Ikan layang Decapterus Sumberdaya Ikan Pelagis

pergi ke daerah pemijahan dari daerah pantai, dan ikan juvenil akan ke pantai untuk mencari makan. Kelompok ikan kembung dapat ditemukan dengan melihat tanda-tanda di laut pada siang hari. Tanda-tanda itu seperti perairan kelihatan lebih pekat dari sekelilingnya serta adanya percikan-percikan yang disebabkan gerakan kelompok ikan tersebut. Tanda ini adalah khas untuk kembung perempuan. Pada malam hari dalam keadaan gelap kembung perempuan berada di lapisan permukaan. Bagian punggung ikan ini kelihatan berkilau-kilau. Adanya cahaya memudahkan penemuan ikan ini. Itu pula sebabnya penangkapan ikan ini umumnya dilakukan pada malam hari dalam keadaan gelap Pasaribu 1967. Nontji 1987 mengatakan bahwa, ikan kembung lelaki dan ikan kembung perempuan hidup dari plankton yang ditangkapnya dengan tapis insang. Ikan kembung perempuan mempunyai tapis insang lebih halus karena plankton yang dimakan terdiri dari plankton-plankton kecil seperti diatom dan copepoda, sebaliknya tapis insang kembung lelaki lebih besar karena memakan plankton yang lebih besar.

2.3.3 Ikan layang Decapterus

spp Spesies ikan layang yang ada di Indonesia adalah Decapterus ruselli dan Decapterus macrosoma . Decapterus ruselli mempunyai nama sinonim Decapterus maruadsi dengan nama umum ikan layang atau round scad. Sedangkan Decapterus macrosoma mempunyai nama umum ikan layang deles atau layang scad Nurhakim et al. 1987. Ikan ini hidup di perairan lepas pantai berkadar garam tinggi dan membentuk gerombolan besar. Panjang tubuhnya dapat mencapai 30 cm, umumnya antara 20-30 cm, bentuk badan agak memanjang dan agak gepeng Direktorat Jenderal Perikanan 1989. Dalam statistik perikanan, keduanya dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu ikan layang Decapterus spp Widodo 1988. Sumber: Sawada 1980. Gambar 4 Ikan layang : D. macrosoma a dan D. russelli b. Ikan layang termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagik, tidak menetap dan suka bergerombol. Jenis ikan tergolong stenohaline, hidup di perairan yang berkadar garam relatif tinggi 32‰-34‰ dengan kisaran yang sempit dan menyenangi perairan yang jernih. Menurut Lursinap et al. 1970, salinitas optimum ikan layang berkisar antara 32‰-32,5 ‰. Ikan layang banyak terdapat di perairan yang berjarak 37-56 km dari pantai Weber dan de Beaufort 1931; Hardenberg 1937. Ikan layang biasanya memijah pada perairan yang mempunyai suhu minimum, yaitu sebesar 17°C. Suhu optimum ikan layang yang menjadi tujuan penangkapan adalah sekitar 20ºC-30°C. Sedang suhu selang distribusi ikan layang berkisar antara 12ºC-25°C Laevastu dan Hela 1970. Ikan layang umumnya memiliki dua kali masa pemijahan pertahun dengan puncak pemijahan pada bulan MaretApril musim Barat dan AgustusSeptember musim Timur Puslitbangkan 1994. Ikan layang deles Decapterus macrosoma memijah selama beberapa bulan dengan puncaknya bulan AgustusSeptember Widodo 1988. Menurut Asikin 1971, ikan layang muncul ke permukaan karena dipengaruhi oleh ruaya harian dari plankton hewani zooplankton yang terdapat di suatu perairan. Secara spesifik, makanan ikan layang terdiri dari copepod 39, crustacean 31 dan organisme lainnya 30 Puslitbangkan 1994. Ruaya ikan layang di perairan Indonesia mempunyai hubungan dengan pergerakan massa air laut, walaupun secara tidak langsung. Menurut penelitian Hardenberg 1937, populasi layang yang berasal dari Samudera Hindia beruaya melalui Selat Sunda ke Laut Jawa sampai di sebelah utara Cirebon. a b

2.3.4 Ikan belado kuningselar hijau Atule mate

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Oseanografi (Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a dan Arus) dengan Hasil Tangkapan lkan Pelagis Kecil di Perairan Selat Sunda

0 8 242

Analisis sebaran suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a dengan menggunakan data modis di perairan Nusa Tenggara Timur

0 12 113

Analisis sebaran suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a dengan menggunakan data modis di perairan Nusa Tenggara Timur

1 13 5

Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A terhadap Hasil Tangkapan Ikan Cakalang (Kasuwonus pelamis, Linne) di Perairan Bagian Timur Sulawesi Tenggara

0 11 16

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit aqua modis serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan lemuru di perairan selat bali.

2 56 135

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit MODIS serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan Laut Jawa

4 8 197

Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a dari Citra Aqua-Modis Dan Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Ikan Pelagis di Selat Sunda.

7 21 113

Variabilitas hasil tangkapan ikan hubungannya dengan sebaran klorofil a dan suhu pemukaan Laut Data Inderaja di Perairan Kalimantan Timur

0 3 109

Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil a, Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Selatan Sulawesi Tenggara

0 3 128

Analisis Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a, Hubungannya dengan Hasil Tangkapan Madidihang (Thunnus albacares) di Perairan Selatan Sulawesi Tenggara

0 4 138