Hujan titik point rainfall

commit to user 12

2.2 Dasar Teori

2.2.1 DAS

Mamok Suprapto 2000 menjelaskan bahwa pengertian daerah aliran sungai, yang sering disebut juga dengan basin, watershed, catchment area, atau DAS adalah total permukaan tanah dan air yang dibatasi oleh pembagian air secara topografi. Setiap DAS memiliki karakter khas sendiri-sendiri dan setiap karakter memberikan pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap limpasan permukaan. Karakteristik DAS tersebut antara lain ketinggian rata-rata, bentuk, luas, dan kemiringan DAS.

2.2.2 Pengalihragaman Hujan Menjadi Aliran a. Hujan

Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Air yang jatuh dalam bentuk cair disebut hujan rainfall sedangkan air yang turun dalam bentuk padat es disebut salju. Jumlah hujan yang turun ke permukaan bumi dinyatakan dalam ketebalan air, yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam satu satuan waktu. Durasi hujan adalah waktu yang dihitung dari saat hujan mulai turun sampai berhenti. Ketebalan hujan diukur oleh alat pencatat hujan stasiun hujan yang dianggap mewakili hujan di suatu kawasan dengan luasan tertentu.

b. Hujan titik point rainfall

Hujan sangat bervariasi dalam skala ruang dan waktu Chow dkk., 1988. Hujan dengan jumlah sama tidak jatuh secara seragam uniform pada seluruh DAS Ponce, 1989. Dalam analisis hidrologi, dikenal istilah hujan terukur yaitu hujan titik point rainfall, dan hujan tak terukur yaitu hujan wilayah areal rainfall. commit to user 13 Hujan titik merupakan dasar dalam analisis hidrologi Chow dkk., 1988, karena teori yang ada untuk menghitung hujan wilayah didasarkan pada hujan titik. Tidak banyak pustaka yang membahas tentang jumlah stasiun pencatat hujan sekaligus agihannya. Padahal stasiun pencatat hujan yang akan digunakan perlu dievaluasi kerapatannya. Sri Harto 1993 menyarankan penggunaan cara Kagan dalam evaluasi jumlah dan jaringan stasiun pencatat hujan pada suatu wilayah, agar kerapatan jaringan stasiun hujan yang dipilih memberikan kesalahan sekecil mungkin. Kagan menyarankan penempatan alat pencatat hujan seyogyanya berada pada simpul-simpul segitiga samasisi yang memiliki panjang sisi sesuai Persamaan 2.1. Korelasi antar stasiun dapat dihitung dengan Persamaan 2.2, kesalahan perataan dengan Persamaan 2.3 dan kesalahan interpolasi dengan Persamaan 2.4. Kagan dapat menetapkan jaringan stasiun hujan sesuai dengan kriteria kesalahan yang ditetapkan. Jumlah stasiun hujan yang diperlukan minimal sama dengan jumlah simpul segitiga samasisi yang terdapat di wilayah kajian. N A L 07 , 1 = 2.1 dengan: L = panjang sisi segitiga km, A = luas wilayah km 2 , N = jumlah stasiun pencatat hujan. exp d d d r r - = 2.2 dengan: r d = korelasi antar stasiun dengan jarak d km, r = korelasi antar stasiun dengan jarak yang sangat kecil ± 0 km , d = jarak antar stasiun km, d = radius korelasi. N N d A r C Z v 1 23 , 1 + - = 2.3 dengan: commit to user 14 Z l = kesalahan perataan , C v = koefisien varian, A = luas wilayah km 2 , N = jumlah stasiun hujan. N S d r r C Z v 2 52 , 3 1 + - = 2.4 dengan: Z 2 = kesalahan interpolasi , S = deviasi standar.

c. Hujan Wilayah areal arinfall