BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Dukungan Guru terhadap Akseptabilitas Pusat Informasi dan Konseling Remaja PIK Remaja di SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 194 siswa dengan menanyakan dukungan guru terhadap akseptabilitas PIK remaja sebagian besar dalam
kategori kurang 77,4 dan selebihnya dalam kategori baik 50. Hal ini didukung dari jawaban siswa yang menyatakan bahwa guru tidak ikut mendukung kegiatan
yang dibuat oleh PIK remaja 65,5. Hasil uji statistic dengan uji korelasi pearson menunjukkan bahwa nilai p0,001 dan nilai r=0,299, dengan demikian terdapat
hubungan antara dukungan guru dengan akseptabilitas PIK remaja di SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai. Dukungan Guru mempunyai pengaruh cukup besar terhadap
akseptabilitas PIK remaja dengan nilai p0,001. Hasil penelitian yang didapatkan dari siswa bahwa beberapa guru tidak selalu
dilibatkan dalam membantu siswa untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, hal ini menunjukkan bahwa tidak semua guru mendukung dan menerima
adanya program tersebut. Sebagian besar remaja tidak menginginkan gurunya menjadi petugas pemberi layanan konsultasi, mereka lebih memilih teman sebaya
sebagai konselor mereka agar nyaman dalam mengungkapkan masalah mereka, padahal Guru menjadi sumber dukungan yang potensial bagi siswa karena mereka
menghabiskan sebagian waktu mereka di sekolah.
72
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai berpotensi untuk menumbuhkan perilaku baik pada siswa-siswanya. Hal tersebut berkaitan dengan
label SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai sebagai SMA favorit dengan kompetensi guru yang baik, berbagai prestasi dalam hal akademik dan non-akademik, fasilitas
sekolah yang memadai dan lingkungan sekolah yang strategis di pusat kota. Ada kebanggaan dan prestise tersendiri menjadi siswa di SMA favorit, dan rasa bangga
tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri serta harga diri seseorang dan berpengaruh dalam menciptakan perilaku baik.
Terbentuknya perilaku baik pada siswa dipengaruhi oleh perlakuan dan perhatian guru di sekolah yang terwujud dalam keterlibatan mendalam pada usaha-
usaha siswa memperoleh prestasi dan mengembangkan diri. Guru juga menjadi teman sebaya diluar proses belajar mengajar sehingga siswai dapat berkomunikasi dengan
baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan sekolah maupun yang berkenaan dengan kehidupan pribadi siswa. Berdasarkan wawancara dan survei yang dilakukan selama
penelitian, guru selalu mendukung kegiatan PIK remaja bahkan menjadi teman curhat siswa. Selain itu, guru lebih disenangi sebagai teman curhat dibanding konselor PIK
remaja terutama wali kelas mereka. Kesehatan reproduksi remaja masih kurang didukung oleh guru karena setiap selesai memberikan pelajaran guru lebih
menyarankan aktif di kegiatan ekstrakulikuler daripada mengikuti kegiatan PIK remaja. Siswa SMA 2 tidak merasa canggung dan sudah berani menyapa guru
meskipun tidak diajar oleh guru yang tidak masuk ke kelas mereka. Keterangan tersebut diperkuat hasil observasi yang dilakukan selama penelitian. Situasi
Universitas Sumatera Utara
keakraban yang tercipta dalam lingkungan sekolah akan menimbulkan rasa aman siswa untuk mewujudkan kemampuannya. Penerimaan dan perhatian dari guru
membuat siswa merasa diterima dan berharga, sehingga dapat membantu siswa menumbuhkan perilaku baik.
Dukungan guru memiliki hubungan dengan beberapa hasil penting diantaranya pencapaian akademik, motivasi akademik serta penerimaan akseptabilitas terhadap
informasi atau kegiatan yang diselenggarakan di sekolah. Perilaku pencarian kesehatan dipengaruhi oleh motivasi eksternal dan internal. Motivasi eksternal berupa
sumber daya, keluarga, Guru dan Teman sebaya. Sedangkan motivasi internal berupa kecacatan dan kematian yang dirasakan dari satu penyakit dan gejala yang tak
berkurang – kurang. Sebagian besar orang akan melakukan usaha pencarian kesakitan
sesulit apapun untuk membebaskan diri dari gejala –gejala yang dirasakan
Plowden Miller , 2000. Hasil penelitian ini didukung oleh Sod et al 2006 yang meniliti kepuasan
klien berdasarkan akses dan akseptabilitas pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Remaja yang datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi dan
konseling kesehatan lebih menerima apabila yang memberikan pelayanan kepada mereka adalah teman sebayanya. Berbeda dengan hasil penelitian Nelson et al 2000
yang mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pelayanan kesehatan yang ramah remaja dengan pemanfaatan klinik kesehatan.
Menurut WHO 2006 tiga dimensi untuk menentukan kualitas pelayanan yaitu kesetaraan, akses dan akseptablitas termasuk didalamnya adalah kerahasiaan klien,
Universitas Sumatera Utara
menjamin privasi klien, lingkungan yang menarik, pemberi informasi yang memadai dan alokasi waktu yang cukup untuk klien. Dari penelitian yang didapatkan diperolah
informasi bahwa pada umumnya siswa menginginkan pelayanan yang dapat dipercaya dan terjaga kerahasiaannya.
Faktor lain yang juga mempengaruhi akseptabilitas remaja untuk menggunakan layanan kesehatan reproduksi dalam hal ini adalah PIK remaja adalah tidak semua
siswa dekat dengan gurunya sehingga remaja yang dekat dengan gurunya cenderung untuk mengungkapkan permasalahan yang mereka hadapi pada gurunya.
Selain dipengaruhi oleh klienpasien sendiri akseptabilitas juga dipengaruhi oleh sosial budaya masyarakat yang ada di sekitar. Pelayanan kesehatan reproduksi
remaja akan meningkat pemanfaatannya jika dapat diterima dan mendapat dukungan dari masyarakat WHO,2002.
5.2. Pengaruh Dukungan Guru terhadap Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja PIK Remaja di SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 194 remaja dengan menanyakan dukungan guru terhadap Pemanfaatan PIK remaja sebagian besar dalam
kategori kurang 54,6 dan selebihnya dalam kategori baik 45,6. Hal ini didukung dari jawaban remaja yang menyatakan bahwa guru tidak mendukung
kegiatan yang dibuat oleh PIK remaja 65,5. Hasil uji statistic dengan uji korelasi perason menunjukkan bahwa nilai p=0,922 dan nilai r=-0,007, dengan demikian tidak
terdapat hubungan antara dukungan guru dengan pemanfaatan PIK remaja di SMA
Universitas Sumatera Utara
Negeri 2 Kota Tanjung Balai. Dukungan Guru mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan PIK remaja dengan nilai p0,690.
Melihat besarnya keberadaan remaja di sekolah, maka salah satu cara yang efektif dan afidien dan bertanggung jawab melalui pendidikan di sekolah dalam
bentuk pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi yang relevan dalam pelayanan kesehatan berbasis sekolah. Program-program berbasis sekolah adalah
pendekatan yang esensial untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada anak muda McKay, 2004.
5.3. Pengaruh Dukungan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas Pusat Informasi dan Konseling Remaja PIK Remaja di SMA Negeri 2 Kota
Tanjung Balai
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 194 remaja dengan menanyakan dukungan teman sebaya terhadap akseptabilitas PIK remaja sebagian
besar dalam kategori kurang 68,6 dan selebihnya dalam kategori baik 31,4. Hal ini didukung dari jawaban remaja yang menyatakan bahwa temannya tidak
pernah memanfaatkan kegiatan yang dibuat oleh PIK remaja 52,1. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai p=0,609 dan nilai r=0,037, dengan demikian tidak
terdapat hubungan antara dukungan teman sebaya dengan akseptabilitas PIK remaja di SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai. Dukungan Teman sebaya mempunyai
pengaruh terhadap akseptabilitas PIK remaja dengan nilai p0,426. Teman sebaya dapat memberi pengaruh positif atau negatif pada remaja.
Memliki teman – teman yang nakal meningkatkan risiko remaja menjadi nakal pula
Universitas Sumatera Utara
Santrock 2007. Remaja menjadi nakal karena mereka tersosialisasi dan beradaptasi kedalam kenakalan terutama oleh kelompok pertemanan, sebaliknya secara positif
kelompok teman sebaya adalah tempat terjadinya proses belajar social atau adaptasi yakni suatu proses dimana individu mengadopsi atau menerima proses informasi
ataupun kegiatan. Teman sebaya sebagai teman yang paling dekat berperan dalam memberikan
dukungan moral selama di sekolah. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin ada dukungan teman sebaya maka akan meningkat informasi PIK remaja.
Remaja yang mendapatkan dukungan dari teman sebaya, akan lebih banyak mengakses informasi kesehatan reproduksi dengan baik, hal ini dikarenakan remaja
yang memiliki dukungan dari teman sebaya akan lebih mau dan bersemangat untuk dapat menanfaatkan PIK remaja.
Selama masa sekolah, teman sebaya memiliki peran penting dalam hal memberi dukungan kepada teman lainnya, baik dukungan yang bersifat positif
maupun negatif, contohnya; teman satu daerah asal dapat memberi nasehat, ajakan, dan penjelasan dengan lebih akrab; teman yang telah lebih dulu memanfaatkan PIK
Remaja dapat menjelaskan manfaat yang diperoleh selama di sekolah dan mau berbagi cerita curhat dengan teman lainnya untuk mendapatkan masukan dan
nasehat yang baik; teman yang lebih tua dapat memberi tingkah laku yang lebih baik, namun juga ada yang tidak baik; teman dengan usia yang sama teman sebaya dapat
lebih mudah curhat dan berbagi informasi; dan ada pula teman yang memberi
Universitas Sumatera Utara
dukungan negatif, mengajak teman yang lain untuk malas-malasan mengikuti kegiatan di sekolah, mengajak merokok, dan tidak masuk sekolah.
5.4. Pengaruh Dukungan Teman Sebaya terhadap Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja PIK Remaja di SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 194 remaja dengan menanyakan dukungan teman sebaya terhadap akseptabilitas PIK remaja sebagian
besar dalam kategori kurang 68,6 dan selebihnya dalam kategori baik 31,4. Hal ini didukung dari jawaban remaja yang menyatakan bahwa temannya tidak
pernah memanfaatkan kegiatan yang dibuat oleh PIK remaja 52,1. Hasil uji statistic menunjukkan bahwa nilai p0,001 dan nilai r=0,335, dengan demikian
terdapat hubungan antara dukungan teman sebaya dengan pemanfaatan PIK remaja di SMA Negeri 2 Kota Tanjung Balai. Dukungan Teman sebaya memiliki pengaruh
besar terhadap pemanfaatan PIK remaja dengan nilai p0,001. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan reproduksi remaja adalah masalah sistem pelayanan kesehatan. Peran petugas kesehatan yang peduli remaja mempunyai perhatian dan peduli, baik budi
dan penuh pengertian, bersahabat, memiliki kompetensi teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai keterampilan komunikasi interpersonal
dan konseling, termotivasi bekerjasama dengan remaja, tidak menghakimi, tidak bersifat dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan juga dapat
dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan Berhane et al., 2005.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini didukung oleh Sovd et al. 2006 yang meneliti kepuasan klien berdasarkan akses dan akseptabilitas pelayanan kesehatan remaja di Mongolia.
Remaja yang datang ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi dan konseling kesehatan lebih menerima acceptable terhadap pelayanan yang diberikan
oleh teman sebaya 76 vs 24. Menurut Russell 2005 kepercayaan adalah pusat hubungan yang baik antara
pengguna dan penyedia layanan kesehatan yang efektif mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan karena ketidakpastian kondisi kesehatan pasien
yang membutuhkan motivasi dan keputusan dari seorang dokter, kepercayaan memfasilitasi komunikasi dan fokus pasa pasien yang mendorong masyarakat untuk
memanfaatkan layanan kesehatan. Begitu pula pada remaja, remaja akan memanfaatkan pelayanan kesehatan reproduksi jikamemiliki kepercayaan terhadap
penyedia layanan kesehatan. Faktor lain juga mempengaruhi akseptabilitas remaja untuk menggunakan
pelayanan kesehatan reproduksi adalah petugas pemberi pelayan. Remaja cenderung untuk mengungkapkan permasalahan yang mereka hadapi jika merasa dekat dengan
konselor.Dalam hal ini konselor sebaya dapat digunakan untuk membantu siswa agar lebih mudah untuk berdiskusi dan bertanya mengenai masalah kesehatn
reproduksi.Melalui model konselor sebaya jarak antar guru pembimbing konselor dapat didekatkan sehingga hambatan psikologis yang menyebabkan siswa tertekan
dapat dikurangidihilangkan. Siswa yang berperan sebagai pendidik dan konselor sebaya diperlukan karena remaja lebih terbuka kepada sebayanya sehingga informasi
Universitas Sumatera Utara
lebih mudah didapatkan dan lebih mudah dipahami karena menggunakan gaya bahasa yang sama Hasmi, 2002. Hal ini didukung dari hasil wawancara mendalam pada
umumnya siswa menginginkan berkonsultasi dengan konselor sebaya karena merasa nyaman dan dekat dengan orang yang sudah dikenal.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN