75 motif ragam hias khas Banten rekonstruksi Arkeologi Nasional pada akhirnya berhasil ditemukenali.
Ragam hias pada abad ke 17 merupakan bukti sejarah bagi masyarakat Banten, bahwa reruntuhan istana kerajaan dan kejayaan masa
lalu telah mewariskan nilai seni ragam hias dan budaya unik yang melekat pada benda purbakala dengan sangat arsitektual pada ornamennya. Ragam
hias tersebut adalah inspirasi desain dan pola dasar Batik Banten. Pada tahun 2003 Uke Kurniawan, saat ini komisaris PT Batik Banten Mukarnas,
membentuk Panitian Peneliti dan Pengembang Batik Banten.
4.1.4 Perbedaan antara Batik Banten dengan Batik Indonesia lainnya
Batik Banten secara umum memiliki perbedaan dengan Batik lain berdasarkan motif, warna dan filosofi maknaarti. Motif Batik Banten
memiliki pola dasar ragam hias yang berasal dari benda bersejarah Artefak Terwengkal yang diekskavasi pada tahun 1976. Warna Batik Banten
cenderung kepada abu-abu soft sebagai warna dominan. Adapun secara filosofi, nama-nama motif Batik Banten diambil dari toponim desa-desa
kuna nama daerah atau desa lama, nama gelar bangsawan dan nama tata
ruang di kesultanan Banten. Ada sekitar 20 motif batik Banten Gambar 14 yang diberi
penamaan berdasarkan filosofinya, yaitu motif Sebakingking yang merupakan nama gelar Panembahan Sultan Maulana Hasanuddin dalam
penyebaran agama Islam, motif Srimanganti, motif Pasulaman, motif Mandalikan, motif Kawangsan, motif Kapurban, motif Surosowan, motif
Pejantren, motif Pamaranggen, motif Pancaniti, motif Datulaya, motif Langenmaita, motif Wamilahan, motif Panjunan, motif Kaibonan, motif
Memoloan, motif Kesatriaan, motif Panembahan, motif Singayaksa dan motif Pasepen.
4.2 Proses Pembuatan Batik
Pada kesempatan wawancara dengan pemilik PT Batik Banten Mukarnas terungkap, selain mutu produk dan mutu kain dan motif, kelebihan
nilai value yang dimiliki dan diberikan oleh Industri Batik Banten adalah keterbukaan dalam hal memberikan teknik proses pembatikan kepada
khalayak umum dan para konsumen, dimana langkah ini biasanya tertutup bagi para pelaku industri batik lainnya di Indonesia.
Gambar14. Berbagai motif kain dan kemeja Batik Banten Sumber :
http:laraswati.com , 2012
Oleh karena itu, unsur edukatif digunakan oleh Pusat Industri Batik Banten dalam memasarkan produk dan brandnya dengan memberikan
pelatihan-pelatihan tata cara membatik mulai dari kalangan sekolah, perguruan tinggi, hingga khalayak masyarakat umum. Dampaknya, dengan
mengacu kepada Batik Banten, beberapa sekolah di Propinsi Banten pada akhirnya memasukkan kurikulum “Membatik” kedalam kurikulum ajarnya.
Berikuttahapan dan prinsip membatik yang peneliti rangkum dalam penelitian ini:
1. Pemilihan bahan kain untuk membatik
Katun dan sutera adalah bahan baku kain utama yang digunakan untuk membatik tulis dan cap. Kedua bahan tersebut harus 100, atau murni
berwarna putih polos atau warna lain dan berpola yang dalam kondisi baik, tidak sobek, ternoda, atau cacat.
2. Ukuran bahan kain untuk dibatik
Bahan kain yang digunakan dalam membatik memiliki panjang minimal 2 m dan maksimal 4 m. Adapun lebar kain beraneka ragam mulai dari 200
cm, 150 cm, 115 cm, 105 cm dan 90 cm. Kain yang memliliki panjang melebihi 4 m tidak dapat diwarnai dasar atau dicelup, sehingga pewarnaan
tidak akan merata dan bahkan menjadi belang.
Gambar 15. Proses awal perebusan kain Sumber :
http:laraswati.com , 2012
3. Proses perebusan kain
Kain katun atau sutera yang akan dibatik, direbus dahulu dengan campuran air, tawas dan soda dengan perbandingan 50 l air tawar
dicampur 1 kg tawas dan 0,5 kg soda Gambar 15. Perebusan kain penting untuk menghasilkan kulaitas kain yang baik untuk dibatik, diantaranya
tidak terjadi pelunturan, kain akan lebih halus dan warna akan kuat dan cerah.
4. Membatik dengan canting cap dan tulis
Kain yang akan di cap Gambar 16 dan di tulis harus dipastikan dalam keadaan kering, tidak ada noda basah, kusut atau cacat. Hal ini untuk
menghindari terjadinya “rembes” nya lilin malam menembus ke belakang permukaan kain. Pengecapan dilakukan secara berulang-ulang secara
teratur Gambar 17.
Gambar 16. Alat cap batik Sumber :
http:laraswati.com , 2012
Untuk membatik dengan canting tulis, sebaiknya pola batik terlebih dahulu dibuat diatas permukaan batik dengan menggunakan pensil kayu agar kain
pada penulisan dan lilin cairan malamnya menghasilkan hasil yang sempurna.
Gambar 17. Proses pengecapan batik Sumber :
http:laraswati.com , 2012
5. Pewarnaan dengan cara ditulis mencolet
Penulisan pewarnaan batik Gambar 18, baik batik cap ataupun tulis, dilakukan dengan proses yang sama. Sebelum dilakukan pewarnaan,
terlebih dahulu menentukan motif dan warna apa yang akan diwarna dengan menggunakan obat pewarna kimia.
Gambar 18. Proses pewarnaan dengan cara ditulis Sumber : Dokumentasi penelitian
6. Pewarnaan dasarpencelupan
Dalam melakukan proses pencelupan Gambar 19, warna dominan pada batik harus diperhatikan agar tidak bertabrakan dengan hasil coletan
sehingga hasilnya terlihat baik. Misalnya, bila sebuah batik dengan warna dominan biru maka perendaman harus dengan campuran pewarnaan biru.
Gambar 19. Proses pewarnaan dasar pencelupan Sumber : Dokumentasi penelitian
Proses pencelupan dilakukan sekurang-kurangnya sebanyak dua 2 kali selama 20 menit dengan kondisi kain yang telah dilipat menjadi dua
bagian terlebih dahulu. Pada pencelupan pertama akan tampak warna dasar setelah dicuci. Pada pencelupan kedua, warna baik akan sempurna. Untuk
mendapatkan warna batik yang lebih tua, pencelupan dapat dilakukan hingga maksimal empat 4 kali.
7. Menghilangkan lilin malam
Kain yang telah dicelup harus melalui proses penghilangan lilin malam Gambar 20 dengan cara direbus menggunakan campuran air dan soda.
Perendaman dilakukan dengan cara diaduk selama sepuluh hingga lima belas menit. Setelah selesai, batik hasil rendaman dimasukkan kedalam
wadah lain yang berisikan air tawar yang dingin kemudian diperas untuk dijemur Gambar21.
Gambar 20. Proses penghilangan lilin malam Sumber : Dokumentasi penelitian
Gambar 21. Penjemuran batik dan kain polos Sumber :
http:laraswati.com , 2012
4.3 Struktur dan Pelaku Rantai Pasok Batik Banten