perdagangan waralaba yang komprehensif, atau inisiai dari hubungan antar perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Schmitz et al dalam
Mentzer et al. 2001 menunjukkan fakta bahwa kesuksesan MRP secara langsung terhubung dengan adanya kepemimpinan konstruktif yang
mampu mestimulasi perilaku kooperatif diantara perusahaan-perusahaan yang berpartisipasi.
h. Dukungan manajemen puncak top management support
Lambert et al dalam Mentzer et al. 2001 menyatakan bahwa dukungan manajemen puncak, kepemimpinan, dan komitmen untuk berubah
merupakan peubah-peubah yang penting untuk implementasi MRP. Dalam konteks yang sama, Loforte, yang diacu dalam Mentzer et al.
2001 berpendapat bahwa kurangnya dukungan manajemen puncak merupakan hanbatan bagi implementasi MRP.
2.5 Struktur ORP
Esper, et al 2010 mengembangkan lebih jauh rincian kerangka peubah ORP menjadi beberapa struktur yang menitikberatkan pada desain
organisasi, sumber daya manusia SDM, teknologi informasi dan pengukuran organisasi. Mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu menginduk dari
Mentzer et al tentang kerangka umum ORP, penelitian Esper et al menyajikan kerangka yang mampu menjelaskan dengan lengkap konsep ORP sebelumnya.
Secara implikasi praksis penelitian tersebut menyediakan template peubah ORP kekinian yang dimiliki oleh sebuah perusahaan sehingga akan
berguna secara manajerial bagi perusahaan yang menghendakimembentuk ORP yang lebih baik. Esper, et al memodelkan strategi ORP yang mencakup
pandangan secara sistemik dan menyeluruh terhadap MRP, berkompetisi melalui kemampuan MRP, dan usaha yang dilakukan antar unit bisnis
Mentzer et al, 2001 harus sesuai dan didukung dengan struktur ORP Gambar 7.
Dalam penelitian ini, dicoba untuk menerapkan struktur ORP sebagai fokus bagi para anggota rantai pasok produk Batik Banten untuk ORP yang
lebih baik dalam rangka membentuk MRP produk Batik Banten yang efektif.
1. Desain Organisasi Organizational Design
Dalam menerapkan dan mengembangkan ORP, setiap organisasi anggota rantai pasok membutuhkan desain organisasi yang fokus pada integrasi
secara internal dan kolaborasi.
2. SDM Human resource
Agar ORP terbentuk dengan baik, maka tiap organisasi yang terlibat dalam rantai pasok setidaknya memiliki orientasifokus pada pengembangan
SDM yang mumpuni dengan cara mempekerjakan karyawan yang memiliki pemahaman dan keahlian kunci khusus dalam MRP. Selain itu,
dapat juga mengimplementasikan gaya dan struktur kepemimpinan yang dapat mengembangkan kemampuan karyawan dalam mengelola MRP.
Gambar 7. Strategi dan struktur ORP Esper et al, 2010
3. Teknologi Informasi, atau TI Information technology, atau IT
Selanjutnya agar ORP terbentuk dengan baik, setiap anggota rantai pasok harus fokus pada pentingnya penerapan TI. Pengembangan kemampuan
penguasaan TI dapat memfasilitasi integrasi secara internal dan saling bertukarnyaberbagi informasi diantara para pelaku rantai pasok.
4. Pengukuran dalam Kinerja Organisasi Organizational Measurement
Dalam menerapkan strategi ORP, konsekuensi keharusan bagi tiap perusahaan anggota rantai pasok adalah menerapkan pengukuran kinerja
organisasi dalam menjalankan MRP. Pengukuran kinerja perusahaan tidak lagi hanya fokus pada kinerja keuangan, produktifitas dan pemasaran,
tetapi juga mulai menggunakan pengukuran kinerja rantai pasok. Hal ini bermanfaat untuk mengukur kinerja perusahaan dari sudut pandang MRP,
pembelajaran dan inovasi dalam rantai pasok.
2.6 MRP Efektif Serangkaian Aktifitas untuk Mengimplementasikan
Filosofi Manajemen
Dalam mengadopsi filosofi MRP, perusahaan harus membangun praktik-praktik manajemen yang mengarahkannya berperilaku secara
konsisten dengan filosofi yang dimaksud. Telah banyak peneliti yang memfokuskan pada aktifitas-aktifitas yang mencirikan MRP. Penelitian-
penelitian berikut menyatakan beberapa aktifitas-aktifitas yang diperlukan untuk mengimplementasikan MRP secara efektif Mentzer et al. 2001, dalam
perancangan skenario alternatif MRP Batik Banten yang efektif :
1. Perilaku yang terintegrasi Integrated behavior
Untuk mencapai keefektifan di lingkungan persaingan saat ini, perusahaan harus memperluas perilaku terintegrasinya untuk mempertemukan
pelanggan dengan pemasok Bowersox and Closs diacu dalam Mentzer et al.
2001, dimana perluasan perilaku terintegarasi ini melintasi integrasi eksternal sebagai MRP. Dalam konteks ini, filosofi MRP pada saatnya akan
berubah menjadi implementasi MRP; serangkaian aktifitas yang menjunjung filosofinya. Serangkaian aktifitas ini merupakan usaha yang
terkoordinasi yang disebut MRP antara mitra-mitra rantai pasok; seperti pemasok, perantara dan manufaktur, untuk menanggapi kebutuhan
konsumen secara dinamis Greene diacu dalam Mentzer et al. 2001
2. Saling berbagi informasi satu sama lain Mutually sharing information
Kaitannya dengan perilaku yang terintegrasi, berbagi informasi satu sama lain diantara anggota rantai pasok sangat diperlukan untuk
mengimplementasikan filosofi MRP, terutama dalam perencanaan dan monitoring. Cooper et al diacu dalam Mentzer et al. 2001 menyoroti
tentang informasi yang tetap update yang secara rutin diantara anggota rantai pasokan agar MRP menjadi efektif. Tim peneliti logistik global di
Michigan State University 1995, dalam Mentzer et al. 2001, telah
mendefinisikan berbagi informasi sebagai suatu kesediaan untuk membuat data strategis dan taktis yang dapat diakses oleh semua anggota rantai
pasok. Keterbukaan tersebut dapat mengurangi ketidakpastian diantara mitra pemasok dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasok
Mentzer et al. 2001.
3. Saling berbagi risiko dan penghargaan satu sama lain mutually
sharing risk and rewards
MRP yang efektif juga memerlukan aktifitas berbagi risiko dan pernghargaan antara satu sama lain untuk mendapatkan keuntungan
kompetitif Cooper and Ellram dalam Mentzer et al. 2001. Berbagi risiko dan penghargaan sebaiknya berlangsung dalam jangka waktu yang panjang
Cooper et al dalam Mentzer et al. 2001 karena sangat penting untuk fokus jangka panjang dan kerjasama diantara anggota rantai pasok.
4. Kerjasama cooperation
Kerjasama diantara anggota rantai pasok diperlukan untuk MRP yang efektif Ellram and Cooper; Tyndall et al dalam Mentzer et al. 2001.
Kerjasama dalam hal ini mengacu pada kesamaan, atau keharmonisan, aktifitas-aktifitas yang terkoordinasi yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan dalam suatu hubungan bisnis untuk menghasilkan beberapa outcome
Anderson and Narus dalam Mentzer et al. 2001. Kerjasama tidak terbatas pada kebutuhan transaksi dan apa yang terjadi saat ini pada
beberapa tingkat manajemen misal, pada manajer operasional ataupun pada manajer tingkat atas, namun melibatkan koordinasi lintas fungsional
diantara anggota rantai pasok Cooper et al dalam Mentzer et al. 2001.
Tindakan bersama dalam hubungan yang intim mengacu pada perwujudan aktifitas utama dalam kerjasama atau cara yang terkoordinasi Heide and
John dalam Mentzer et al. 2001. Kerjasama dimulai dari perencanaan bersama dan diakhiri dengan pengawasan bersama untuk mengevaluasi
kinerja dari anggota rantai pasok, sebagaimana rantai pasok sebagai satu kesatuan Cooper et al dalam Mentzer et al. 2001.
5. Tujuan dan fofus yang sama dalam melayani pelanggan the same goal
and the same focus on serving customers
La Londe and Masters dalam Mentzer et al. 2001 berpendapat bahwa suatu rantai pasok akan sukses jika semua anggota rantai pasok tersebut
memiliki tujuan dan fokus yang sama dalam melayani pelanggan. Membangun tujuan dan fokus yang sama diantara anggota rantai pasok
merupakan satu bentuk kebijakan yang terintegrasi. Integrasi kebijakan akan memungkinkan jika ada budaya dan teknik manajemen yang
kompatibel diantara anggota rantai pasok.
6. Integrasi proses integration of processes
Implementasi MRP memerlukan integrasi proses dari sumber daya sampai manufaktur dan distribusi lintas rantai pasok. Integrasi dapat dilaksanakan
melalui tim lintas fungsional, personel pemasok dan penyedia jasa sebagai lintas ketiga Cooper et al dalam Mentzer et al. 2001. Stevens dalam
Mentzer et al. 2001 mengidentifikasi empat 4 tahapan integrasi rantai pasok dan membahas implikasi perencanaan dan operasinya pada tiap-tiap
tahap berikut : Tahap 1 Merepresentasikan kasus dasar. Rantai pasok merupakan suatu
fungsi dari operasi yang terpisah-pisah di dalam tiap perusahaan dan dicirikan melalui inventory yang bertahap, mandiri dan memiliki sistem
kontrol dan prosedur yang tidak kompetibel, serta mengkotak-kotakan fungsi-fungsi yang ada.
Tahap 2 Mulai fokus pada integrasi internal yang dicirikan oleh munculnya pengurangan biaya, belum pada perbaikan kinerja, evaluasi
awal transaksi internal dan layanan pelanggan reaktif.
Tahap 3 Menuju tercapainya integrasi korporat internal dan dicirikan oleh visibilitas penuh pembelian melalui distribusi, perencanaan jangka
menengah, lebih mengutamakan hal-hal taktis daripada fokus strategik, mnuculnya efisiensi, perluasan penggunaan dukungan elektronik untuk
akses jaringan dan pendekatan reaktif berkelanjutan untuk pelanggan. Tahap 4 mencapai integrasi rantai pasok dengan memperluas cakupan
integrasi diluar perusahaan untuk merangkul pemasok dan pelanggan.
7. Mitra untuk membangun dan memelihara hubungan jangka panjang
Partners to build and maintain long-term relationship
MRP yang efektif diciptakan berdasarkan serangkaian kemitraan, sehingga MRP memerlukan mitra untuk membangun dan memelihara hubungan
jangka panjang Cooper et al dalam Mentzer et al. 2001. Cooper et al dalam Mentzer et al. 2001 percaya hubungan horison waktu akan meluas
bukan hanya sebatas kontrak yang mungkin belum pasti dan pada waktu yang sama jumlah mitra sebaiknya dalam jumlah yang kecil untuk
memfasilitasi kerjasama yang meningkat.
2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Konsep-konsep yang terdapat pada penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya sebagaimana terangkum dalam Tabel 5.
Tabel 5. Penelitian terdahulu yang relevan
No Peneliti, Tahun
dan Judul Masalah
Temuan Penelitian Metode Penelitian
Kaitan dengan Penelitian ini 1.
Amalia. 2012. Perancangan
dan Pengukuran Kinerja Rantai
Pasokan Sayuran dengan
Pendekatan Analytic
Network Process,
serta Data
Employment Analysis
Menganalisa struktur rantai pasokan sayuran,
mengukur bobot kinerja rantai pasokan sayuran
dengan pendekatan AHP dan ANP, mengukur
kinerja rantai pasok perusahaan dengan
menggunakan DEA Data Envelopment
Analysis
. Terdapat perbedaan bobot antara
prioritas AHP dan ANP, namun menghasilkan prioritas tertinggi yang
sama pada setiap hirarki AHP dan jaringan ANP. Berdasarkan
pengukuran kinerja dengan analisis DEA diperoleh tingkat efisiensi dari
sepuluh komoditas terpilih dari 80 komoditas sayuran.
AHP, ANP dan DEA Penelitian ini mencoba menerapkan kerangka hirarki penilaian kinerja rantai
pasok pada penelitian tersebut untuk disesuaikan pada obyek penelitian, yaitu
Pusat Industri Batik Banten dengan metode AHP dan ANP.
2. Esper et al.
2010. A Framework of
Supply Chain Orientation
ORP tidak dapat dipahami tanpa adanya
penyesuaian antara strategi ORP perusahaan
dengan struktur ORP. Pengembangan lebih jauh mengenai
struktur ORP, yaitu Design Organization
, Human Resources, Information Technology
dan Organization Measurement
Deskriptif kualitatif dan Kajian literatur
Penelitian ini mencoba untuk mengaplikasikan strukur ORP dalam
hirarki sebagai fokus ORP tiap anggota rantai pasok dalam rangka membentuk
MRP Batik Banten efektif
3. Mentzer et al.
2001. Defining Supply Chain
Management Mengurai MRP secara
komperehensif, mencakup pentingnya
ORP sebagai faktor yang menentukan kesediaan
anggota rantai pasok untuk membentuk rantai
pasok dan MRP sebagai aktifitas filosofi
manajemen sebagai implementasi dari MRP
efektif. -
Mengurai pemahaman MRP, dimana sebelum MRP terbangun harus ada
ORP diantara pelaku rantai pasok terlebih dahulu
- Mengurai pemahaman MRP sebagai
aktifitas filosofi manajemen sebagai implementasi dari MRP efektif.
Deskriptif kualitatif dan Kajian literatur
- Prinsip ORP diacu dalam penelitian
ini sebagai faktor yang harus dipenuhi terlebih dahhulu oleh para pelaku
rantai pasok produk Batik Banten untuk membentuk MRP produk Batik
Banten efektif
- MRP sebagai aktifitas filosofi
manajemen diacu dan diimplementasikan dalam penelitian
ini sebagai skenario MRP efektif
Lanjutan Tabel 5
No Peneliti, Tahun
dan Judul Masalah
Temuan Penelitian Metode Penelitian
Kaitan dengan Penelitian ini 4.
Setiawan, A. et al
. 2009. Desain Metrik
Pengukuran Kinerja Rantai
Pasok Sayuran menggunakan
Pendekatan SCOR dan
Fuzzy AHP Sistem pengukuran
kinerja performance measurement system
diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka
mengoptimasi jaringan rantai pasok supply
chain
dan peningkatan daya saing pelaku rantai
pasok Meneliti Integrasi Model SCOR dan
Fuzzy AHP untuk Perancangan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Sayuran. Hasil yang diperoleh adalah metrik kombinasi SCOR-Analisis
Fuzzy AHP dan bobot masing-masing metrik pengukuran kinerja rantai pasok
sayuran. SCOR Model dan
Fuzzy AHP Penelitian ini mencoba mengaplikasikan
model SCOR pada penelitian tersebut dengan alat analisis AHP dan ANP
untuk pengukuran kinerja rantai pasok pada Pusat Industri Batik Banten.
5. Wisudawati,D.
2010. Analisis
Manajemen Rantai Pasok
Ikan Hias Laut Non Sianida di
Kepulauan Seribu
Menggambarkan mekanisme rantai pasok,
menganalisa faktor-faktor kesediaan para nelayan
untuk berpartisipasi dalam MRP ikan hias,
dan bagaimana skema MRP yang adil dan lestari
Kesediaan para nelayan untuk berpartisipasi dalam MRP ikan hias
berdasarkan peubah ORP menjadi dasar disusunnya skema MRP yang
adil dan lestari. Kesediaan para nelayan ditentukan oleh peubah ORP.
AHP Penelitian ini menganalisa peubah ORP
sebagai faktor utama yang dibutuhkan sebagai pilihan alternatif level pertama
untuk membentuk MRP produk Batik Banten efektif dengan analisis AHP dan
ANP.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian