Supermatriks Tidak Tertimbang : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Propinsi Banten

Lampiran 6. Matriks-matriks pengolahan ANP pembentukan MRP produk Batik Banten efektif a. Matriks Antar Kelompok :

b. Supermatriks Tidak Tertimbang :

Lanjutan Lampiran 6. c. Supermatriks Tertimbang : d. Supermatriks Limit : ABSTRACT DIQBAL SATYANEGARA. The Analysis of Supply Chain Management in Batik Banten Industry . Under direction of H MUSA HUBEIS and MUHAMMAD SYAMSUN. Batik Banten Industry is a local small and medium enterprise that focused on producing traditional Bantenese Batik clothes, called Batik Banten. This research aims are 1 identify the structure of Batik Banten supply chain, 2 determine the performance metric of Batik Banten supply chain and 3 give alternative scheme of the supply chain of Batik Banten product. Supply Chain Operations Reference SCOR model and supply chain orientation concepts are adopted in this research. Analytical Hierarchy Process AHP and Analytical Network Process ANP are used in this research. Both primary and secondary data are collected in this research through literature study, survey and interview with experts. Samples in this research are determined by judgment sampling and five experts are participated. The finding shows the structure of Batik Banten supply chain, consists supplier, PT. Batik Banten Mukarnas and the consumer, both grocery and ultimate consumer. The AHP-ANP results found Quality Standardization as the most important factor for determine the metric of supply chain performance. Moreover, Cooperation is the most important factor in order to create the scheme of the supply chain Batik Banten product. Keywords: Supply Chain, SCOR, Supply Chain Orientation Concept, AHP-ANP RINGKASAN DIQBAL SATYANEGARA. The Analysis of Supply Chain Management in Batik Banten Industry . Under direction of H MUSA HUBEIS and MUHAMMAD SYAMSUN. Batik adalah kain yang bergambar ditulis, atau dicap dengan canting yang terbuat dari tembaga, atau plat seng, agar dapat menghasilkan seni keindahan artistik dan klasik pada kain batik cotton, atau sutra, maka haruslah menggunakan lilin malam yang telah dipanaskan. Cukup banyak pelaku usaha batik di Indonesia yang telah mempunyai bermacam-macam corak dan motifnya, akan tetapi setiap daerah tidak mempunyai kesamaan corak dan motif pada batiknya, seperti halnya corak dan motif pada Batik Banten. Supply Chain Management SCM, atau Manajemen Rantai Pasok MRP merupakan serangkaian pendekatan yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Produk yang dihasilkan dapat didistribusikan dengan kuantitas, tempat dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya serta memuaskan konsumen. MRP bertujuan untuk membuat seluruh sistem menjadi efisien dan efektif, meminimalisasi biaya transportasi, distribusi sampai inventori bahan baku, bahan dalam proses dan barang jadi. Ada beberapa pemain utama yang memiliki kepentingan dalam MRP, yaitu supplier, manufacturer, distributor, retailer dan customer. Salah satu model pengukuran kinerja MRP adalah SCOR Supply Chain Operations Reference yang dikembangkan oleh Supply Chain Council. SCOR merupakan suatu metode sistematik yang mengombinasikan unsur-unsur seperti teknik bisnis, benchmarking dan praktek terbaik best practice untuk diterapkan dalam rantai pasokan yang diwujudkan ke dalam suatu kerangka kerja yang komprehensif sebagai referensi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan perusahaan tertentu. Salah satu aliran rantai pasok yang harus dikelola adalah aliran barang dari hulu ke hilir. Pada lingkungan bisnis Batik Banten tentunya telah berlaku mekanisme rantai pasok pada aliran hilir, walaupun masih sederhana. Selama ini belum ada sistem Supply Chain yang kohesif untuk produk Batik Banten sektor hilir, maka hal mendasar yang perlu dianalisis untuk mewujudkan rantai pasok kohesif adalah kesediaan dari masing-masing pihak untuk bekerjasama dengan baik berdasarkan peubah Supply Chain Orientation yang terdiri atas trust, commitment, interdependence, organizational compatibility, vision, key processes, leader dan top management support. Strategi Supply Chain Orientation SCO, atau Orientasi Rantai Pasok harus terstruktur menurut tiap organisasi anggota rantai pasok yang menjadi fokus dalam organisasi tersebut melalui Desain Organisasi, Sumber Daya Manusia SDM, Teknologi Informasi TI dan Kinerja Organisasi. MRP yang berjalan efektif pada akhirnya aktifitasnya akan sesuai dengan filosofi manajemen. Aktifitas-aktifitas diantara para anggota yang dimaksud mencakup perilaku yang terintegrasi, berbagi informasi, berbagi risiko dan penghargaan, kerjasama, tujuan dan fokus yang sama terhadap pelanggan, integrasi proses dan mitra hubungan jangka panjang. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, penelitian ini menggambarkan mekanisme rantai pasok Batik Banten, menganalisis bobot kinerja rantai pasok pada Pusat Industri Batik Banten dan memberikan solusi alternatif manajemen rantai pasok produk Batik Banten yang efektif. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini : 1 Mengidentifikasi struktur anggota rantai pasok Batik Banten pada Industri Batik Banten, 2 Menentukan bobot kinerja rantai pasok pada Pusat Industri Batik Banten dan 3 Merancang solusi skema pembentukan manajemen rantai pasok produk Batik Banten yang efektif pada Industri Batik Banten. Dalam penelitian ini digunakan data primer, maupun sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner terhadap Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu 1 Studi literatur, terutama mengenai proses produksi Batik Banten dan SCM; 2 Survei langsung lapangan, yaitu mempelajari berbagai fenomena tentang proses produksi, saluran distribusi termasuk mekanisme rantai pasok yang berlaku, aktifitas jual beli Batik Banten dan semua aspek pendukung; 3 Wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok yang telah berjalan di Industri Batik Banten, serta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini; 4 Opini Pakar. pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok dan berperan sebagai narasumber ahli sebanyak 5 lima orang. Data sekunder berkaitan dengan kondisi lingkungan, fenomena, manajemen rantai pasok Batik Banten, dan segala sesuatu yang terkait dengan penelitian ini dapat ditelusuri melalui jurnal-jurnal, internet dan instansi pemerintah terkait. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan contoh non probability sampling . Contoh yang diambil didasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pakar berperan penting dalam memberikan penilaian terhadap permasalahan dan anggota rantai pasok dibutuhkan untuk memberikan informasi. Obyek contoh yang diteliti adalah pemasok bahan baku batik, PT. Batik Banten Mukarnas sebagai pemilik pusat Industri Batik Banten dan AIDA Batik sebagai pengecer lokal Batik Nusantara. Pengolahan dan analisis data menggunakan metode AHP dan ANP dengan membuat model hirarki terlebih dahulu. Untuk metode AHP data diolah menggunakan perangkat lunak MS Excel adapun metode ANP menggunakan perangkat lunak SuperDecisions. Dalam menentukan dan menilai bobot metrik kinerja rantai pasok pada Pusat Industri Batik Banten digunakan model SCOR. Dalam tahapan ini melibatkan empat pihak sebagai narasumber ahli, yaitu Pemilik, Manajer Produksi dan Manajer Pemasaran dari PT. Batik Banten Mukarnas dan dari pihak Akademisi Dosen Ekonomi-Manajemen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Berkaitan dengan membentuk skema solusi alternatif pembentukan MRP produk Batik Banten, digunakan pendekatan literatur peubah ORP sebagai faktor yang harus dipenuhi oleh para anggota rantai pasok produk Batik Banten dalam rangka tahap awal membentuk sebuah MRP. Tahap berikutnya tiap anggota MRP produk Batik Banten secara organisasi harus memiliki orientasi fokus yang menjadi struktur dalam menerapkan ORP. Terakhir, pendekatan literatur mengenai MRP efektif sebagai skenario pembentukan MRP produk Batik Banten ditetapkan sebagai alternatif akhir dalam rangka pembentukan MRP produk Batik Banten. Dalam tahapan ini di libatkan tiga narasumber ahli, yaitu Pemilik PT. Batik Banten Mukarnas, pemilik AIDA Batik sebagai perwakilan pengecer Batik Nusantara dan pihak Akademisi Dosen Ekonomi-Manajemen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Struktur rantai pasokan Batik Banten terdiri dari pemasok bahan baku, perusahaan, pengecer lokal dan konsumen akhir. Aliran rantai pasok dimulai dari pemasok bahan baku. Semua bahan baku batik akan ditampung untuk diolah oleh PT. Batik Banten Mukarnas. Pada prioritas hasil AHP dalam penentuan bobot metrik kinerja rantai pasok Pusat Industri Batik Banten menunjukkan bahwa pada Proses Bisnis, Plan menjadi prioritas tertinggi bobot 0,32; pada Parameter Kinerja, Mutu menjadi prioritas tertinggi bobot 0,48; pada Atribut Kinerja, Reliabilitas menjadi prioritas tertinggi bobot 0,40; pada Metrik Pengukuran Kinerja sebagai tujuan utama, Kesesuaian Standar Mutu menjadi prioritas tertinggi bobot 0,19. Berdasarkan hasil ANP, Proses Bisnis yang paling berpengaruh dalam kinerja MRP adalah Plan bobot 0,34952; Parameter Kinerja yang paling berpengaruh adalah Mutu bobot 0,4522; Atribut Kinerja yang paling penting adalah Reliabilitas bobot 0,37226. Terakhir, Metrik Kinerja yang memiliki pengaruh paling besar adalah Kesesuaian Standar Mutu bobot 0,19506. Hasil AHP dalam skenario alternatif pembentukan MRP Produk Batik Banten menunjukkan Trust menjadi prioritas tertinggi sebagai Faktor yang harus dipenuhi oleh tiap anggota rantai pasok bobot 0,32; SDM menjadi prioritas tertinggi sebagai Fokus bagi tiap anggota yang terlibat dalam rantai pasokan produk Batik Banten bobot 0,38; proses Kerjasama memiliki prioritas tertinggi sebagai Skenario MRP produk Batik Banten bobot 0,22. Berdasarkan hasil ANP, Faktor yang harus dipenuhi yang paling berpengaruh dalam MRP produk Batik Banten adalah Trust bobot 0,19417: Fokus tiap anggota yang paling berpengaruh adalah SDM bobot 0,33599; dan Skenario alternatif yang paling penting adalah Kerjasama bobot 0,21159. Kata kunci: rantai pasok, SCOR, konsep Orientasi Rantai Pasok, AHP-ANP

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor XVI Tahun 1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi, yang menyatakan bahwa ekonomi nasional diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi nasional, agar terwujud pengusaha menengah yang kuat dan besar jumlahnya, serta terbentuknya keterkaitan dan kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku ekonomi dan saling memperkuat untuk mewujudkan demokrasi ekonomi dan efisiensi nasional yang berdaya saing tinggi. Selain itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009, menyebutkan bahwa sasaran Pembangunan Nasional adalah “Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan Perpres RI No. 7 tahun 2005.” Menurut Tambunan, dikutip oleh Wanty 2006, mengatakan bahwa pentingnya Usaha Kecil Menengah UKM di Indonesia juga terkait dengan posisinya yang strategik dalam berbagai aspek. Ada empat alasan yang menjelaskan posisi strategik UKM di Indonesia. Pertama, aspek permodalan. UKM tidak memerlukan modal yang besar sebagaimana perusahaan besar, sehingga pembentukan usaha ini tidak sesulit perusahaan besar; Kedua, aspek tenaga kerja. Tenaga kerja yang diperlukan oleh Industri Kecil IK tidak menuntut pendidikan formaltinggi tertentu. Sebagian besar tenaga kerja yang diperlukan oleh IK didasarkan atas pengalaman learning by doing yang terkait dengan faktor historis path dependence . Hal ini sering ditemui pada industri kerajinan ukir batik; Ketiga, aspek lokasi. Sebagian besar IK berlokasi di pedesaan dan tidak memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar; Keempat, aspek ketahanan. Peranan IK ini telah terbukti bahwa IK memiliki ketahanan yang kuat strong survival ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Dalam perekonomian Indonesia, UKM menduduki posisi strategik. Hal ini dikarenakan perannya