19
sistem, 2 identifikasi peubah, 3 definisikan peubah kunci, 4 analisis pengaruh bersama mutual, 5 interpretasi keterkaitan antar pengaruh dan ketergantungan,
6 definisikan peubah states, 7 membangun skenario, dan 8 implikasi strategi dan langkah antisipasi Bourgeois dan Jesus, 2004.
Metode analisis prospektif didasarkan pada suatu penggadaan matriks bujur sangkar matriks dengan jumlah baris dan kolom sama yang berpangkat
satu dalam beberapa tahapan iterasi untuk menyusun hirarki variabel-variabelnya. Analisis variabel sistem dilakukan berdasarkan klasifikasi langsung dimana
hubungan antar variabel diperoleh secara langsung dari hasil identifikasi para pakar dan stakeholders.,
Variabel-variabel dibedakan atas variabel pengaruh dan variabel ketergantungan serta memperhitungkan jarak dan umpan balik dari setiap variabel
terhadap variabel lainnya. Identifikasi hubungan antar variabel dilakukan dengan menggunakan kategori skala berjenjang yang menunjukkan intensitas hubungan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai strategi pengembangan telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan analisis prospektif maupun alat analisis
yang lainnya. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Arifa 2011 mengenai Strategi
Pengembangan Usaha Jamur Tiram dengan Analisis Prospektif pada Sari Sehat Multifarm menggunakan analisis prospektif sebagai alat analisisnya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Strategi pengembangan usaha jamur tiram pada Sari Sehat Multifarm disusun berdasarkan skenario-skenario yang mungkin terjadi
di masa datang. Skenario disusun berdasarkan faktor-faktor kunci yang sangat menentukan pengembangan usaha, meliputi kemampuan permodalan, kemampuan
manajemen keuangan, produktivitas, kemampuan SDM, kondisi peralatan produksi.
Skenario optimis merupakan skenario yang diharapkan terjadi yaitu menjadi usaha jamur tiram yang maju di masa depan. Untuk menjadikan
perusahaan pada skenario optimis maka perlu dilakukan beberapa tahapan peningkatan faktor. Urutan tahapan peningkatan faktor tersebut adalah tahapan
20
peningkatan kondisi peralatan produksi, kemampuan SDM dan produktivitas. Peningkatan tiga faktor kunci ini menjadikan perusahaan berkembang dari kondisi
sekarang menjadi skenario moderate. Kemudian diikuti peningkatan kemampuan manajemen keuangan dan kemampuan permodalan, sehingga perusahaan
berkembang menjadi skenario optimis. Hasil analisis prospektif menunjukkan bahwa faktor kemampuan
permodalan sebagai faktor yang dapat dikontrol controllable factor pada kuadran I yang merupakan faktor utama atau dominan dalam pengembangan
usaha pada Sari Sehat Multifarm. Demi mewujudkan skenario optimis membutuhkan dukungan dari stakeholder dalam pengembangan usaha jamur
tiram pada Sari Sehat Multifarm dalam hal ini adalah pemilik perusahaan. Wibowo 2010 melakukan penelitian tentang analisis prospektif
pengembangan daya saing perusahaan daerah perkebunan di Jember. Metodologi penelitian yang digunakan adalah analisis prospektif. Berdasarkan hasil
analisisnya diperoleh lima faktor kunci yang mempengaruhi peningkatan daya saing Perusahaan Daerah Kabupaten Jember, yaitu: 1 kemampuan SDM, 2
kebijakan pemerintah, 3 kemampuan permodalan, 4 kemampuan manajemen produksi dan operasi, dan 5 kemampuan manajemen keuangan.
Berdasarkan hasil penilaian pendapat gabungan dari para pakar, ada 6 faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan kinerja perusahaan, yaitu
persentase pertumbuhan pelanggan, produktivitas komoditas, jumlah produksi berdasarkan mutu akhir, produktivitas karyawan, beban pokok penjualan terhadap
penjualan, dan beban usaha terhadap penjualan. Skenario yang dihasilkan adalah dalam penelitian ini adalah skenario
optimis menjadi perusahaan yang profesional yang dapat diwujudkan dengan mengembangkan kemampuan SDM, kemampuan permodalan, manajemen
produksi dan operasi, manajemen keuangan, serta perlu didorong dengan kebijakan pemerintah yang kondusif. Faktor-faktor ini dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan produktivitas karyawan, efisiensi pengelolaan pembiayaan, meningkatkan pertumbuhan pelanggan, serta peningkatan jumlah produksi yang
bermutu baik.
21
Penelitian lainnya dilakukan oleh Hardjomidjojo 2004 yang menganalisis tentang strategi pengembangan usaha kecil menengah di Indonesia. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif dan analisis hirarki proses AHP. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian pendapat
gabungan dari stakeholders maka didapatkan lima faktor dominan yang akan mempengaruhi keberhasilan pengembangan UKM di Indonesia yaitu : 1
pendampingan, 2 kredit khusus UKM, 3 Informasi, 4 Skala Usaha dan 5 Akses ke lembaga dana. Berdasarkan pengalaman sukses dan kondisi nyata UKM
di Indonesia terdapat empat faktor pengembangan UKM yaitu : 1 dana, 2 SDM, 3 manajemen dan 4 Inovasi dan teknologi. Rekomendasi operasional
yang diusulkan dari strategi terpilih adalah ikut memantau pelaksanaan kebijakan penyediaan kredit khusus untuk UKM dan mengevaluasi secara ketat pelaksanaan
tugas dari badan khusus penanganan UKM. Dalam hal seperti ini, indikator monitoring dan evaluasi perlu disiapkan secara rinci.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Nurmalina 2008 mengenai analisis indeks dan status keberlanjutan sistem ketersediaan beras di beberapa wilayah
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlanjutan sistem ketersediaan beras berdasarkan sistem penilaian indeks dan status keberlanjutan
dengan metode RAP-RICE menggunakan Multidimensional Scalling MDS dan analisis prospektif. Berdasarkan analisis prospektif diketahui bahwa terdapat
tujuh faktor kunci atau faktor dominan yang sangat berpengaruh sistem ketersediaan beras yaitu, produksi, produktivitas, konversi lahan, pencetakan
sawah, kesesuaian lahan, konsumsi perkapita, dan jumlah penduduk. Penelitian strategi pengembangan juga bisa dilakukan dengan
menggunakan analisis SWOT. Beberapa penelitian menggunakan SWOT diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kasim, Sirajudin, dan Irmayani
2011 mengenai strategi pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi usaha peternakan
sapi perah di Kabupaten Enrekang dengan menganalisis keseluruhan variabel yang telah diidentifikasi, dan memformulasi alternatif strategi yang sesuai untuk
diterapkan dalam pengembangan peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang.
22
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam pengembangan usaha sapi perh di Kabupaten Enrekang yakni antara lain
Meningkatkan populasi sapi perah, pemperdayaan kredit usaha, optimalisasi lahan, penerapan teknologi untuk memudahkan dalam pengembangan usaha sapi
perah, kemitraan usaha, memperbaiki manajemen pemeliharaan sapi perah, penataan kawasan dan meningkatkan teknologi. Sedangkan untuk prioritas strategi
yang terlebih dahulu dilaksanakan dalam pengembangan usaha sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu meningkatkan populasi sapi perah, pemberdayaan
kredit usaha dan optimalisasi lahan.