Metode Analisis dan Pengolahan Data

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum

Sentra keripik Kota Bandarlampung didirikan pada Tahun 2007 dengan nama Kawasan Sentra Keripik Kota Bandarlampung. Kawasan ini terletak di Jalan Pagar Alam Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Tanjung Karang Barat Kotamadya Bandarlampung. Kawasan sentra ini didirikan melihat mulai bermunculan pengusaha-pengusaha keripik di daerah tersebut dan program pemerintah Kota Bandarlampung untuk menjadikan keripik sebagai produk unggulan Kota Bandarlampung. Industri keripik di daerah ini cukup terkenal, selain karena menjadi sentra keripik di Kota Bandar Lampung, letaknya pun tidak jauh hanya sekitar 15 menit dari terminal Rajabasa Tanjungkarang sehingga mudah untuk dijangkau. Usaha keripik pisang di Kota Bandarlampung menunjukkan perkembangan yang semakin signifikan sejak dibentuknya kawasan sentra industr keripik. Saat ini sedikitnya terdapat 32 pengusaha keripik yang terdapat di sentra keripik. Pengusaha keripik tersebut tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki. Masing-masing pengusaha memiliki nama yang berbeda untuk merek dagang mereka. Setiap pengusaha tidak hanya memiliki satu kios saja, akan tetapi 2 – 3 kios. Jumlah kios yang terdapat di sentra tersebut sebanyak 60 kios. Karakteristik pengusaha keripik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 Rata-rata jumlah tenaga kerja pada sentra industri keripik di Bandarlampung sebanyak 6 orang. Rata-rata investasi yang dikeluarkan sebanyak Rp 19.062.500,- dengan rata-rata produksi sebanyak 336,5 Kgminggu. Harga jual keripik pisang Rp 38.000 – Rp. 40.000 per Kg. Jika dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, maka usaha keripik ini termasuk dalam usaha mikro menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM, yaitu usaha yang memiliki tenaga kerja 5 -19 orang. 31 Tabel 6. Karakteristik pengusaha keripik pisang pada sentra industri keripik di Bandarlampung No Nama Perusahaan Nama Pemilik Kapasitas Produksi KgMng Jml Tenaga Kerja orang Investasi Rp 1 Nisa Hanafi 3036 6 40000000 2 Zam-zam Family Een Sarwasi 95 2 50000000 3 Fino Suwarno 177 7 2000000 4 Asa Sucipto Adi 235 5 50000000 5 Nyoto Roso Nyoto Raharjo 215 5 40000000 6 Wagiman Wagiman 180 5 5000000 7 Zahra M. Jamil 107 4 20000000 8 Mahkota Robby F.S 156 5 25000000 9 Dua Dara Mardiah 273 8 20000000 10 Askha Jaya Aswal Junaidi 300 6 35000000 11 Rona Jaya Heriyanto 302 6 6000000 12 Cesylia Suhartini 414 4 3000000 13 Rizka Gunawan 135 7 1500000 14 Tegar Jaya Wiwik Haryati 165 2 5000000 15 Lateb Hariyanto 108 5 2000000 16 Alinda Sunarti 114 3 20000000 17 Agil Solena 12 3 12000000 18 Karya Mandiri Malik 1026 12 6000000 19 Istana Keripik Ibu Mery Sinta 393 10 3000000 20 Arema Jaya Sudarmanto 675 11 20000000 21 Suheri Ahmad Suheri 353 7 15000000 22 Sumber Rejeki Suhartono 338 8 3500000 23 Suryo Sigit 103 9 30000000 24 Lala Yatino 105 2 10000000 25 Pemana Sarmi 331 3 6000000 26 Lima Muakhi Aspedia 255 7 20000000 27 Alam Jaya Andi Alam 273 8 20000000 28 Firman Firman 107 4 20000000 29 Wagiman Ratnawati 180 5 5000000 30 Goyang Lidah Teguh Wijaya 215 5 40000000 31 Yoyong Kriuk Alan Haris 235 5 50000000 32 Ridho Jaya Erma Lusiana 156 5 25000000 Rata-rata 336,5 6 19062500 Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindutrian, dan Perdagangan Kota Bandarlampung, 2011 Selain perkembangan penjualan dan persaingan yang semakin ketat, kawasan sentra keripik ini banyak diminati oleh berbagai pihak baik pihak Pemerintah Kota, BUMN, maupun Perguruan Tinggi. Adanya dampak positif ini menjadikan industri ini sering mendapatkan pelatihan-pelatihan dan diikutsertakan dalam berbagai pameran yang ada. 32 PTPN VII dan PT Telkom adalah BUMN yang menjadi mitra bagi pengusaha keripik. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN VII saat ini setidaknya telah menjadi mitra 16 pengusaha keripik. Adanya program dari BUMN ini cukup membantu dalam permodalan dan promosi. Keunikan dari sentra keripik ini adalah para pengusaha selalu berinovasi untuk menciptakan rasa-rasa baru dari produk yang dihasilkan. Saat ini setidaknya terdapat lebih 10 macam rasa keripik pisang, yaitu rasa asin, manis, coklat, moka, jagung bakar, balado, melon, strawbery, vanila, dan kare. Selain keripik pisang, mereka juga memproduksi keripik singkong, talas, nangka dan sukun. Inovasi rasa ini terus dilakukan dalam rangka peningkatan penjualan dan perluasan pasar. Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan keripik pisang adalah pisang kepok kuning. Selain pisang kepok kuning, pisang ambon juga bisa diolah menjadi keripik pisang. Menurut pengusaha keripik pisang di sentra industri keripik Bandarlampung, pisang kepok kuning dan ambon dinilai dapat menghasilkan keripik pisang dengan tekstur yang paling baik dibandingkan dengan pisang jenis lainnya. Namun, pisang kepok kuning lebih mudah diperoleh dan harga beli pisang kepok kuning lebih murah dibandingkan dengan pisang ambon, yaitu Rp 4.000 - Rp 5.000 persisir. Melihat kondisi tersebut, pengusaha keripik lebih memilih kepok kuning sebagai bahan baku utama pembuatan keripik pisang mereka. Pisang tanduk juga bisa menjadi bahan keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ukurannya terlalu besar, dan nilai pisang segarnya juga cukup tinggi, hingga harga keripiknya akan menjadi terlalu mahal. Pisang raja sereh dan raja bulu, sebenarnya juga akan menghasilkan keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ketersediaan dua pisang ini sangat terbatas. Untuk pasar segar pun masih kurang, apalagi untuk keripik. Pisang kepok putih, sebenarnya tersedia dalam volume melimpah, namun kualitas keripiknya kurang bagus. Pisang Cavendish juga tersedia melimpah, karena pisang jenis ini sudah dikebunkan secara massal. Ketika suplai ambon dan kepok kuning kurang, maka perajin keripik banyak yang lari ke cavendish. Sebab tidak ada alternatif lain. Kelemahan cavendish adalah, rasanya sedikit masam, dan kadar patinya tidak 33 sebaik ambon maupun kepok kuning. Hingga ketika digoreng susutnya terlalu banyak. Karena rasanya sedikit masam, maka hasil keripiknya pun juga agak masam. Para perajin menyiasati masamnya keripik cavendish, dengan memberi gula serta tambahan rasa lainnya. Namun ketika bahan baku ambon dan kepok kuning tersedia, maka perajin akan menolak pisang cavendish. Kepok kuning, akan menghasilkan keripik ukuran kecil, sementara ambon kuning menjadi keripik standar. Ketersediaan kepok kuning, sebenarnya juga lebih kecil dibanding ambon kuning. Hingga keripik pisang yang beredar di pasar, kebanyakan berbahan baku ambon kuning. Pisang untuk bahan baku keripik, harus memenuhi syarat ketuaan. Pisang yang masih agak muda, memang tetap bisa diperam hingga masak dan laku dijual sebagai buah segar. Tetapi pisang muda tidak mungkin untuk dijadikan keripik. Selain susutnya akan terlalu banyak, rasa keripik juga sedikit sepet kelat. Hingga bahan baku keripik haruslah pisang yang benar-benar tua, dengan tingkat kemasakan 80. Karenanya, harga pisang sebagai bahan baku keripik, sering lebih tinggi dibanding pisang untuk buah meja.

4.2 Identifikasi Faktor Kunci Pengembangan Usaha

Upaya pengembangan usaha keripik pisang dengan analisis prospektif dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha di masa yang akan datang. Identifikasi faktor kunci pengembangan usaha didasarkan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha keripik pisang di Kota Bandarlampung. Menurut Hubeis 2009 terdapat tujuh faktor permasalahan usaha kecil dalam arti luas, yaitu: 1 kesulitan pemasaran, 2 keterbatasan financial, 3 keterbatasan SDM, 4 masalah bahan baku, 5 keterbastaan teknologi, 6 managerial skill, dan 7 kemitraan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan para pakar, diperoleh 13 faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha keripik pisang di Kota Bandarlampung, mencakup: 1 kemampuan teknis, 2 kemampuan manajerial, 3 kemampuan permodalan, 4 ketersediaan bahan baku, 5 proses produksi, 6 kondisi peralatan, 7 34 pemasaran, 8 inovasi produk, 9 lokasi usaha, 10 promosi, 11 kemampuan manajemen keuangan, 12 kemampuan teknologi, dan 13 akses informasi. Jika dibandingkan pendapat Hubeis 2009 dengan pendapat pakar di lapangan, ternyata kemitraan bukan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha keripik pisang di Bandarlampung. Hal ini karena tidak semua pengusaha keripik melakukan kemitraan dengan pihak lain atau perusahaan lain yang lebih besar. Hanya beberapa pengusaha saja yang melakukan kerjasama dengan PTPN VII melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL PTPN VII. Setelah teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha keripik pisang tersebut, setiap faktor kemudian didefinisikan agar semua pakar mengerti dan memiliki persepsi yang sama mengenai faktor yang akan dinilai. Selain itu, definisi faktor juga dilakukan agar hasil penilaian faktor sesuai dengan definisi dan tujuan sistem. Definisi faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 7. Definisi faktor-faktor tersebut diperoleh melalui wawancara dengan para pakar. Definisi faktor disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan dan permasalahan yang terjadi. Pendefinisian ini dilakukan secara hati-hati, agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara masing-masing pakar. 35 Tabel 7. Definisi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ukm keripik di Bandarlampung Faktor Definisi Kemampuan Teknis Kemampuan pengusaha dalam mengelola usaha ditinjau dari aspek teknis Kemampuan Manajerial Kemampuan pengusaha dalam mengelola usaha ditinjau dari aspek manajerial Kemampuan permodalan Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana guna mengembangkan usahanya Ketersediaan Bahan Baku Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pisang sebagai bahan utama dalam produksi keripik pisang Proses Produksi Metode yang digunakan untuk berproduksi, dilakukan secara manual dan menggunakan mesin sederhana Kondisi Peralatan Kondisi alat yang digunakan dalam berproduksi, terkait dengan umur peralatan yang digunakan. Pemasaran Kemampuan pengusaha dalam memasarkan hasil produksinya. Kemampuan pengusaha dalam memasarkan hasilnya masih bersifat pasif. Target pasar adalah konsumen keripik yang datang langsung ke sentra industri keripik. Produsen tidak menjual hasil produksinya ke tempat lain. Inovasi Produk Kemampuan pengelola dalam mengembangkan ide untuk menciptakan varian rasa keripik pisang yang baru. Lokasi Usaha Tempat produksi sekaligus tempat menjual hasil produksi. Promosi Kemampuan pengusaha untuk mengenalkan produknya kepada konsumen. Kemampuan Manajemen Keuangan Kemampuan pengusaha dalam mengelola aktivitas keuangan usahanya. Kemampuan Teknologi Kemampuan perusahaan dalam menyerap teknologi yang akan diterapkan pada proses produksi dan operasi. Akses Informasi Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang terbaru. Informasi dapat diperoleh dari pelatihan-pelatihan, pameran UKM dan seminar UKM