BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Dukungan Guru
Lingkungan  sekolah  merupakan  salah  satu  pengaruh  yang  cukup  kuat  pada remaja.  Pada  umumnya  orang  tua  menaruh  harapan  yang  besar  pada  pendidikan  di
sekolah.  Sekolah  adalah  lingkungan  pendidikan  sekunder  bagi  remaja  yang  sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah
sekolahnya.  Anak  remaja  yang  umumnya  sudah  duduk  dibangku  SMA  umumnya menghabiskan  waktu  sekitar  7  jam  sehari  disekolahnya.  Ini  berarti  bahwa  hampir
sepertiga  dari  waktunya  setiap  hari  dilewatkan  remaja  disekolah.  Tidak mengherankan  jika  pengaruh  sekolah  terhadap  perkembangan  jiwa  remaja  cukup
besar.  Sekolah  mempunyai  pengaruh  yang  sangat  besar  bagi  remaja.  Karena  selain rumah, sekolah adalah lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan berbagai
aktivitas dan menjalin hubungan dengan teman-temannya Sarwono, 2011. Lingkungan  pergaulan  antar  teman  pun  besar  pengaruhnya.  Apalagi  kalau
sekolah  itu  berlokasi  di  pusat  keramaian  dimana  terjadi  titik  singgung  yang  terus menerus  setiap  hari  antara  anak-anak  yang  akan  ke  sekolah  atau  mau  pulang  dari
sekolah  dengan  berbagai  manusia  dan  rangsangan  sosial  yang  bermacam-macam coraknya.  Misalnya  tempat-tempat  hiburan  yang  merupakan  tempat  perjudian  atau
pelacuran  terselubung,  pedagang  kaki  lima  yang  menawarkan  VCD  porno  atau gedung-gedung  bioskop  yang  memaparkan  poster-poster  setengah  cabul.  Akibatnya
12
Universitas Sumatera Utara
remaja  tidak  bersemangat  lagi  untuk  sekolah  dan  akan  terpengaruh  oleh lingkungannya Sarwono, 2011.
Hurlock  2003  menyatakan  bahwa  sekolah  dan  pendidikan  tinggi menekankan  perkembangan  keterampilan  intelektual  dan  konsep  yang  penting  bagi
kecakapan  sosial.  Tetapi  hanya  sedikit  remaja  yang  mampu  menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Sekolah dan pendidikan tinggi juga
mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa, namun bila  nilai-nilai  dewasa  bertentangan  dengan  nilai-nilai  teman  sebaya  maka  remaja
harus  memilih  bila  mengharapkan  dukungan  teman-teman  yang  menentukan kehidupan sosial remaja.
Guru  merupakan  pembentuk  individu  yang  berperan  dalam  pendidikan karakter,  konsep diri, sikap, pengetahuan dan religiusitas responden. Pernyataan ini
sejalan  dengan pendapat yang menyatakan bahwa kebebasan adalah isu hangat bagi remaja.  Masalah  muncul  kemudian  tentang  pengembangan  sikap  dan  masalah
seksual.  Banyak  penelitian  menemukan  bahwa  sikap  seksual  memiliki  korelasi dengan  perilaku  seksual.  Sebagian  besar  remaja  mendapatkan  pengetahuan
reproduksi  dari  guru  dan  bukan  dari  orangtua  mereka.  Jadi,  guru  menjadi  tokoh penting  untuk  berkontribusi  memimpin  pengembangan  sikap  dan  perilaku  seksual
remaja.  Meskipun  tidak  ada  kurikulum  khusus  untuk  pendidikan  seks  di  SMP  dan SMA, informasi seks dan reproduksi sehat dapat diperkenalkan dalam subjek Biologi
sejak SMP dan SMA. Sementara itu, budaya dan nilai seks dapat diajarkan oleh guru agama.  BKKBN  2010  menambahkan  bahwa  sebagian  besar  waktu  remaja
Universitas Sumatera Utara
dihabiskan  di  sekolah,  sehingga  sekolah  berpengaruh  yang  cukup  kuat  terhadap perkembangan  masa  remaja.  Beratnya  tuntutan  pendidikan,  orang  tua,  persaingan
antar  teman  dan  beban  kurikulum  dapat  menimbulkan  beban  mental.  Pendidikan menuntut mahasiswa untuk berprestasi dan menjadi juara pada semua mata pelajaran.
Akibatnya para remaja itu tidak bisa menikmati kehidupan mereka di sekolah dengan rileks  dan  alami.  Untuk  itu  diperlukan  peran  guru  dalam  mengoptimalkan
perkembangan jiwa remaja.
2.2. Konsep Teman Sebaya 2.2.1.   Definisi Teman Sebaya