Interpretasi Peranan Parameter Kinerja berdasarkan Hasil AHP dan ANP

inspeksi dan verifikasi terhadap barang dan pemenuhan pembayaran dan pelunasan barang kepada pemasok. Proses Bisnis berikutnya yang terpenting adalah aktifitas produksi batik Make. Proses ini berkaitan dengan aktifitas produksi batik meliputi meminta dan menerima kebutuhan bahan baku batik, pelaksanaan produksi dan penyimpanan produk di Griya Batik Banten. Hasil AHP menunjukkan bobot 0,24 dan hasil ANP 0,18295. Dalam aktifitas bisnis di Pusat Industri Batik Bantenberlaku proses pengembalian Return terhadap produk Batik Banten yang mengalami cacat atau kerusakan. Hal ini untuk menjaga kepercayaan konsumen dan komitmen untuk tetap menjaga kualitas produk. Oleh karena itu, dari analisa hasil ANP, proses Return 0,11249 menjadi Proses Bisnis terpenting berikutnya untuk mendukung penentuan alternatif bobot metrik kinerja rantai pasok. Meskipun dari hasil AHP Return memiliki bobot yang sama dengan Proses Bisnis Deliver 0,08 namun praktiknya proses pengiriman produk tidak terlalu memiliki peran yang penting dalam Proses Bisnis Batik Banten. Hal ini dikarenakan ketersediaan produk di pasaran distribusi banyak yang diambil langsung oleh para pengecer dan tidak selalu dikirim oleh perusahaan. Disinilah pada akhirnya Deliver menjadi Proses Bisnis terpenting terakhir berdasarkan hasil ANP untuk mendukung penentuan alternatif metrik kinerja rantai pasok dengan memiliki nilai prioritas terkecil yaitu 0,10619.

4.5.4 Interpretasi Peranan Parameter Kinerja berdasarkan Hasil AHP dan ANP

Berdasarkan prioritas hasil analisa AHP 0,48 dan ANP 0,4522, Mutu adalah hal utama yang terpenting dalam MRP mencakup kualitas material dan produk jadi, sehingga biaya dapat terjangkau denganrespon produksi yang cepat. Artinya, dengan meningkatkan dan menjaga mutu bahan baku dan produk Batik Banten akan mampu meningkatkan penjualan produk batik dan mengurangi biaya, sehingga dapat meningkatkan keuntungan Pusat Industri Batik Banten. Nilai tambah adalah Parameter Kinerja terpenting berikutnya untuk mendukung penentuan alternatif bobot Metrik Penilaian Kinerja Rantai Pasok. Adapun prioritas hasil AHP 0,40 dan prioritas hasil ANP 0,37805. Dalam praktik bisnis, nilai tambah produk Batik Banten menjadi penentu tingkat kesejahteraan para pelaku rantai pasoknya. Parameter Kinerja terakhir adalah Risiko yang memiliki tingkat kepentingan paling kecil dimana hasil AHP 0,14 dan hasil ANP 0,16974. Pada dasarnya, Risiko menjadi hal penting untuk diperhitungkan agar tidak ditanggung oleh satu pihak saja. Namun, dalam praktiknya pembagian Risiko cenderung ditanggung oleh tiap-tiap anggota rantai pasok. Hal ini dikarenakan kelembagaan rantai pasok Batik Banten belum terbangun atau masih berjalan secara alamiah tanpa adanya ikatan-ikatan kesepakatan bersama. Misalnya, bila terdapat bahan baku kain yang kurang baik, yang dapat menyebabkan produk jadi tidak sempurnacacat, maka risiko sepenuhnya cenderung hanya ditanggung oleh perusahaan. 4.5.5 Interpretasi Peranan Atribut Kinerja dan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok berdasarkan Hasil AHP dan ANP Atribut Kinerja berperan penting dalam menentukan bobot alternatif yang akan ditentukan. Dalam kerangka AHP, hal ini dapat dilihat secara sebaliknya, seberapa besar alternatif yang dibuat dapat menjawab Atribut Kinerja yang di inginkan untuk mencapai Goal. Kriteria Atribut Kinerja yang memiliki bobot terpenting pertama adalah Reliabilitas, dimana hasil prioritas AHP 0,40 dan prioritas ANP 0,37226. Hal ini mengindikasikan sangat penting bagi Pusat Industri Batik Banten untuk mebangun kepercayaankeandalan dari konsumen konsumen. Orientasi terhadap kepentingan pihak luar eksternal perlu diperkuat dengan menjaga mutu bahan baku dan produk jadi sesuai dengan Kesesuaian Standar Mutu batik yang baik. Sebagai contoh, kualitas kain, desain, motif dan kualitas batik harus disesuaikan dengan kriteria standar batik menurut SNI. Kesesuaian Standar Mutu sebagai salah satu alternatif dalam Metrik Pengukuran Kinerja memiliki nilai bobot prioritas tertinggi pertama dimana analisa hasil prioritas AHP 0,19 dan hasil sintesis prioritas ANP 0,195061. Respon perusahaan Responsivitas terhadap permintaan dan pesanan pelanggan menjadi kriteria Atribut Kinerja terpenting kedua berikutnya hasil prioritas AHP 0,27 dan hasil prioritas ANP 0,25747. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan perlu dipertimbangkan untuk menentukan alternatif metrik pengukuran kinerja. Respon yang cepat akan mendukung cepatnya pemenuhan pesanan Batik Banten. Semakin singkat siklus waktu untuk memenuhi pesanan batik Siklus Pemenuhan Pesanan atau SPP berarti Pusat Industri Batik Banten semakin responsive. Metrik pengukuran kinerja SPP memiliki bobot prioritas kedua dimana hasil prioritas AHP 0, 11 dan hasil sintesa prioritas ANP 0,10615. Kriteria Atribut Kinerja terpenting ketiga berikutnya adalah Fleksibilitas dengan bobot prioritas AHP 0,15 dan bobot sintesa prioritas ANP 0,16334. Oleh karena itu, metrik pengukuran kinerja rantai pasok Fleksibilitas Pasokan FP penting untuk dipertimbangkan untuk mengukur kemampuan pesanan tak terduga sebagai bentuk Responsifitas perusahaan. Metrik FP memiliki tingkat kepentingan prioritas hasil AHP 0,10 dan sintesis prioritas ANP 0,09827. Sedangkan, metrik pengukuran kinerja rantai pasok terpenting ketiga adalah Biaya MRP dengan prioritas AHP 0,11 dan sintesa prioritas ANP 0,10802. Dalam praktiknya berarti pertimbangan besarnya Biaya MRP Pusat Industri Batik Banten lebih penting dibandingkan dengan FP perusahaan terebut. Namun dalam prioritas AHP, metrik Biaya MRP memiliki bobot prioritas yang sama dengan metrik Kinerja Pengiriman, Siklus Pemenuhan Pesanan dan Siklus Cash-to-cash SCTC yang sama-sama memiliki prioritas 0,10. Kinerja Pengiriman yang dimaksud lebih kepada pengiriman bahan baku untuk mempercepat ketersediaan produk untuk memenuhi pesanan sehingga menciptakan Reliabilitas. Mengacu pada prioritas AHP tersebut, semakin pendek waktu untuk memenuhi pesanan akan sama-sama saling berpengaruh, atau, sama pentingnya dengan besarnya metrik Biaya MRP yang dikeluarkan oleh perusahaan. Disinilah pentingnya mempertimbangkan Atribut Kinerja Atribut Kinerja Biaya yang memiliki prioritas AHP 0,10 dan sintesis prioritas ANP 0,11507. Hal ini akan memperpendek aliran perputaran uang SCTC yang memcakup pengeluaranpembayaran material batik ke pemasok hingga income dari pembayaran konsumen atas produk, sehingga semakin pendek siklus ini maka return yang diperoleh Pusat Industri Batik Banten semakin cepat. Tetapi dalam sintesis prioritas ANP, metrik-metrik pengukuran kinerja tersebut yang memiliki bobot kinerja terpenting berbeda yang secara berurutan adalah metrik Siklus Pemenuhan Pesanan 0,1239, Kinerja Pengiriman dan SCTC 0,09531. Kecepatan adalah salah satu faktor penentu dalam daya saing Pusat Industri Batik Banten. Oleh karena itu, waktu tunggu pemesanan LTPP harus diperhitungkan sebagai alternatif penilaian kinerja rantai pasok berikutnya dengan prioritas AHP 0,09 dan sintesis perioritas ANP 0,09699. Terakhir, metrik Persediaan Harian harus diperhitungkan oleh Pusat Industri Batik Banten dalam mengukur kinerja rantai pasok perusahaan melalui kemampuan perusahaan untuk bertahan dengan persediaan bahan baku batik dan produk Batik Banten yang dimiliki secara periodik, dimana kinerja yang baik terjadi ketika perputaran aset terjadi dengan cepat. Besarnya prioritas AHP metrik tersebut 0,07 dan sintesis prioritas ANP diperoleh 0,07403. Metrik ini didasarkan pada pentingnya Atribut Kinerja Aset yang memiliki prioritas AHP 0,08 dan sintesis prioritas ANP 0,09186.

4.6 Skenario Alternatif Pembentukan MRP Produk Batik Banten