaatkan gambar-gambar, baik secara umum maupun secara khusus. Pemakaian instrument tes yang bervariasi akan sanagat baik dilakukan dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensif serta menyeluruh.

6. Media Gambar Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa

Gagne dan Briggs (Martinis Yamin 2007: 83-84) menjelaskan beberapa rangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi atau keaktifan siswa yang meliputi 9 aspek yaitu:

a. memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa sehingga siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

b. menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa c. mengigatkan kompetensi prasyarat

d. memberikan stimulus yang meliputi masalah, topic, dan konsep yang akan dipelajari


(50)

35

e. memberi petunjuk kepada siswa bagaimana cara mempelajarinya f. memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran g. memberi umpan balik

h. melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa bisa selalu terpantau dan terukur

i. menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran

Dalam penenelitian yang akan dilakukan, sesuai dengan aspek yang telah disebutkan Ggne dan Briggs peneliti menggunakan aspek ke-6 yaitu “memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran”. Penggunaan aspek tersebut dikarenakan penelitian yang akan dilakukan akan meneliti tentang keaktifan atau partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 7. Langkah – Langkah Menggunakan Media Gambar

Dalam penelitian ini langkah-langkah penggunaan media gambar yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b. Menyampaikan materi

c. Guru memperlihatkan gambar-gambar berkaitan dengan materi keragaman budaya di Indonesia.

d. Gambar dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, makanan khas, tarian tradisional

e. Gambar yang disediakan harus mencukupi, jangan sampai guru hanya menyedikan gambar yang sedikit sehingga hanya memberikan sedikit kesempatan kepada siswa yang ingin mengurutkan gambar.


(51)

36

f.Guru memberikan kesempatan siswa dalam kelompok secara bergantian menempel gambar rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, makanan khas, tarian tradisional sesuai dengan nama daerah dengan tepat

g. Berdasarkan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

h. Kesimpulan.

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD)

Menurut Piaget (William Crain; 2007: 448) perkembangan kognitif siswa terdapat empat tahap, yaitu:

- Tahap Sensori Motor (0 – 2 tahun)

Perkembangan siswa baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan indera pada tahap ini sangat berpengaruh. Memberikan pengetahuan pada usia dilakukan dengan sesuatu yang bergerak.

- Tahap Pra-operasional(2-7 tahun)

Siswa pada tahap ini berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan pencitraan batiniah, namun pemikiran siswa pada usia ini masih belum sistematis dan tidak logis.

- Tahap Operasional Konkrit (7 – 11 tahun)

Siswa pada tahap ini akan mengembangkan kemampuan berpikir sistematis yang mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang konkret.

- Tahap Operasional Formal (11 – dewasa)

Pada tahap ini sudah memiliki kemampuan untuk berfikir sistematis pada objek-objek yang abstrak.


(52)

37

Siswa yang berada di kelas tinggi atau kelas 4 sampai dengan 6 SD pada umumnya memiliki usia antara 10-12 tahun, sehingga berdasarkan klasifikasi Piaget siswa kelas tinggi berada pada tingkat perkembangan akhir operasional konkret sampai awal operasional formal. Pada tahap ini siswa belum mampu berfikir abstrak dan logis dengan melihat hal-hal yang sifatnya abstrak. Perkembangan pada masa ini banyak dibantu oleh kerja ingatan, dimana ingatan mampu menyimpan gambaran dan pengamatan yang diterima oleh panca indera (Partini, 1995: 56).

Dengan melihat perkembanagan tingkat kemampuan berpikir siswa di kelas tinggi, maka untuk pembelajaran di kelas tinggi digunakan media yang dapat meningkatkan kemampuan mengingat siswa dan keaktifan siswa. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengingatnya melalui pengamatan yang diterima oleh panca indera, sehingga penggunaan media gambar yang memfungsikan indera penglihat siswa akan mampu membantu siswa dalam menerima materi pelajaran. Dalam penelitian ini, materi pelajaran yang digunakan adalah perkembangan keragaman budaya di Indonesia.

F. Kerangka Berpikir

Siswa merupakan subjek belajar, karena siswa menjadi focus dari setiap usaha pendidikan. Maka di dalam pembelajaran siswa harus diberi kesempatan yang luas untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan tidak hanya semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan mendengarkan tanpa ada kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan suasana dimana interaksi itu berlangsung lebih penting dari pada informasi itu sendiri.


(53)

38

Disinilah keterampilan proses menjadi sarana untuk meningkatkan belajar aktif, kreatif, dan mandiri.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini di tekankan pada penerapan penggunaan media gambar, melalui media gambar akan lebih bebas untuk aktif, sehingga dengan upaya pemberian media sebagai pelengkap pada pembelajaran dapat memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran menggunakan media gambar diyakini akan meningkatkan keaktifan belajar siswa SD Negeri Gedongkiwo sehingga apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran dapat berhasil.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: penggunaan media gambar dapat meningkatkan keaktifan belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.


(54)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau action research. Menurut Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 24), penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran praktik social mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik -praktik tersebut.

Adapun menurut Burns (Wina Sanjaya, 2011: 25) penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif.


(55)

40

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 17) yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, namun peneliti berkolaborasi dan bekerjasama dengan guru kelas IVA SD N Gedongkiwo dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran IPS siswa kelas IVA SD N Gedongkiwo. Peneliti bekerjasama tentang bagaimana pembuatan RPP dan bagaimana penggunaan media gambar dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart yang telah dikembangkan terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat komponen tindakan yaitu perencanan (planning), tindakan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) dalam suatu spiral yang terkait. Jumlah siklus bergantung pada situasi dan kondisi di lapangan serta sejauh mana peningkatan yang diinginkan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus. Rencana menggunakan seorang kolaburator, dan membahas satu materi pokok yaitu kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang terkait kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, dan keramahtamahan.


(56)

41

Proses tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. PTK Model Kemmis Mc Taggart

Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusuma, 2010: 20) memandang komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Hasil pengamatan kemudian akan dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi. Berdasarkan refleksi tersebut kemudian disusun siklus berikutnya (jika perlu) mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, begitu seterusnya hingga tujuan peneliti tercapai.

Pada akhir siklus I diakhiri dengan refleksi dan replanning untuk melanjutkan pada siklus berikutnya. Kegiatan di setiap siklusnya meliputi :


(57)

42 1. Perencanaan (Planning)

Dalam perencanaan penelitian ini, sebelumnya peneliti sudah mengidentifikasi dan menganalisis masalah pada mata pelajaran IPS kelas IVA di SD N Gedongkiwo. Masalah yang muncul adalah kurangnya keaktifan siswa pada kelas IVA di SD N Gedongkiwo. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan perencanaan yaitu:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. Menyiapkan sumber belajar atau buku yang diperlukan dalam proses pembelajaran IPS

c. Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian d. Menyiapkan lembar observasi

e. Menyusun soal evaluasi 2. Tindakan (action)

Selama kegiatan pemberian tindakan kelas berlangsung, guru mengajar siswa dengan menggunakan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Data hasil pelaksanan tindakan akan diperoleh dari pengamatan peneliti kepada siswa, dan tes hasil belajar setelah proses pembelajaran berlangsung. Peneliti juga mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas. Dalam melaksakan tindakan ini, pelaksanaannya dilakukakan sebagaimana perencanaan yang telah terancang dalam perencanaan (planning), yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media panpel gambar dengan kegiatan inti sebagai berikut:


(58)

43 b. Menyampaikan materi

c. Guru memperlihatkan gambar-gambar berkaitan dengan materi

d. Guru memberi kesempatan siswa dalam kelompok secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang tepat.

e. Berdasarkan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Mengenal kekhasan bangsa Indonesia, seperti kebhinekaan, kekayaan alam, keramahtamahan. f. Kesimpulan

3. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan dan pengamatan dilaksanakan oleh peneliti.Tahap pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Dalam tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap semua proses tindakan, hasil tindakan, situasi tempat tindakan dan kendala-kendala tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dengan melihat tentang perubahan yang terjadi pada siswa, kelas dan guru yaitu dengan mencermati, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilakukan dan berdasarkan data yang telah terkumpul pada tahap observasi. Dalam tahap ini peneliti mengkaji ulang kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan media panpel gambar. Guru bersama


(59)

44

peneliti mendiskusikan hasil sebelum dan sesudah dilakukan tindakan kemudian merumuskan hasil tersebut, baik hasil yang berupa keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindak lanjuti dengan langkah-langkah penyempurnaan dan pengembangan langkah-langkah selanjutnya. Hasil dari refleksi siklus I akan dijadikan dasar pelaksanaan siklus selanjutnya apabila hasil pada tindakan siklus pertama belum tercapai.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2016/2017, dengan alasan materi pembelajaran yang digunakan untuk ini penelitian terdapat pada materi pembelajaran IPS kelas IV semester I.

D. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta, tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 29 siswa terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta.


(60)

45 E. Teknik Pengumpulan Data

Penentuan pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data mengenai masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2007: 78) pelaksanaan observasi berjalan bersamaan pada saat tindakan berlangsung. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Sumarno ( Sujati, 2000: 38) menyatakan pengamatan merupakan suatu metode yang sangat cocok untuk merekam data tentang perilaku, aktivitas dan proses lainnya.

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk melaporkan hasil dari observasi, refleksi, dan reaksi terhadap permasalahan yang muncul dikelas. Pencatatan lapangan dilakukan pada saat proses kegiatan sedang berlangsung, sehingga catatan akan menghasilkan informasi yang benar-benar aktual dan bermakna.

F. Intrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 134) instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar dalam melaksanakan penelitian lebih mudah dan memperoleh hasil yang baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, lembar tes. Instrumen observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai kegiatan-kegiatan siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Alat


(61)

46

yang digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 200) ditinjau dari jenis observasi maka observasi terdiri dari :

a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. Pada penelitian ini jenis observasi yang digunakan yaitu observasi sistematis. Hal ini karena pengamat menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatannya. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi guru. Lembar observasi ini merupakan lembar yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan keaktifan siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian meliputi : a. Lembar observasi siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS

Variable Indikator Sub Indikator Nomor

Item

Jumlah Item

1. Turut serta

dalam melaksanak an tugas belajarnya

a. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.

1 1

b. Tidak melakukan kegiatan lain saat guru mengajar

2 1


(62)

47 b. Lembar observasi proses pembelajaran

Lembar observasi pelaksanaan ini digunakan untuk mengamati proses kegiatan pembelajaran dikelas dengan menggunakan media panpelgambar. Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPS Variable Indikator Sub indicator Item

butir

Jumlah item Kegiatan

awal

Pembukaan 1,2,3,4,5 5

Apersepsi 6,7 2

Keaktifan siswa 2. Terlibat dalam pemecahan masalah

a. Bertanya kepada guru ketika

menemui kesulitan

4,5 2

b. Bertanya kepada siswa yang lebih

paham ketika menemui materi yang belum paham

6,7 2

c. Memanfaatkan buku pelajaran ketika

menemui permasalahan dalam belajar

8,9 2

3. Bertanya

kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak

memahami persoalan yang

dihadapinya

a. Bekerjasama dalam kelompok dengan baik

10,11,1 2

3 b. Memberikan usul dalam diskusi

kelompok

13,14 2 c. Menghargai pendapat teman

kelompoknya

15,16 2 d. Mengungkapkan pendapat 17,18,1

9

3

4. Mengungka

pkan pendapat

a. Berani mengungkapkan pendapatnya 20,21,2 2

3 b. Berani bertanya kepada guru 23,24 2 c. Merespon pertanyaan yang diberikan

guru

25,26 2

5. Afektif

(penerimaan , partisipasi, nilai,

organisasi, karakteristik nilai)

a. Siswa disiplin saat mengikuti proses pembelajaran

27,28 2 b. Siswa percaya diri dalam merespon

pertanyaan dari guru

29,30 2 c. Penerimaan siswa terhadap mata

pelajaran IPS


(63)

48 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media panpel gambar

Kompetensi dan membentuk kelompok

8, 9, 10, 11, 12,

5

Kegiatan inti

Menyampaikan materi dan tanya jawab

13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,21 9 Usaha mengaktifkan siswa dan kerjasama kelompok 22, 23, 24 3 Penggunaan media gambar

24,26,27 3

Menanamkan konsep/materi sesuai dengan gambar 28,29, 30, 31 4

Penutup Evaluasi 32,33,34 3 Kesimpulan 35, 36 2

G. Uji Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” (Suharsimi Arikunto,2006). Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Oleh karena itu untuk memperoleh data sesuai dengan yang diharapkan maka dilakukan uji validitas pada instrument penelitian berdasarkan expert judgement, instrument telah divalidasi oleh Agung Hartomo, S. Pd selaku dosen ahli bidang Bimbingan Konseling.


(64)

49 H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah data sehingga dapat diambil kesimpulan yang digunakan oleh untuk menguraikan dan mengolah data pada objek penelitian. Menurut Noeng Muhadjir ( Sujati, 2000: 50) analisis data merupakan suatu upaya untuk menyusun secara sistematis data hasil observasi, wawancara dan lain sebagainya untuk meningkatkan pemahaman peniliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan dalam bentuk suatu temuan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data secara deskriptif kualitatif untuk mengoreksi hasil observasi guru dan siswa dan deskriftif kuantitatif mengoreksi hasil tes . Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil dari observasi selama proses pembelajaran.

Data hasil observasi diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi yang sudah disiapkan peneliti sebelumnya. Dengan demikian akan diketahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam proses pembelajaran. Hasil analisis data observasi kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif.

Tabel 4. Skala Penilaian Proses Pembelajaran Skor Keterangan kriteria penilaian

1 Kurang Apabila tidak ada interaksi guru dengan siswa 2 Cukup Apabila terdapat interaksi guru dengan siswa, maksimal siswa yang dapat berinteraksi setengah dari seluruh jumlah siswa

3 Baik Apabila terdapat interaksi guru dengan siswa, maksimal siswa yang dapat berinteraksi ¾


(65)

50

dari seluruh jumlah siswa

4 Sangat baik Apabila terdapat interaksi guru dengan siswa secara keseluruhan

Tabel 5. Skala Penilaian Keaktifan Siswa Skor Kriteria

1 Tidak pernah 2 Kadang-kadang

3 Sering

4 Selalu

Rumus yang digunakan dalam lembar observasi sebagai berikut : % = nx100

N

Keterangan : n = skor yang diperoleh N = jumlah skor

Kemudian hasil persentase tersebut ditafsirkan dengan 5 kategoriinterpretasi menurut Suharsimi Arikunto (2008: 35) sebagai berikut:

Pencapaian 81 % - 100 % = kategori tinggi sekali Pencapaian 61 % - 80 % = kategori tinggi

Pencapaian 41 % - 60 % = kategori cukup Pencapaian 21 % - 40 % = kategori rendah Pencapaian < 21 % = kategori rendah sekali I. Kriteria Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan keaktifan pada pembelajaran IPS pada tiap silkusnya. Kriteria dalam penelitian ini


(66)

51

yaitu pembelajaran dikatakan berhasil apabila pembelajaran dapat mencapai kategori minimal (61%-80%).


(67)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta yang terletak di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY. SD Negeri Gedongkiwo terdiri dari 12 kelas dengan jumlah siswa kurang lebih adalah 348 siswa dan didukung oleh tenaga pengajar yang memadai.

Gedung SD Negeri Gedongkiwo tertata dengan baik dan kondisinya sangat baik untuk mendukung kelangsungan kegiatan belajar mengajar (KMB). SD Negeri Gedongkiwo dilengkapi dengan perpustakaan dan ruang UKS yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran.

Pertimbangan penelitian dilakukan di SD Negeri Gedongkiwo adalah kurangnya keaktifan belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, khususnya di kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo yang berjumlah 29 siswa, yang terdiri 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.


(68)

53 B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pratindakan

Keaktifan siswa di kelas IV SD Negeri Gedongkiwo pada pelajaran IPS masih rendah yang dibuktikan dengan tidak adanya aktivitas siswa yang sesuai dengan kriteria keaktifan seperti siswa mengangkat tangan, bertanya kepada guru, mengungkapkan pendapat, dan terlibat dalam pemecahan masalah. Selama proses pembelajaran IPS, terdapat beberapa siswa melamun, mengantuk, kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, tidak terdapat aktivitas siswa bertanya pada guru, dan siswa harus ditunjuk oleh guru ketika menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Pengamatan keaktifan siswa pada kondisi awal sebelum penelitian adalah sebagai berikut:

a. Siswa belum turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

Dalam kegiatan belajar pratindakan ini siswa belum sepenuhnya turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya dapat dilihat dalam lembar observasi masih banyak siswa yang kurang memperhatikan guru saat mengajar, bahkan beberapa siswa terlihat mengantuk saat guru sedang menjelaskan.

b. Belum terlibat dalam pemecahan masalah

Dalam kegiatan belajar pratindakan ini yang diamati bagaimana cara siswa dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran. Setelah diamati ternyata sebagian besar siswa tidak terlibat dalam pemecahan masalah, siswa tidak bertanya ketika menemui


(69)

54

kesulitan, bahkan siswa tidak bertanya pada teman sebangku atau teman yang sudah memahami.

c. Tidak melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

Dalam kegiatan diskusi kerjasama belum terlihat disebabkan kurangnya interkasi dalam kelompok tersebut seperti tukar pendapat dan saling bergantian memberi usulan.

d. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran belum terlihat hal ini dikarenakan kurangnya keberanian siswa dalam merespon/menjawab pertanyaan guru dan mengungkapkan pendapat.

e. Siswa masih kurang pada aspek afektif disebabkan kurang disiplinnya siswa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Dengan didasarkan perolehan informasi mengenai kurangnya keaktifan siswa pada pelajaran IPS pada pratindakan, selanjutnya digunakan untuk landasan dalam mengetahui terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan materi suku bangsa dan budaya Indonesia dengan menggunakan media gambar.

2. Deskripsi Hasil Siklus I a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan langkah-lagkah yang peneliti lakukan yaitu: 1) Peneliti dan guru menentukan kapan penelitian akan dilakukan


(1)

130

Dokumentasi Siklus II

Siswa dibagi menjadi 5 kelompok Siswa mendengarkan penjelasan guru

Siswa diminta berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing


(2)

131 Masing –masing kelompok maju kedepan untuk menempelkan gambar

Kelompok mempresentasikan hasil dari tugasnya

Siswa bersama kelompoknya mengerjakan LKS


(3)

132

Lampiran 15. Surat-surat


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penggunaan media visual gambar untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa di Kelas IV MI Yapia Parung

1 12 134

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas V SD Negeri 04 Mojogedang Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran

0 1 13

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR PKn PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas V SD Negeri 04 Mojogedang Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran

0 1 12

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI Penggunaan Media Papan Berpaku untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bangun Datar terhadap Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jatiwarno

0 0 15

Penggunaan Media CD Interaktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD N Sayung 03 Demak.

0 0 1

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL (VIDEO) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI BAKALAN, BANTUL, YOGYAKARTA.

0 1 179

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS II B SD NEGERI GEDONGKIWO.

0 0 211

PENGGUNAAN METODE ACTIVE LEARNING TIPE CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SENDANGSARI.

0 1 286

Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajar IPS di Kelas IV SD Inpres Dongkas

0 0 10

Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 001 Seikijang Kabupaten Pelalawan (Penelitian Quasy Experiment)

0 0 12