Scenario Business Development Strategy for Banana Chips in Bandarlampung

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN SKENARIO

USAHA KERIPIK PISANG DI BANDARLAMPUNG

MARLINDA APRIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir yang berjudul :

STRATEGI PENGEMBANGAN SKENARIO USAHA KERIPIK PISANG DI BANDARLAMPUNG

merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Juli 2012

Marlinda Apriyani P054107115


(4)

(5)

ABSTRACT

MARLINDA APRIYANI. Scenario Business Development Strategy for Banana Chips in Bandarlampung. Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO as Chief and SURYAHADI as Member.

Banana chips industry in Bandarlampung is potential to be developed. It was saw from the increasing number of sellers and products offered, with a result that formed an industrial chips area in Gunung Terang Village which are incorporated with Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki. Significant Growth of banana chips industry are encouraging employers and the Government of Bandarlampung to continue increase market share and make banana chips as a superior product from Bandarlampung. In order to achieve these goals, we need a strategy. This study conducted to formulate a possible scenario in the future (prospective strategic). The scenario is based on conditions that may occur in the future toward on the key factors that influence the development of banana chips industry in Bandarlampung. This study aimed to: (1) identify the factors that influence the development of banana chips SMEs industry in Bandarlampung (2) determine the formulation of banana chips SME development strategy in Bandarlampung, and (3) determine the operational recommendations for the development of banana chips SMEs in Bandarlampung. The analysis method used is descriptive analysis of qualitative and quantitative. The analysis tools are the Prospective Analysis. Prospective analysis used to predict the possibilities that occur in the future and prepare a strategic action needs to be done and see if changes are needed in the future. The studied showed that the critical success factors of banana chips business development in order to increase market share and become a superior product in Bandarlampung is (1) technical capability, (2) managerial skills, (3) access to information, (4) the production process, and (5) availability of raw materials. Formulation of enterprise development strategies carried out by combining the results of stakeholder analysis and a prospective analysis, to generate an optimistic scenario for the development of banana chips in Bandarlampung. Operational recommendations for the development of banana chips in Bandarlampung prepared using a prospective analysis: (1) increase the technical ability of entrepreneur, (2) increase the managerial skills, (3) increased access to information, (4) modern processes for production, and (5) increasing the availability of raw materials.


(6)

(7)

RINGKASAN

MARLINDA APRIYANI. Strategi Pengembangan Skenario Usaha Keripik Pisang di Bandarlampung. Dibimbing oleh Hartrisari Hardjomidjojo sebagai ketua dan Suryahadi sebagai anggota.

Pengembangan usaha kecil menengah di Bandarlampung merupakan salah satu program kerja pemerintah daerah dalam rangka peningkatan ekonomi lokal dan pemberdayaan sumber daya lokal secara maksimal. Bentuk-bentuk UKM yang menjadi andalan Kota Bandarlampung diantaranya adalah kerajinan tangan dan makanan ringan. Salah satu UKM makanan ringan yang menjadi andalan adalah keripik pisang.

Keripik pisang merupakan pangan olahan yang dapat dijadikan cemilan ringan dan buah tangan. Keberadaan industri keripik terus dikembangkan karena menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah dan penyerap tenaga kerja. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam rangka pengembangan usaha keripik pisang adalah pembentukan kawasan sentra industri keripik yang terletak di Kelurahan Gunung Terang.

Industri keripik di sentra industri ini memiliki ciri khas dibandingkan dengan industri keripik di daerah lain, yaitu rasa keripik yang beraneka ragam. Hal ini yang menjadikan keripik pisang di daerah ini menjadi buruan bagi para konsumen, terutama konsumen yang datang dari luar daerah.

Industri keripik di Bandarlampung sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah penjual dan produk yang ditawarkan, sehingga terbentuk suatu kawasan sentra industri keripik di Kelurahan Gunung Terang yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki.

Perkembangan usaha keripik yang cukup signifikan ini mendorong pengusaha keripik dan Pemerintah Kota Bandarlampung untuk terus meningkatkan pangsa pasar dan menjadikan keripik pisang sebagai salah satu produk unggulan Kota Bandarlampung. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu formulasi strategi yang akan dikembangkan.

Penelitian kali ini mencoba untuk merumuskan skenario yang mungkin terjadi di masa datang (prospective strategic). Skenario disusun berdasarkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi di masa datang pada faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung, (2) menentukan skenario strategi pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung, dan (3) menentukan rekomendasi operasional untuk pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung.

Metode Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Prospektif dengan software Microsoft Excell. Analisis prospektif digunakan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan dan mempersiapkan


(8)

tindakan strategis yang perlu dilakukan serta melihat apakah perubahan diperlukan di masa depan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu keberhasilan pengembangan usaha keripik pisang dalam rangka peningkatan pangsa pasar dan menjadi produk unggulan Kota Bandarlampung yaitu (1) kemampuan teknis, (2) akses informasi, (3) kemampuan manajerial, (4) proses produksi, dan (5) ketersediaan bahan baku. Formulasi strategi pengembangan usaha dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis stakeholders dan analisis prospektif dengan menghasilkan skenario optimis untuk pengembangan usaha keripik pisang di Bandarlampung. Rekomendasi operasional yang dihasilkan untuk pengembangan usaha keripik pisang di Bandarlampung disusun dengan menggunakan analisis prospektif yaitu (1) peningkatan kemampuan teknis pengusaha, (2) peningkatan akses informasi, (3) peningkatan kemampuan manajerial pengusaha, (4) proses produksi yang lebih modern, dan (5) meningkatkan ketersediaan bahan baku. Kata kunci: strategi pengembangan, skenario, keripik pisang, analisis prospektif


(9)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak ipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(10)

(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN SKENARIO

USAHA KERIPIK PISANG DI BANDARLAMPUNG

MARLINDA APRIYANI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(12)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir: Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA


(13)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Skenario Usaha Keripik Pisang di Bandarlampung

Nama Mahasiswa : Marlinda Apriyani Nomor Pokok : P054107115

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA

Anggota

Dr. Ir. Suryahadi, DEA

Diketahui

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. H. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(14)

(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Strategi Pengembangan Skenario Usaha Keripik Pisang di Bandarklampung tepat pada waktunya. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Dr. Ir. Suryahadi, DEA selaku Anggota Komisi Pembimbing

3. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Penguji Luar Komisi sekaligus Ketua Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah 4. Staf pengajar dan karyawan Sekretariat Program Studi Magister Profesional

Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 5. Kabid Perindustrian pada Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kota

Bandar Lampung dan Pengusaha keripik pisang pada sentra keripik Bandarlampung atas segala informasi yang telah diberikan.

6. Suamiku Andi Zein dan Anakku Rafif Akmal Barrachman tercinta atas segala pengorbanan, do’a dan dukungan kepada penulis.

7. Ibunda tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan pengorbanan hingga penulis menyelesaikan studi.

8. Bapak dan Ibu mertua, serta seluruh keluarga besar untuk semua doa dan dukungannya.

9. Teman-teman MPI Angkatan 14 Pindo Witoko, August Thryanda, Intan Zania Nasrun, Jaja Subagia Dinata, Wine Widiana, Berliyanto Budi Cahyo, S antoso, Andi Iskandar, Sugeng Riyanto, Pristiyanto, Suryadi dan Robert E. Kusnadi.


(16)

10.Seluruh rekan dan sanak saudara yang telah membantu, memberikan dorongan dan do’a, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga tugas akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil menengah pada umumnya dan usaha keripik pisang pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini sangat diharapkan, agar menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Juli 2012


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 9 April 1983 sebagai anak bungsu dari ayah Habiburrachman dan ibu Mianah. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2000. Pada bulan September 2010 penulis diterima di Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di Program Studi Agribisnis, Jurusan Ekonomi dan Bisnis, Politeknik Negeri Lampung sejak tahun 2006.


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 6

2.2 Prospek Usaha Kecil ... 9

2.2 Sentra Produk Unggulan ... 12

2.3 Konsep Strategi ... 14

2.4 Analisis Prospektif ... 17

2.5 Penelitian Terdahulu ... 19

III. METODE KAJIAN ... 23

3.1 Kerangka Pemikiran Kajian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1Keadaan Umum ... 30

4.2Identifikasi Faktor Kunci Pengembangan Usaha ... 33

4.3Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengembangan Usaha ... 36

4.4Formulasi Strategi Pengembangan Usaha ... 41


(19)

4.6Implikasi Hasil Penelitian ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 57


(20)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Produksi Buah Pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung Tahun 2005 - 2009 (Kuintal) ... 2

2. Produksi buah dan umbi-umbian selain pisang yang dapat dijadikan keripik di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 3

3. Kriteria UMKM menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 .. 9

4. Pedoman penilaian analisis prospektif ... 27

5. Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor ... 27

6. Karakteristik pengusaha keripik pisang pada sentra industri keripik di Bandarlampung ... 31

7. Definisi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UKM keripik di Bandarlampung ... 35

8. Pengaruh langsung antar faktor pengembangan usaha (Pendapat Pakar) ... 37

9. Pemetaan keadaan faktor-faktor penentu pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung ... 42

10.Skenario pengembangan usaha keripik pisang di Bandarlampung .... 43


(21)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran ... 24 2. Diagram Pengaruh dan Ketergantungan Sistem ... 28 3. Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada

Pengembangan UKM Keripik Pisang di Bandarlampung ... 40 4. Formulasi strategi pengembangan usaha keripik pisang di


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengembangan Usaha oleh

Pakar 1 ... 57 2. Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada

Pengembangan UKM Keripik Pisang di Bandarlampung oleh

Pakar 1 ... 58 3. Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengembangan Usaha oleh

Pakar 2 ... 59 4. Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada

Pengembangan UKM Keripik Pisang di Bandarlampung oleh

Pakar 2 ... 60 5. Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengembangan Usaha oleh

Pakar 3 ... 61 6. Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada

Pengembangan UKM Keripik Pisang di Bandarlampung oleh

Pakar 3 ... 62 7 Kuesioner penelitian ... 63 8. Surat Ijin Studi Lapang ... 72


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Keberhasilan UKM sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia tidak diragukan lagi. Terbukti pada saat krisis ekonomi melanda negara ini, usaha mikro dan kecil relatif lebih cepat pulih dan memberikan kontribusi yang terbesar dalam perekonomian nasional, terutama pada puncak krisis ekonomi tahun 1998 dan 1999.

Tahun 2006 jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 48,9 juta unit, atau 99,99 % dari total unit usaha di Indonesia. Peran UKM hampir merata di seluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali Lampung. Beberapa hasil temuan dari penelitian, diantaranya menyimpulkan bahwa struktur usaha mikro, kecil, dan menengah di Provinsi Lampung masih dikuasai oleh sektor agraris terutama disektor pertanian (Anonim, 2009).

Provinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar daerah maupun ekspor. Hal ini karena Provinsi Lampung memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku agroindustri, sehingga memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala usaha yang optimal.

Provinsi Lampung memiliki berbagai produk olahan pangan, diantaranya aneka keripik, produk olahan manggis, susu kacang, dodol tomat, emping, dan lain-lain. Dari berbagai hasil olahan tersebut, industri aneka keripik berkembang cukup pesat. Keripik pisang merupakan produk olahan yang cukup diminati masyarakat. Perkembangan industri keripik pisang didukung oleh produksi buah pisang di Provinsi Lampung. Data produksi buah pisang untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.


(24)

Tabel 1. Produksi Buah Pisang menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2005 - 2009 (Kuintal)

Kabupaten/Kota 2005 2006 2007 2008 2009

Kab. Lampung Barat 33.664 41.048 260.045 101.057 93.771 Kab. Tanggamus 176.532 133.194 130.736 193.157 193.522 Kab. Lampung Selatan 3.915.233 3.893.278 4.433.287 1.242.020 2.325.288 Kab. Lampung Timur 988.206 885.782 1.073.534 1.235.256 1.076.758 Kab. Lampung Tengah 127.210 124.921 145.480 130.295 93.195 Kab. Lampung Utara 91.649 90.378 81.877 77.836 42.353 Kab. Way Kanan 102.601 113.975 179.207 233.276 75.643 Kab. Tulang Bawang 57.384 66.082 40.403 56.815 28.893 Kab. Pesawaran - - - 3.135.751 2.875.845 Kota Bandar Lampung 4.961 6.915 6.125 16.954 9.246 Kota Metro 1.843 1.743 4.389 4.613 4.234

Jumlah 5.499.283 5.357.316 6.355.083 6.427.030 6.818.748

Sumber: BPS Lampung dalam Angka, 2010

Produksi pisang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kabupaten Lampung Selatan merupakan penyumbang terbesar di Provinsi Lampung. Namun sejak terjadi pemekaran Kabupaten Pesawaran pada Tahun 2009, produksi pisang di kabupaten ini juga tinggi, disusul dengan Kabupaten Lampung Timur.

Tanaman pisang merupakan salah satu komoditi unggulan Provinsi Lampung selain kopi dan lada. Umumnya pisang dipasarkan masih dalam bentuk pisang mentah. Namun mengingat sifatnya yang mudah busuk dan tidak tahan lama, perlu adanya upaya untuk mengolah pisang menjadi produk lain, seperti keripik pisang.

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, sampai dengan Bulan Desember Tahun 2011 tercatat sebanyak 8.862 buah UKM yang ada di Kota Bandarlampung. UKM ini terdiri dari 2.035 buah UKM formal dan 6.827 buah UKM nonformal. UKM nonformal keberadaannya tidak bisa dipastikan pada saat-saat tertentu karena bukan merupakan kegiatan pokok.

Pengembangan potensi UKM di Lampung pada sektor agribisnis cukup baik, terlihat dari usaha pemerintah daerah yang menjadikan beberapa daerah khususnya di Kotamadya Bandarlampung menjadi sentra agribisnis. Salah satu contohnya adalah sentra keripik di Kelurahan Gunung Terang yang terganbung dalam Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki. Saat ini tercatat sebanyak 32 pengusaha keripik yang ada di sentra keripik tersebut.


(25)

Industri keripik di Bandarlampung potensial untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya jumlah penjual dan produk yang ditawarkan, Tidak hanya terbatas pada keripik pisang, namun para pengusaha juga menawarkan keripik singkong, talas, ubi jalar dan sukun. Keripik yang dijual rasanya pun bermacam-macam. Terdapat lebih dari 10 macam rasa keripik pisang, yaitu rasa asin, manis, coklat, moka, jagung bakar, balado, melon, strawbery, vanila, dan kare. Inovasi rasa ini terus dilakukan dalam rangka peningkatan penjualan dan perluasan pasar.

Perkembangan industri keripik pisang ini berdampak cukup baik terhadap perkembangan agroindustri keripik lainnya serta variasi produk dari berbagi jenis buah dan umbi seperti nangka, singkong, dan ubi jalar. Jumlah produksi buah dan umbi-umbian yang bisa dijadikan keripik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi buah dan umbi-umbian selain pisang yang dapat dijadikan keripik di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009

Tahun Jumlah (Kw)

Nangka Singkong Ubi Jalar

2005 446.790 4.673.091 45.769

2006 349.939 4.806.254 11.602

2007 297.442 5.499.403 42.586

2008 268.072 6.394.906 46.772

2009 290.459 7.721.882 48.191

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2010

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa nangka, singkong, dan ubi jalar dapat dijadikan alternatif lain untuk industri keripik di Provinsi Lampung. Adanya alternatif- alternatif ini diharapkan dapat dijadikan pengayaan bagi industri keripik di Provinsi Lampung.

Perkembangan usaha keripik yang cukup signifikan ini mendorong pengusaha keripik dan Pemerintah Kota Bandarlampung untuk terus meningkatkan pangsa pasar dan menjadikan keripik pisang sebagai salah satu produk unggulan Kota Bandarlampung. Hal ini didukung dengan jumlah produksi pisang yang semakin meningkat dan kebijakan Pemerintah Provinsi yang terus mendukung perkembangan UKM di Provinsi Lampung.


(26)

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di tengah iklim kompetisi yang sangat tinggi, diperlukan suatu formulasi strategi yang akan dikembangkan pada penelitian ini dirumuskan berdasarkan skenario yang mungkin terjadi di masa datang (prospective analysis). Skenario disusun berdasarkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi di masa datang pada faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan usaha kecil menengah di Bandarlampung merupakan salah satu program kerja pemerintah daerah dalam rangka peningkatan ekonomi lokal dan pemberdayaan sumber daya lokal secara maksimal. Bentuk-bentuk UKM yang menjadi andalan Kota Bandarlampung diantaranya adalah kerajinan tangan dan makanan ringan. Salah satu UKM makanan ringan yang menjadi andalan adalah keripik pisang.

Keripik pisang merupakan pangan olahan yang dapat dijadikan cemilan ringan dan buah tangan. Keberadaan industri keripik terus dikembangkan karena menjadi salah satu penyumbang pendapatan daerah dan penyerap tenaga kerja. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam rangka pengembangan usaha keripik pisang adalah pembentukan kawasan sentra industri keripik yang terletak di Kelurahan Gunung Terang.

Industri keripik di sentra industri ini memiliki ciri khas dibandingkan dengan industri keripik di daerah lain, yaitu rasa keripik yang beraneka ragam. Hal ini yang menjadikan keripik pisang di daerah ini menjadi buruan bagi para konsumen, terutama konsumen yang datang dari luar daerah.

Akan tetapi, sampai saat ini pengusaha industri keripik pisang hanya memasarkan produknya di kios-kios yang tersebar di sepanjang Jalan Pagar Alam saja. Belum ada keinginan untuk menjual produk ke luar daerah, karena dianggap penjualan di dalam daerah sudah sudah cukup tinggi. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat keripik pisang ini cukup diminati oleh konsumen baik dalam daerah maupun luar daerah. Selain itu, proses produksi masih dilakukan secara manual dan sederhana.


(27)

Dalam jangka panjang, keripik pisang diharapkan dapat menjadi salah satu produk unggulan Kota Bandarlampung dan terus meningkatkan pangsa pasar, tidak hanya terbatas pada penjualan domestik saja, tetapi diharapkan mampu menembus pasar ekspor. Untuk menjadi produk unggulan dan menembus pangsa pasar yang luas diperlukan usaha-usaha yang maksimal.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan mencari dan menentukan faktor-faktor kunci yang menjadi penentu keberhasilan pengembangan usaha. Faktor-faktor kunci tersebut diharapkan mampu menjawab permasalahan yang ada pada industri keripik pisang di Bandarlampung.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dirumuskan suatu rekomendasi operasional untuk pengembangan usaha keripik pisang di Bandarlampung dalam rangka peningkatan pangsa pasar dan menjadikan keripik pisang sebagai produk unggulan di Bandarlampung. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung?

2. Bagaimana strategi pengembangan yang dapat dilakukan untuk perkembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung?

3. Bagaimana rekomendasi operasional yang dapat diberikan untuk mengembangkan UKM keripik pisang di Bandarlampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung

2. Menentukan skenario strategi pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung

3. Menentukan rekomendasi operasional untuk pengembangan UKM keripik pisang di Bandarlampung


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Ciri-ciri usaha mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 dalam Ayunitasari (2010) adalah

a. Jenis barang/komod :

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu

iti usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti

c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidakmemisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha

-waktu dapat pindah tempat

d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yangmemadai

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akseske lembaga keuangan non bank

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Contoh usaha mikro yaitu

a. Usaha tani pemilik dan pen

b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan, indus

ggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya

c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dan lain-lain


(29)

d. Peternakan ayam, itik da

e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konvek

n perikanan

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi

si).

-nya karena usaha

a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih

mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha nonmikro, antara lain :

tetap berjalan bahkan

b. Tidak sensitif terhadap suku bunga terus berkembang

c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter

d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.

Ciri-ciri usaha kecil Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 dalam Ayunitasari (2010) adalah:

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-p

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudahmembuat neraca usaha

indah

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP


(30)

e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha

f. Sebagian sudah akses ke

g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

perbankan dalam hal keperluan modal

Contoh usaha kecil yaitu:

a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja b. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya

c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri

d. Peternakan ayam, itik dan perikanan

alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan

e. Koperasi berskala kecil

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

Ciri-ciri usaha menengah Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 dalam Ayunitasari (2010) adalah:

a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebihteratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagiankeuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi denganteratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaantermasuk oleh perbankan

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain


(31)

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izintempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain e. Sudah akses kepada sumber-sum

f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik

ber pendanaan perbankan

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor

c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) garment dan jasa transportasi taxidan bus antar propinsi

d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 3. Kriteria UMKM menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008

No Uraian Kriteria

Aset Omset

1 Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 juta 2 Usaha Kecil >50 juta – 500 juta >300 juta - 2,5 miliar 3 Usaha Menengah >500 juta – 1 miliar >2,5 miliar - 10 miliar Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik

Indonesia

2.2 Prospek Usaha Kecil

Menurut Hubeis (2009), secara universal dan global, kompetisi bisnis akan diwarnai dengan perubahan kompleks dari berbagai kombinasi faktor politik, ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya, di samping pengaruh dari pelaku bisnis yang bersangkutan. Pengembangan usaha prospektif diwujudkan melalui kegiatan identifikasi masalah (barang/jasa) atau klasifikasi pengenalan (apa usahanya, bagaimana membangunnya, dan kemana arahnya).


(32)

a. Jangka Pendek

Pengembangan usaha prospektif yang terkait dengan situasi ekonomi nasional jangka pendek (<5tahun) adalah produk berbasis pada pertanian dan perikanan (sektor pertanian) yang dapat menggerakkan ekonomi domestik (pengeluaran konsumsi), di samping upaya melakukan ekspor untuk mendapatkan devisa dan menarik investasi. Sektor lainnya adalah perdagangan (retail dan waralaba), jasa (hotel, perjalanan wisata, hiburan, pengamanan, dan penyewaan), dan angkutan-penyimpanan-komunikasi. Untuk itu perlu dilakukan hal berikut:

1. Memberdayakan daerah setempat yang memiliki potensi bisnis berbasis sumber daya lokal

2. Memanfaatkan dan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh pelaku usaha yang bersangkutan

b. Jangka Menengah

Pengembangan usaha prospektif yang terkait dengan situasi ekonomi nasional jangka menengah (10-15 tahun) adalah produk yang berasal dari pertanian (misalnya kayu jati mas dan kelapa sawit), industri pengolahan/manufaktur (agroindustri dan elektronik), bangunan (properti dan hotel), dan keuangan (perbankan dan nonperbankan) yang menggerakkan ekonomi domestik, peningkatan ekspor untuk mendapatkan devisa dan investasi. Sektor lainnya adalah pertambangan/penggalian dan asuransi.

Keberhasilan pengembangan usaha prospektif dapat diklasifikasikan atas: (1) peringkat tinggi, dicirikan oleh penyerapan tenaga kerja, potensi pasar, penyerapan sumberdaya lokal, dan pendapatan atas penjualan yang tinggi; (2) normal, yang dicirikan oleh kemungkinan penyerapan tenaga kerja dan penyerapan sumber daya lokal yang tinggi; (3) rendah, yang dicirikan oleh kemungkinan potensi pasar, penyerapan sumberdaya local normal dan rendah, serta potensi pasar dan penyerapan sumber daya lokal rendah.

Pengembangan UKM tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. 7 faktor permasalahan usaha kecil dalam arti luas menurut Hubeis (2009) adalah sebagai berikut.


(33)

Masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dan pasar ekspor. UKM yang tidak memiliki sumber daya produksi yang cukup akan sulit untuk mempertahankan volume produksi dan memperbaiki mutu dari produk-produknya, serta sulitnya untuk meningkatkan bahkan mempertahankan tingkat daya saingnya di pasar domestik maupun internasional.

2. Keterbatasan finansial

UKM menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial, yaitu mobilisasi modal awal akses ke modal kerja investasi, serta finansial jangka panjang akibat skala ekonomi yang kecil. Modal yang dimiliki oleh pengusaha kecil sering kali tidak mencukupi untuk kegiatan produksinya, terutama untuk investasi (perluasan kapasitas produksi atau penggantian mesin-mesin tua). 3. Keterbatasan SDM

Keterbatasan SDM merupakan salah satu kendala serius bagi banyak UKM, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, perancangan teknik, pengendalian dan pengawasan mutu (quality product), organisasi bisnis, akuntasi, pengolahan data, penelitian, dan teknik pemasaran. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan/atau memperbaiki mutu produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar, dan menembus pasar baru.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku dan masukan lainnya sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan dan kelangsunagn hidup UKM.

5. Keterbatasan teknologi

UKM masih menggunakan teknologi dalam bentuk mesin-mesin tua (manual) yang menyebabkan rendahnya total faktor produktivitas dan efisiensi dalam proses produksi, serta rendahnya mutu produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi (mesin-0mesin dan alat-alat produksi baru), serta


(34)

keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru dan melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi.

6. Managerial skill

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usahanya, sehingga pengelolaan usaha menjadi terbatas.

7. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antar pengusaha dengan tingkatan berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti bahwa meskipun tingkatannya berbeda hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang setara (sebagai mitra).

2.3 Sentra Produk Unggulan

Sentra merupakan unit kecil kawasan yang memiliki ciri tertentu dimana di dalamnya terdapat kegiatan proses produksi suatu jenis usaha yang menghasilkan produk unggulan. Sentra merupakan area yang lebih khusus untuk suatu komoditi dalam kegiatan ekonomi yang telah membudaya yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berkembangnya produk atau jasa yang terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Di kawasan sentra produk unggulan tersebut ada satu kesatuan fungsional secara fisik lahan, agroklimat, geografis, infrastruktur, kelembagaan, dan sumberdaya manusia yang berpotensi untuk berkembangnya kegiatan ekonomi di bawah pengaruh pasar dari suatu produk yang mempunyai nilai jual dan daya saing tinggi (Anonim, 2006).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengembangan sentra produk unggulan merupakan program pembangunan yang memiliki fungsi menghasilkan suatu produk unggulan tertentu yang menuju pada klaster yang dinamis untuk meningkatkan daya saing UMKM termasuk koperasi primer dalam bidang produksi. Pembangunan sentra produk unggulan di perkotaan atau kabupaten merupakan proses berkelanjutan untuk menghasilkan produk unggulan. Produk unggulan yang dihasilkan memiliki keunggulan kompetitif karena mutu dan harga yang kompetitif di pasar dalam negeri atau luar negeri.


(35)

Produk unggulan merupakan hasil proses dari suatu kegiatan berupa barang atau jasa yang mempunyai keunggulan tersendiri dan dapat bersaing di pasar secara berkelanjutan. Penentuan produk unggulan memerlukan penentuan kriteria yang dapat membedakan produk unggulan untuk setiap kawasan sentra produksi.

Untuk pengembangan sentra produk unggulan perlu proses perencanaan yang meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Rencana dan strategi pengembangan sentra unggulan menurut jenis produk atau jasa

2. Aspek-aspek dan ketentuan yang dipertimbangkan dalam perencanaan sentra produk unggulan

3. Penetapan lokasi sentra produk unggulan sebagai hasil penataan potensi sentra tersebut

4. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam proses perencanaan teknis, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengendalian sarana dan prasarana di sentra produk unggulan

5. Analisis penentuan produk unggulan pada saat ini dan kurun waktu yang akan datang.

Produk unggulan (competitive product) merupakan hasil dari suatu proses kegiatan berupa barang atau jasa, yaitu:

1. Barang, yang dihasilkan dari proses industri, pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan

2. Jasa, pengangkutan/transportasi, pariwisata, informasi, perdagangan, perkantoran, perbankan.

Produk unggulan dicirikan oleh indikator stratejik setiap produk yang dapat diukur dari:

1. Indikator ekspor. Produk unggulan dapat ditunjukkan dari besar bobot dan perkembangan volume dan nilai produk yang berkelanjutan beberapa tahun sebelumnya.

2. Indikator kandungan lokal dalam produk. Indikator ini dapat dihitung dengan mengetahui porsi impor bahan baku terhadap total bahan baku untuk


(36)

menghasilkan produk unggulan. Semakin besar porsi impor bahan baku, mengindikasikan keunggulannya semakin menurun

3. Indikator penyerapan tenaga kerja. Dapat diukur dengan menghitung porsi pengeluaran tenaga kerja dibandingkan nilai proses untuk menghasilkan produk (nilai gaji terhadap biaya produksi dengan standar upah normatif). 4. Indikator pertumbuhan nilai tambah. Indikator ini dihitung berdasarkan

pertumbuhan rata-rata tahunan dalam satu periode. Semakin tinggi pertumbuhannya semakin baik.

5. Indikator keterkaitan antar sektor. Indikator ini dihitung atas dasar keterkaitan pada proses dan produk unggulan yang berlangsung dari tahun-tahun sebelumnya dan kedepannya.

6. Indikator konservasi lingkungan. Kawasan sentra produksi yang menghasilkan produk unggulan harus berwawasan lingkungan sehingga dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan pada lingkungan. Semakin besar dampak negatif yang terjadi pada lingkungan akan menimbulkan biaya yang tinggi untuk penganganan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

7. Indikator jangkauan pemasaran. Indikator ini menunjukkan daerah pemasaran produk unggulan. Semakin jauh daerah pemasaran produk unggulan mengindikasikan keunggulan produk semakin tinggi.

2.4 Konsep Strategi

Strategi merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir dari setiap perusahaan. Menurut Mintzberg (1993), strategi adalah pola atau rencana yang mengintregasikan sasaran utama, kebijakan, dan tindakan organisasi disusunmenjadi satu kesatuan yang terpadu.

Strategi pengembangan usaha kecil harus meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Pertama, peningkatan akses kepada aset produktif, terutama modal, di samping juga teknologi, manajemen, dan segi-segi lainya yang penting. Hal ini telah banyak dibahas dalam berbagai forum, seminar, kepustaka an dan sebagainya.

Kedua, peningkatan akses pada pasar, yang meliputi suatu spektrum kegiatan yang luas, mulai dari pencadangan usaha, sampai pada informasi pasar,


(37)

bantuan produksi, dan prasarana serta sarana pemasaran. Khususnya, bagi usaha kecil di perdesaan, prasarana ekonomi yang dasar dan akan sangat membantu adalah prasarana perhubungan.

Ketiga, kewirausahaan, seperti yang telah dikemukakan di atas. Dalam hal ini pelatihanpelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha teramat penting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan itu penting pula ditanamkan semangat wirausaha. Bahkan hal ini harus diperluas dan dimulai sejak dini, dalam sistem pendidikan kita, dalam rangka membangun bangsa Indonesia yang mandiri, yakni bangsa niaga yang maju dan bangsa industri yang tangguh. Upaya ini akan memperkuat proses transformasi ekonomi yang sedang berlangsung karena didorong oleh transformasi budaya, yakni modernisasi sistem nilai dalam masyarakat.

Keempat, kelembagaan. Kelembagaan ekonomi dalam arti luas adalah pasar. Maka memperkuat pasar adalah penting, tetapi hal itu harus disertai dengan pengendalian agar bekerjanya pasar tidak melenceng dan mengakibatkan melebarnya kesenjangan. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi yang tepat, yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang mendasar dalam suatu ekonomi bebas, tetapi tetap menjamin tercapainya pemerataan sosial (social equity). Untuk itu, memang diperlukan pranata-pranata yang dirancang secara tepat dan digunakan secara tepat pula. Di antaranya adalah peraturan perundangan yang mendorong dan menjamin berkembangnya lapisan usaha kecil sehingga perannya dalam perekonomian menjadi bukan hanya besar, tetapi lebih kukuh. Dengan undang tentang Usaha Kecil Tahun 1995, dan Undang-undang tentang Perkoperasian Tahun 1992, sesungguhnya aturan dasar itu telah kita miliki.

Kedua undang-undang itu telah mengatur pencadangan dan perlindungan usaha serta menyiapkan strategi pembinaan usaha kecil termasuk koperasi. Demikian pula telah ada berbagai kebijaksanaan, baik makro seperti dalam bidang moneter mengenai perkreditan, maupun sektoral termasuk berbagai program pemberdayaan ekonomi rakyat. Untuk pengadaan pemerintah melalui APBN, APBD, dan anggaran BUMN juga telah ditetapkan pengutamaan penggunaan produksi barang dan jasa usaha kecil pada skala-skala tertentu. Semuanya itu


(38)

tinggal dimantapkan. Undang-undang yang telah ada harus dilengkapi dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya dan dilaks anakan dengan konsekuen dan sepenuh hati.

Kelima, kemitraan usaha. Kemitraan usaha merupakan jalur yang penting dan strategis bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di negara-negara lain, sepeti keempat macan Asia, yaitu Taiwan, Hongkong, Singapore, dan Korea Selatan, dan menguntungkan pada perkembangan ekonomi dan industrialisasi mereka yang teramat cepat itu. Dengan pola backward linkages akan terkait erat usaha besar dengan usaha menengah dan kecil, serta usaha asing (PMA) dengan usaha kecil lokal. Salah satu pola kemitraan yang juga akan besar artinya bagi pengembangan usaha kecil jika diterapkan secara meluas adalah pola subkontrak (sub-contracting), yang memberikan kepada industri kecil dan menengah peran sebagai pemasok bahan baku dan komponen, serta peran dalam pendistribusian produk usaha besar.

Kemitraan, seperti sudah sering saya kemukakan dalam berbagai kesempatan, bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil. Kemitraan harus menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukan merger atau akuisisi. Untuk dapat berjalan secara berkesinambungan (sustainable), kemitraan harus merupakan konsep ekonomi, dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra, dan bukan konsep sosial atau kedermawanan.

Kemitraan jelas menguntungkan yang kecil, karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, kewirausahaan, dan manajemen yang dikuasai oleh usaha besar. Akan tetapi, kemitraan juga menguntungkan bagi yang besar karena dapat memberikan fleksibilitas dan kelincahan, di samping menjawab masalah yang sering diha dapi oleh usaha -usaha besar yang disebut diseconomies of scale. Kemitraan dengan demikian dapat meningkatkan daya saing baik bagi usaha besar maupun usaha kecil. Dengan kemitraan bisa dikendalikan gejala monopoli, tetapi tetap diperoleh efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra.


(39)

2.5 Analisis Prospektif

Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam sistem ahli yang dapat menggabungkan pembuat keputusan dalam rangka menyusun kembali beberapa perencanaan dengan pendekatan yang berbeda. Masing-masing solusi yang dihasilkan berasal dari pendekatan yang direncanakan dan bukan dari suatu rumusan pada masing-masing kasus (Munchen, 1991 dalam Bourgeois, 2002).

Analisis prospektif merupakan salah satu teknik untuk menganalisis beragam strategi yang dapat terjadi di masa depan berdasaran kondisi yang ada saat ini. Tujuan dari analisis prospektif adalah mempersiapkan strategi apakah perubahan dibutuhkan di masa depan.

Analisis prospektif berasal dari bahasa Perancis “la prospective” yang jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris artinya “a preactive” dan “proactive approach” atau “foresight” yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “tinjauan ke masa depan” (Godet (1999) dalam Hardjomidjojo (2002). Lebih lanjut dijelaskan, analisis prospektif menekankan pada proses evolusi jangka panjang yang menjadikan waktu sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan. Hal inilah yang menyebabkan analisis prospektif sebagai seperangkat skenario yang disusun untuk mencapai tujuan jangka panjang bukan merupakan peramalan.

Ide dasar dari “la prospective” adalah bahwa apa yang terjadi di masa depan akan lahir dari interaksi-interaksi yang terjadi antar para pelaku di masa kini dan rencana-rencana yang disusun. Ada empat sikap dalam menanggapi masa depan, yaitu (1) passive, (2) re-active, (3) pre-active (anticipacing changes), dan (4) pro-active (provoking changes). Dalam menghadapi langkah perubahan yang semakin cepat, ketidakpastian masa depan, dan meningkatnya fenomena dan interaksi, maka sikap preactive dan proactive sangat penting. La prospective mengacu pada sikap preactive dan proactive.

Menurut Beffa (1991), Bourgeoise (1999), dan Godet (2000) dalam Hardjomidjojo (2002), analisis prospektif berguna untuk: (1) mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan (2) melihat apakah perubahan


(40)

dibutuhkan di masa yang akan dating. Analisis prospektif tepat digunakan untuk perancangan strategi kebijakan.

Analsis prospektif merupakan pengembangan dari metode Delphi yang menggunakan pendapat kelompok pakar untuk pengambilan keputusan. Tahapan dalam analisis prospektif terdiri dari:

1. Definsi dari tujuan sistem yang dikaji

Tujuan sistem yang dikaji harus spesifik dan dimengerti oleh semua pakar yang akan diminta pendapatnya. Hal ini dilakukan agar pakar mengerti ruang lingkup dan penyamaan pandangan tentang sistem yang dikaji.

2. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut, yang biasanya merupakan kebutuhan stakeholders sistem yang dikaji.

Berdasarkan tujuan studi yang dicapai, pakar diminta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpenngaruh dalam pencapaian tujuan tersebut. Pakar diharapkan dapat mewakili stakeholders sistem yang dikaji sehingga semua kepentingan elemen sistem dapat terwakili. Pada tahapan ini definisi dari tiap faktor harus jelas dan spesifik.

Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois (2002), yaitu: (1) menerangkan tujuan studi, (2) melakukan identifikasi kriteria, (3) mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, (4) analisis pengaruh antar kriteria, (4) merumuskan kondisi faktor, (5) membangun dan memilih skenario, dan (6) implikasi skenario.

Pada metode prospektif, ditentukan elemen kunci masa depan yang dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: (1) mencatat seluruh elemn penting, (2) mengidentifikasi keterkaitan, (3) membuat tabel yang menggambarkan keterkaitan, dan (4) memilih elemen kunci masa depan.

Griffin dalam Bourgeois dan Jesus (2004) menyatakan bahwa metode analisis prospektif adalah alat yang sangat cocok dan diperlukan untuk analisis kebijakan, terutama pada penelitian yang menyangkut pertanian berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan, karena dapat memfasilitasi antisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang tidak stabil. Metode ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih luas. Pendekatan yang dibangun oleh CIRAD dan CAPSA menggunakan delapan tahapan sebagai berikut: (1) definisikan batasan


(41)

sistem, (2) identifikasi peubah, (3) definisikan peubah kunci, (4) analisis pengaruh bersama (mutual), (5) interpretasi keterkaitan antar pengaruh dan ketergantungan, (6) definisikan peubah states, (7) membangun skenario, dan (8) implikasi strategi dan langkah antisipasi (Bourgeois dan Jesus, 2004).

Metode analisis prospektif didasarkan pada suatu penggadaan matriks bujur sangkar (matriks dengan jumlah baris dan kolom sama) yang berpangkat satu dalam beberapa tahapan iterasi untuk menyusun hirarki variabel-variabelnya. Analisis variabel sistem dilakukan berdasarkan klasifikasi langsung dimana hubungan antar variabel diperoleh secara langsung dari hasil identifikasi para pakar dan stakeholders.,

Variabel-variabel dibedakan atas variabel pengaruh dan variabel ketergantungan serta memperhitungkan jarak dan umpan balik dari setiap variabel terhadap variabel lainnya. Identifikasi hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan kategori skala berjenjang yang menunjukkan intensitas hubungan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai strategi pengembangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan analisis prospektif maupun alat analisis yang lainnya. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Arifa (2011) mengenai Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm menggunakan analisis prospektif sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm disusun berdasarkan skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa datang. Skenario disusun berdasarkan faktor-faktor kunci yang sangat menentukan pengembangan usaha, meliputi kemampuan permodalan, kemampuan manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, kondisi peralatan produksi.

Skenario optimis merupakan skenario yang diharapkan terjadi yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Untuk menjadikan perusahaan pada skenario optimis maka perlu dilakukan beberapa tahapan peningkatan faktor. Urutan tahapan peningkatan faktor tersebut adalah tahapan


(42)

peningkatan kondisi peralatan produksi, kemampuan SDM dan produktivitas. Peningkatan tiga faktor kunci ini menjadikan perusahaan berkembang dari kondisi sekarang menjadi skenario moderate. Kemudian diikuti peningkatan kemampuan manajemen keuangan dan kemampuan permodalan, sehingga perusahaan berkembang menjadi skenario optimis.

Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor kemampuan permodalan sebagai faktor yang dapat dikontrol (controllable factor) pada kuadran I yang merupakan faktor utama atau dominan dalam pengembangan usaha pada Sari Sehat Multifarm. Demi mewujudkan skenario optimis membutuhkan dukungan dari stakeholder dalam pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm dalam hal ini adalah pemilik perusahaan.

Wibowo (2010) melakukan penelitian tentang analisis prospektif pengembangan daya saing perusahaan daerah perkebunan di Jember. Metodologi penelitian yang digunakan adalah analisis prospektif. Berdasarkan hasil analisisnya diperoleh lima faktor kunci yang mempengaruhi peningkatan daya saing Perusahaan Daerah Kabupaten Jember, yaitu: (1) kemampuan SDM, (2) kebijakan pemerintah, (3) kemampuan permodalan, (4) kemampuan manajemen produksi dan operasi, dan (5) kemampuan manajemen keuangan.

Berdasarkan hasil penilaian pendapat gabungan dari para pakar, ada 6 faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kinerja perusahaan, yaitu persentase pertumbuhan pelanggan, produktivitas komoditas, jumlah produksi berdasarkan mutu akhir, produktivitas karyawan, beban pokok penjualan terhadap penjualan, dan beban usaha terhadap penjualan.

Skenario yang dihasilkan adalah dalam penelitian ini adalah skenario optimis menjadi perusahaan yang profesional yang dapat diwujudkan dengan mengembangkan kemampuan SDM, kemampuan permodalan, manajemen produksi dan operasi, manajemen keuangan, serta perlu didorong dengan kebijakan pemerintah yang kondusif. Faktor-faktor ini dapat ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas karyawan, efisiensi pengelolaan pembiayaan, meningkatkan pertumbuhan pelanggan, serta peningkatan jumlah produksi yang bermutu baik.


(43)

Penelitian lainnya dilakukan oleh Hardjomidjojo (2004) yang menganalisis tentang strategi pengembangan usaha kecil menengah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif dan analisis hirarki proses (AHP). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian pendapat gabungan dari stakeholders maka didapatkan lima faktor dominan yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembangan UKM di Indonesia yaitu : (1) pendampingan, (2) kredit khusus UKM, (3) Informasi, (4) Skala Usaha dan (5) Akses ke lembaga dana. Berdasarkan pengalaman sukses dan kondisi nyata UKM di Indonesia terdapat empat faktor pengembangan UKM yaitu : (1) dana, (2) SDM, (3) manajemen dan (4) Inovasi dan teknologi. Rekomendasi operasional yang diusulkan dari strategi terpilih adalah ikut memantau pelaksanaan kebijakan penyediaan kredit khusus untuk UKM dan mengevaluasi secara ketat pelaksanaan tugas dari badan khusus penanganan UKM. Dalam hal seperti ini, indikator monitoring dan evaluasi perlu disiapkan secara rinci.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Nurmalina (2008) mengenai analisis indeks dan status keberlanjutan sistem ketersediaan beras di beberapa wilayah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan sistem ketersediaan beras berdasarkan sistem penilaian indeks dan status keberlanjutan dengan metode RAP-RICE menggunakan Multidimensional Scalling (MDS) dan analisis prospektif. Berdasarkan analisis prospektif diketahui bahwa terdapat tujuh faktor kunci atau faktor dominan yang sangat berpengaruh sistem ketersediaan beras yaitu, produksi, produktivitas, konversi lahan, pencetakan sawah, kesesuaian lahan, konsumsi perkapita, dan jumlah penduduk.

Penelitian strategi pengembangan juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Beberapa penelitian menggunakan SWOT diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kasim, Sirajudin, dan Irmayani (2011) mengenai strategi pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang dengan menganalisis keseluruhan variabel yang telah diidentifikasi, dan memformulasi alternatif strategi yang sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang.


(44)

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam pengembangan usaha sapi perh di Kabupaten Enrekang yakni antara lain Meningkatkan populasi sapi perah, pemperdayaan kredit usaha, optimalisasi lahan, penerapan teknologi untuk memudahkan dalam pengembangan usaha sapi perah, kemitraan usaha, memperbaiki manajemen pemeliharaan sapi perah, penataan kawasan dan meningkatkan teknologi. Sedangkan untuk prioritas strategi yang terlebih dahulu dilaksanakan dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu meningkatkan populasi sapi perah, pemberdayaan kredit usaha dan optimalisasi lahan.


(45)

III. METODE KAJIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Kajian

UKM keripik pisang di Bandarlampung merupakan salah satu bentuk usaha yang terus dikembangkan. Pengembangan ini dilakukan untuk memperluas pangsa pasar dan menjadikan keripik pisang sebagai salah satu produk unggulan kota Bandarlampung.

Meskipun pengembangan terus dilakukan akan tetapi berbagai kendala masih terus menghambat proses pengembangan tersebut. Untuk mengetahui permasalahan tersebut perlu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembagan usaha keripik di Bandarlampung. Identifikasi faktor-faktor ini harus dilakukan secara holistik melalui analisis kebutuhan stakeholders dari sistem pengembangan industri tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan tersebut dapat diperoleh dari wawancara dengan para pakar dan data primer. Pendapat para pakar tersebut merupakan masukan yang berguna bagi pengembangan industri keripik pisang di masa yang akan datang. Setelah ditemukan faktor-faktor kunci yang mempengaruhi pengembangan industri keripik pisang, pakar diminta untuk menilai pengaruh langsung antar faktor untuk kemudian diolah dengan menggunakan software analisis prospektif.

Hasil pengolahan selanjutnya digunakan untuk menentukan formulasi strategi pengembangan yang akan dilakukan. Formulasi strategi pengembangan disusun dengan mengintregasikan hasil data primer dan analisis pendapat stakeholders.

Formulasi strategi pengembangan dirumuskan berdasarkan skenario yang mungkin terjadi di masa datang. Formulasi strategi pengembangan yang telah disusun dibandingkan dengan tujuan pengembangan industri apakah berpengaruh positif atau berpengaruh negatif. Selanjutnya prioritas strategi pengembangan dijabarkan dalam rekomendasi operasional. Skenario disusun berdasarkan keadaan-keadaan yang mungkin terjadi di masa datang pada faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha. Rekomendasi operasional


(46)

pengembangan perusahaan dirumuskan berdasarkan skenario terpilih. Kerangka pemikiran strategi pengembangan skenario usaha keripik pisang di Bandarlampung secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran strategi pengembangan skenario usaha keripik pisang di Bandarlampung

Rekomendasi Operasional pengembangan UKM keripik

pisang di Bandarlampung Tujuan Pengembangan

UKM Keripik Pisang: 1. Perluasan Pangsa Pasar 2. Menjadi produk unggulan Kota Bandarlampung

Analisis Kebutuhan Stakeholders

Faktor penentu keberhasilan pengembangan UKM keripik

pisang

Penilaian Pengaruh langsung antar faktor

Faktor kunci pengembangan UKM keripik pisang

Formulasi strategi pengembangan UKM keripik pisang

Perumusan alternatif skenario pengembangan UKM keripik pisang


(47)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian adalah sentra keripik di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Tanjung Karang Barat Kotamadya Bandarlampung.

3.3 Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Tanjung Karang Barat Kotamadya Bandarlampung. Lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa daerah ini merupakan sentra industri keripik di Bandarlampung.

Data dikumpulkan dengan wawancara langsung kepada responden. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara wawancara oleh peneliti. Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 3 orang yang terdiri dari:

1. Kepala Bidang Perindustrian Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandarlampung

2. Pengusaha keripik yang juga merupakan Ketua Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki

3. Pengusaha keripik yang juga merupakan Anggota Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki

Ketiga orang responden ini dipilih karena memiliki pengetahuan yang baik dan pengalaman yang mumpuni mengenai topik yang akan diteliti yaitu keripik pisang. Pengetahuan dan pengalaman pakar tersebut diharapkan akan memberikan informasi dengan baik sehingga dapat menjawab tujuan penelitian.

3.4 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Prospektif. Software yang digunakan adalah Microsoft Excell yang dimodifikasi dengan penghitungan analisis prospektif.

Ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan seperti SWOT dan IPA (Index Performance Analysis).


(48)

Masing-masing metode analisis menggunakan pakar sebagai sumber informasi dan analisis kuadran dalam perhitungannya. Namun untuk penelitian kali ini analisis prospektif dianggap paling tepat untuk menyelesaikan permasalahan dan menjawab tujuan penelitian. Dengan analisis prospektif dapat ditentukan faktor-faktor kunci dalam pengembangan usaha keripik pisang.

Analisis prospektif digunakan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan. Analisis prospektif dapat memprediksi alternatif-alternatif yang akan terjadi di masa yang akan datang, baik yang bersifat positif (diinginkan) maupun yang negatif (tidak diinginkan). Analisis prospektif digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis yang perlu dilakukan dan melihat apakah perubahan diperlukan di masa depan.

Analisis prospektif merupakan pengembangan dari metode Delphi yang menggunakan pendapat kelompok pakar yang memahami persoalan dengan benar untuk pengambilan keputusan dan strategi kebijakan. Tahapan analisis prospektif yaitu sebagai berikut (Bourgeois dan Jesus, 2004):

1. Menentukan tujuan sistem yang dikaji secara spesifik dan dapat dimengerti oleh semua pakar yang akan diminta pendapatnya. Hal ini dilakukan agar pakar mengerti ruang lingkup kajian dan penyamaan pandangan tentang sistem yang dikaji. Tujuan sistem yang dikaji adalah pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung dalam rangka peningkatan pangsa pasar dan menjadikan keripik pisang sebagai produk unggulan Kota Bandar Lampung. 2. Identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut

yang biasanya merupakan kebutuhan stakeholders sistem yang di kaji. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pakar diminta mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut. Penelitian kali ini mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung. Setelah diidentifikasi, faktor-faktor tersebut didefinisikan agar semua pakar memiliki persepsi yang sama sehingga dapat menilai faktor-faktor tersebut sesuai dengan definisi faktor dan tujuan sistem.


(49)

3. Penilaian pengaruh langsung antar faktor. Semua faktor yang teridentifikasi dan terdefinisi akan dinilai pengaruh langsung antar faktor, dengan pedoman penilaian seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Pedoman Penilaian Analisis Prospektif

Skor Pengaruh

0 Tidak ada pengaruh

1 Berpengaruh kecil

2 Berpengaruh sedang

3 Berpengaruh sangat kuat

Para pakar terlibat secara langsung dalam menentukan pengaruh langsung antar faktor dengan mengisi skor 0-3 pada matriks yang ditunjukkan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor

Terhadap Diar

A B C D E F G H I J

A B C D E F G H I J

Sumber: Godet, 1994; Bourgeios dan Jesus 2004. Keterangan: A – J : Faktor penting dalam sistem

Selanjutnya langkah pengolahan data yang dilakukan:

a. Matriks hasil penilaian pengaruh langsung diinputkan pada software analisis prospektif

b. Hasil penilaian yang beragam tersebut dinormalisasi, sehingga tiap faktor mempunyai nilai pengaruh pengembangan usaha dan mempunyai nilai ketergantungan terhadap keterkaitan antar faktor.


(50)

c. Nilai yang telah dinormalisasi tersebut diplotkan pada diagram pengaruh faktor terhadap sistem dan ketergantungan terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga tiap faktor tersebar pada empat kuadran.

Hasil matriks gabungan dari pendapat pakar diolah dengan perangkat lunak analisis prospektif menggunakan teknik statistik untuk menghitung pengaruh langsung global, ketergantungan global, kekuatan global, dan kekuatan global tertimbang. Hasil perhitungan divisualisasikan dalam diagram pengaruh dan ketergantungan antar faktor.

Gambar 2. Diagram Pengaruh dan Ketergantungan Sistem (Bourgeios dan Jesus, 2004)

Masing-masing kuadran dalam diagram memiliki karakteristik faktor yang berbeda (Bourgeois dan Jesus, 2004):

a. Kuadran I (kuadran kiri atas)

Kuadran ini memuat faktor-faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Faktor pada kuadran ini merupakan faktor penentu atau penggerak (driving variables) yang termasuk dalam kategori faktor yang paling kuat dalam sistem.


(51)

b. Kuadran II (kuadran kanan atas)

Faktor-faktor yang terdapat dalam kuadran ini merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh dan ketergantungan yang tinggi (leverage variables). Faktor-faktor yang terdapat pada kuadran ini sebagian dianggap sebagai peubah yang kuat.

c. Kuadran III (Kuadran kanan bawah)

Faktor dalam kuadran ini menjadi output dalam sistem (output variables) yang memiliki pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor

d. Kuadran IV (kuadran kiri bawah)

Faktor pada kuadran ini mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan tingkat ketergantungan juga rendah (marjinal variables). Faktor ini bersifat bebas dalam sistem.

Pada penelitian ini, semua faktor yang telah diidentifikasi harus dibandingkan dengan pedoman penilaian pada Tabel 4.

4. Penyusunan keadaan yang mungkin terjadi (state) pada faktor. Berdasarkan faktor dominan yang diperoleh pada tahap 3, disusun keadaan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Setiap faktor boleh memiliki lebih dari satu keadaan, dengan ketentuan keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi (bukan khalayan) dalam suatu waktu di masa yang akan dating. Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor (seperti besar, sedang, kecil, atau baik/buruk), tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor. Pada penelitian ini skenario disusun berdasarkan faktor dominan pada kuadran I dan faktor penghubung (stakes) pada kuadran II. 5. Membangun dan memilih skenario. Skenario disusun berdasarkan kombinasi

dari hubungan beberapa keadaan faktor secara timbal balik (mutual compatible) dari keadaan yang paling optimis sampai paling pesimis.

6. Analisis skenario dan penyusunan strategi. Berdasarkan skenario yang

disusun pada tahap sebelumnya didiskusikan strategi yang perlu dilakukan untuk pencapaian skenario yang diinginkan ataupun menghindari skenario yang berdampak negatif pada sistem.


(52)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum

Sentra keripik Kota Bandarlampung didirikan pada Tahun 2007 dengan nama Kawasan Sentra Keripik Kota Bandarlampung. Kawasan ini terletak di Jalan Pagar Alam Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Tanjung Karang Barat Kotamadya Bandarlampung. Kawasan sentra ini didirikan melihat mulai bermunculan pengusaha-pengusaha keripik di daerah tersebut dan program pemerintah Kota Bandarlampung untuk menjadikan keripik sebagai produk unggulan Kota Bandarlampung. Industri keripik di daerah ini cukup terkenal, selain karena menjadi sentra keripik di Kota Bandar Lampung, letaknya pun tidak jauh hanya sekitar 15 menit dari terminal Rajabasa Tanjungkarang sehingga mudah untuk dijangkau.

Usaha keripik pisang di Kota Bandarlampung menunjukkan perkembangan yang semakin signifikan sejak dibentuknya kawasan sentra industr keripik. Saat ini sedikitnya terdapat 32 pengusaha keripik yang terdapat di sentra keripik. Pengusaha keripik tersebut tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Telo Rejeki. Masing-masing pengusaha memiliki nama yang berbeda untuk merek dagang mereka. Setiap pengusaha tidak hanya memiliki satu kios saja, akan tetapi 2 – 3 kios. Jumlah kios yang terdapat di sentra tersebut sebanyak 60 kios. Karakteristik pengusaha keripik secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6

Rata-rata jumlah tenaga kerja pada sentra industri keripik di Bandarlampung sebanyak 6 orang. Rata-rata investasi yang dikeluarkan sebanyak Rp 19.062.500,- dengan rata-rata produksi sebanyak 336,5 Kg/minggu. Harga jual keripik pisang Rp 38.000 – Rp. 40.000 per Kg. Jika dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, maka usaha keripik ini termasuk dalam usaha mikro menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu usaha yang memiliki tenaga kerja 5 -19 orang.


(53)

Tabel 6. Karakteristik pengusaha keripik pisang pada sentra industri keripik di Bandarlampung

No Nama

Perusahaan

Nama Pemilik Kapasitas

Produksi (Kg/Mng) Jml Tenaga Kerja (orang) Investasi (Rp)

1 Nisa Hanafi 3036 6 40000000 2 Zam-zam Family Een Sarwasi 95 2 50000000 3 Fino Suwarno 177 7 2000000 4 Asa Sucipto Adi 235 5 50000000 5 Nyoto Roso Nyoto Raharjo 215 5 40000000 6 Wagiman Wagiman 180 5 5000000 7 Zahra M. Jamil 107 4 20000000 8 Mahkota Robby F.S 156 5 25000000 9 Dua Dara Mardiah 273 8 20000000 10 Askha Jaya Aswal Junaidi 300 6 35000000 11 Rona Jaya Heriyanto 302 6 6000000 12 Cesylia Suhartini 414 4 3000000 13 Rizka Gunawan 135 7 1500000 14 Tegar Jaya Wiwik Haryati 165 2 5000000 15 Lateb Hariyanto 108 5 2000000 16 Alinda Sunarti 114 3 20000000 17 Agil Solena 12 3 12000000 18 Karya Mandiri Malik 1026 12 6000000 19 Istana Keripik Ibu

Mery

Sinta 393 10 3000000 20 Arema Jaya Sudarmanto 675 11 20000000 21 Suheri Ahmad Suheri 353 7 15000000 22 Sumber Rejeki Suhartono 338 8 3500000 23 Suryo Sigit 103 9 30000000 24 Lala Yatino 105 2 10000000 25 Pemana Sarmi 331 3 6000000 26 Lima Muakhi Aspedia 255 7 20000000 27 Alam Jaya Andi Alam 273 8 20000000 28 Firman Firman 107 4 20000000 29 Wagiman Ratnawati 180 5 5000000 30 Goyang Lidah Teguh Wijaya 215 5 40000000 31 Yoyong Kriuk Alan Haris 235 5 50000000 32 Ridho Jaya Erma Lusiana 156 5 25000000

Rata-rata 336,5 6 19062500

Sumber: Dinas Koperasi, UMKM, Perindutrian, dan Perdagangan Kota Bandarlampung, 2011

Selain perkembangan penjualan dan persaingan yang semakin ketat, kawasan sentra keripik ini banyak diminati oleh berbagai pihak baik pihak Pemerintah Kota, BUMN, maupun Perguruan Tinggi. Adanya dampak positif ini menjadikan industri ini sering mendapatkan pelatihan-pelatihan dan diikutsertakan dalam berbagai pameran yang ada.


(54)

PTPN VII dan PT Telkom adalah BUMN yang menjadi mitra bagi pengusaha keripik. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN VII saat ini setidaknya telah menjadi mitra 16 pengusaha keripik. Adanya program dari BUMN ini cukup membantu dalam permodalan dan promosi.

Keunikan dari sentra keripik ini adalah para pengusaha selalu berinovasi untuk menciptakan rasa-rasa baru dari produk yang dihasilkan. Saat ini setidaknya terdapat lebih 10 macam rasa keripik pisang, yaitu rasa asin, manis, coklat, moka, jagung bakar, balado, melon, strawbery, vanila, dan kare. Selain keripik pisang, mereka juga memproduksi keripik singkong, talas, nangka dan sukun. Inovasi rasa ini terus dilakukan dalam rangka peningkatan penjualan dan perluasan pasar.

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan keripik pisang adalah pisang kepok kuning. Selain pisang kepok kuning, pisang ambon juga bisa diolah menjadi keripik pisang. Menurut pengusaha keripik pisang di sentra industri keripik Bandarlampung, pisang kepok kuning dan ambon dinilai dapat menghasilkan keripik pisang dengan tekstur yang paling baik dibandingkan dengan pisang jenis lainnya. Namun, pisang kepok kuning lebih mudah diperoleh dan harga beli pisang kepok kuning lebih murah dibandingkan dengan pisang ambon, yaitu Rp 4.000 - Rp 5.000 persisir. Melihat kondisi tersebut, pengusaha keripik lebih memilih kepok kuning sebagai bahan baku utama pembuatan keripik pisang mereka.

Pisang tanduk juga bisa menjadi bahan keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ukurannya terlalu besar, dan nilai pisang segarnya juga cukup tinggi, hingga harga keripiknya akan menjadi terlalu mahal. Pisang raja sereh dan raja bulu, sebenarnya juga akan menghasilkan keripik dengan kualitas cukup baik. Namun ketersediaan dua pisang ini sangat terbatas. Untuk pasar segar pun masih kurang, apalagi untuk keripik. Pisang kepok putih, sebenarnya tersedia dalam volume melimpah, namun kualitas keripiknya kurang bagus.

Pisang Cavendish juga tersedia melimpah, karena pisang jenis ini sudah dikebunkan secara massal. Ketika suplai ambon dan kepok kuning kurang, maka perajin keripik banyak yang lari ke cavendish. Sebab tidak ada alternatif lain. Kelemahan cavendish adalah, rasanya sedikit masam, dan kadar patinya tidak


(55)

sebaik ambon maupun kepok kuning. Hingga ketika digoreng susutnya terlalu banyak. Karena rasanya sedikit masam, maka hasil keripiknya pun juga agak masam.

Para perajin menyiasati masamnya keripik cavendish, dengan memberi gula serta tambahan rasa lainnya. Namun ketika bahan baku ambon dan kepok kuning tersedia, maka perajin akan menolak pisang cavendish. Kepok kuning, akan menghasilkan keripik ukuran kecil, sementara ambon kuning menjadi keripik standar. Ketersediaan kepok kuning, sebenarnya juga lebih kecil dibanding ambon kuning. Hingga keripik pisang yang beredar di pasar, kebanyakan berbahan baku ambon kuning.

Pisang untuk bahan baku keripik, harus memenuhi syarat ketuaan. Pisang yang masih agak muda, memang tetap bisa diperam hingga masak dan laku dijual sebagai buah segar. Tetapi pisang muda tidak mungkin untuk dijadikan keripik. Selain susutnya akan terlalu banyak, rasa keripik juga sedikit sepet (kelat). Hingga bahan baku keripik haruslah pisang yang benar-benar tua, dengan tingkat kemasakan 80%. Karenanya, harga pisang sebagai bahan baku keripik, sering lebih tinggi dibanding pisang untuk buah meja.

4.2 Identifikasi Faktor Kunci Pengembangan Usaha

Upaya pengembangan usaha keripik pisang dengan analisis prospektif dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha di masa yang akan datang. Identifikasi faktor kunci pengembangan usaha didasarkan pada faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha keripik pisang di Kota Bandarlampung.

Menurut Hubeis (2009) terdapat tujuh faktor permasalahan usaha kecil dalam arti luas, yaitu: (1) kesulitan pemasaran, (2) keterbatasan financial, (3) keterbatasan SDM, (4) masalah bahan baku, (5) keterbastaan teknologi, (6) managerial skill, dan (7) kemitraan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan para pakar, diperoleh 13 faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha keripik pisang di Kota Bandarlampung, mencakup: (1) kemampuan teknis, (2) kemampuan manajerial, (3) kemampuan permodalan, (4) ketersediaan bahan baku, (5) proses produksi, (6) kondisi peralatan, (7)


(56)

pemasaran, (8) inovasi produk, (9) lokasi usaha, (10) promosi, (11) kemampuan manajemen keuangan, (12) kemampuan teknologi, dan (13) akses informasi.

Jika dibandingkan pendapat Hubeis (2009) dengan pendapat pakar di lapangan, ternyata kemitraan bukan merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha keripik pisang di Bandarlampung. Hal ini karena tidak semua pengusaha keripik melakukan kemitraan dengan pihak lain atau perusahaan lain yang lebih besar. Hanya beberapa pengusaha saja yang melakukan kerjasama dengan PTPN VII melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN VII.

Setelah teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha keripik pisang tersebut, setiap faktor kemudian didefinisikan agar semua pakar mengerti dan memiliki persepsi yang sama mengenai faktor yang akan dinilai. Selain itu, definisi faktor juga dilakukan agar hasil penilaian faktor sesuai dengan definisi dan tujuan sistem. Definisi faktor-faktor tersebut disajikan pada Tabel 7.

Definisi faktor-faktor tersebut diperoleh melalui wawancara dengan para pakar. Definisi faktor disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan dan permasalahan yang terjadi. Pendefinisian ini dilakukan secara hati-hati, agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara masing-masing pakar.


(57)

Tabel 7. Definisi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ukm keripik di Bandarlampung

Faktor Definisi

Kemampuan Teknis Kemampuan pengusaha dalam mengelola usaha ditinjau dari aspek teknis

Kemampuan Manajerial Kemampuan pengusaha dalam mengelola usaha ditinjau dari aspek manajerial

Kemampuan permodalan Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana guna mengembangkan usahanya

Ketersediaan Bahan Baku

Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pisang sebagai bahan utama dalam produksi keripik pisang Proses Produksi Metode yang digunakan untuk berproduksi,

dilakukan secara manual dan menggunakan mesin sederhana

Kondisi Peralatan Kondisi alat yang digunakan dalam berproduksi, terkait dengan umur peralatan yang digunakan. Pemasaran Kemampuan pengusaha dalam memasarkan hasil

produksinya. Kemampuan pengusaha dalam memasarkan hasilnya masih bersifat pasif. Target pasar adalah konsumen keripik yang datang langsung ke sentra industri keripik. Produsen tidak menjual hasil produksinya ke tempat lain.

Inovasi Produk Kemampuan pengelola dalam mengembangkan ide untuk menciptakan varian rasa keripik pisang yang baru.

Lokasi Usaha Tempat produksi sekaligus tempat menjual hasil produksi.

Promosi Kemampuan pengusaha untuk mengenalkan produknya kepada konsumen.

Kemampuan Manajemen Keuangan

Kemampuan pengusaha dalam mengelola aktivitas keuangan usahanya.

Kemampuan Teknologi Kemampuan perusahaan dalam menyerap teknologi yang akan diterapkan pada proses produksi dan operasi.

Akses Informasi Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan informasi yang terbaru. Informasi dapat diperoleh dari pelatihan-pelatihan, pameran UKM dan seminar UKM


(58)

4.3 Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengembangan Usaha

Setelah dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci dalam pengembangan usaha dan pendefinisian faktor, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah penilaian pengaruh antar faktor. Definisi masing-masing faktor dijadikan sebagai acuan/pertimbangan untuk menilai pengaruh antar faktor. Penilaian dilakukan oleh 3 orang responden/pakar yang terdiri dari 2 orang pengusaha keripik pisang dan 1 orang pejabat Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandarlampung yang mengetahui sistem pengelolaan usaha keripik pisang. Penilaian pengaruh langsung antar faktor oleh pakar diolah dengan menggunakan perangkat lunak analisis prospektif yang divisualisasikan dalam diagram pengaruh dan ketergantungan faktor.

Penilaian pengaruh langsung antar faktor oleh Pakar 1 (Pejabat Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandarlampung) dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil pengolahan dengan analisis prospektif, faktor-faktor kunci pengembangan usaha keripik pisang menurut Pakar 1 adalah: (1) kemampuan manajerial, (2) kemampuan teknis, (3) akses modal, (4) proses produksi, dan (5) ketersediaan bahan baku.

Hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor oleh Pakar 2 (Pengusaha Keripik 1) dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan pengolahan dengan analisis prospektif, faktor-faktor kunci pengembangan usaha keripik pisang menurut Pakar 2 adalah: (1) kemampuan teknis, (2) kemampuan manajerial, (3) proses produksi, (4) ketersediaan bahan baku, dan (5) akses modal.

Hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor oleh Pakar 3 (Pengusaha Keripik 2) dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil pengolahan dengan analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor-faktor kunci pengembangan usaha keripik pisang menurut Pakar 3 adalah: (1) kemampuan teknis, (2) kemampuan manajerial, (3) proses produksi, (4) akses modal, dan (5) ketersediaan bahan baku.

Setelah dilakukan analisis untuk masing-masing pakar, kemudian dilakukan penggabungan pendapat pakar dengan menggunakan rumus rata-rata geometris, hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor dapat dilihat pada Tabel 8.


(59)

(60)

ENDAPAT GABUNGAN PAKAR Kemampuan Teknis Kemampuan Manajerial Akses Modal Ketersediaan Bahan Baku Proses Produksi Kondisi Peralatan Pemasaran Inovasi Produk Lokasi Usaha Promosi Kemampuan Manajemen Keuangan Kemampuan Teknologi Akses Informasi

Kemampuan Teknis 0 0 1 2 1 0 2 0 0 0 2 0

Kemampuan Manajerial 0 0 0 1 0 0 0 0 2 2 0 0

Akses Modal 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ketersediaan Bahan Baku 0 0 3 3 0 1 0 0 0 0 0 0

Proses Produksi 0 0 0 3 3 3 3 0 0 0 0 0

Kondisi Peralatan 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 0 0

Pemasaran 0 0 0 3 0 0 0 2 3 0 0 0

Inovasi Produk 0 0 2 0 3 1 2 0 3 0 0 0

Lokasi Usaha 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 0 2

Promosi 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0

Kemampuan Manajemen Keuangan 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3

Kemampuan Teknologi 3 0 0 0 3 0 0 2 0 0 0 3

Akses Informasi 1 1 0 3 0 0 3 3 0 3 0 3

Penilaian: 0 berarti tidak ada pengaruh langsung

3 pengaruhnya sangat kuat

2 pengaruhnya sedang

1 pengaruhnya kecil


(61)

(1)

ANALISIS PENGARUH LANGSUNG ANTAR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBANGAN

UKM KERIPIK PISANG DI BANDARLAMPUNG

Hari / Tanggal Pengisian : Nama Responden : Pekerjaan/Jabatan :

Alamat :

Tanda Tangan :

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(2)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Anda diminta untuk membandingkan pengaruh langsung antar faktor pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung satu sama lain.

2. Pedoman skor penilaian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pedoman Penilaian

Skor Pengaruh

0 Tidak ada pengaruh

1 Berpengaruh kecil

2 Berpengaruh sedang

3 Berpengaruh sangat kuat

Contoh Pengisian:

Terdapat lima faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha y6ang saling diperbandingkan, yaitu A, B, C, D, dan E. Masing-masing faktor dilakukan perbandingan untuk mengetahui pengaruh langsung antar faktor. Faktor-faktor tersebut disusun ke dalam bentuk tabel perbandingan faktor di bawah ini:

Tabel 2. Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor

Terhadap Diar

A B C D E

A 3a) 2b) 1c) 0d)

B 3 2 1 0

C 1 1 2 3

D 2 3 0 3

E 0 2 2 1

Keterangan:

Nilai pada a) = faktor A pengaruhnya sangat kuat pada faktor B Nilai pada b) = faktor A pengaruhnya sedang pada faktor C Nilai pada c) = faktor A pengaruhnya kecil pada faktor D


(3)

PENENTUAN KEADAAN FAKTOR-FAKTOR

YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGEMBANGAN UKM KERIPIK PISANG DI BANDARLAMPUNG

Hari / Tanggal Pengisian : Nama Responden : Pekerjaan/Jabatan :

Alamat :

Tanda Tangan :

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(4)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Anda diminta untuk membuat keadaan (state) suatu faktor yang sudah diidentifikasi dan mempunyai pengaruh terhadap pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung.

2. Setiap faktor boleh memiliki lebih dari satu keadaan, dengan ketentuan keadaan harus memiliki peluang besar untuk terjadi (bukan khayalan) dalam suatu waktu di masa yang akan datang, serta keadaan bukan merupakan tindakan atau ukuran suatu faktor, tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor.

Tabel 1. Pemetaan keadaan faktor-faktor penentu pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung

No Faktor Kunci Deskripsi Keadaan

1 Kemampuan Teknis

2 Kemampuan Manajerial

3 Akses Informasi

4 Proses Produksi


(5)

IMPLIKASI SKENARIO TERHADAP TUJUAN PENGEMBANGAN UKM KERIPIK PISANG DI BANDARLAMPUNG

Hari / Tanggal Pengisian : Nama Responden : Pekerjaan/Jabatan :

Alamat :

Tanda Tangan :

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(6)

PETUNJUK PENGISIAN

1. Anda diminta untuk menentukan implikasi skenario terhadap tujuan pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung.

2. Implikasi skenario dapat negatif atau positif, diisikan pada Tabel 1 dengan menggunakan tanda *.

Tujuan pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung: 1. Perluasan Pangsa Pasar

2. Menjadikan Keripik Pisang sebagai Produk Unggulan di Bandarlampung

Tabel 1. Implikasi Skenario terhadap tujuan pengembangan industri keripik pisang di Bandarlampung

Tujuan Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

+ - + - + -

Perluasan Pangsa Pasar Produk Unggulan