yang sangat penting, agar memberikan hasil yang optimal dalam penentuan daerah penangkapan potensial ikan layang Decapterus spp.. Penggunaan
teknologi inderaja diharapkan dapat membantu memprediksi lokasi dan waktu penangkapan yang potensial ikan pelagis kecil di Laut Banda.
Fenomena upwelling dan thermal front merupakan salah satu indikator untuk menduga suatu daerah penangkapan potensial khususnya jenis ikan pelagis
besar dan kecil. Hal ini terkait dengan terjadinya proses pengayakan nutrisi di perairan tersebut dan memungkinkan terbentuknya rantai makanan sementara.
Penelitian yang dilakukan selama ini masih dalam waktu yang relatif pendek sehingga belum mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai pola
penyebaran dari upwelling dan thermal front dalam rentang waktu tahunan.
Wilayah sumberdaya perairan yang luas di Laut Banda tentunya sangat membutuhkan semacam alat bantu yang dapat menggali potensi sumberdaya
perikanan dan memberikan informasi lokasi penangkapan baik secara spasial atau temporal kepada para nelayan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan guna
mengatasi permasalahan diatas adalah dengan pemanfaatan peta daerah penangkapan potensial ikan di Laut Banda, sehingga dapat membantu mengatasi
masalah tingginya biaya oprasional nelayan setempat.
4.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan sebaran suhu permukaan laut SPL dan klorofil-a di Laut
Banda secara spasial dan temporal. 2. Memprediksi keberadaan upwelling dan thermal front di Laut Banda.
3. Menentukan hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a terhadap
hasil tangkapan ikan layang Decapterus spp. 4. Memetakan daerah penangkapan potensial ikan layang Decapterus spp
di Laut Banda secara spasial dan temporal.
4.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi stakeholder pemerintah setempat, nelayan, dan peneliti terkait
dengan daerah penangkapan potensial bagi ikan layang di Laut Banda, sebagai :
1. Bahan informasi bagi nelayan dalam menentukan lokasi penangkapan potensial ikan layang Decapterus spp. di Laut Banda.
2. Dapat menjadi salah satu informasi bagi pengelolaan sumberdaya ikan layang Decapterus spp di Laut Banda.
3. Bahan informasi dalam penelitian lanjutan, khususnya untuk menduga faktor - faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap keberadaan ikan.
4.5 Hipotesis
Variasi sebaran suhu permukaan laut, klorofi-a, fenomena upwelling dan thermal front memiliki korelasi terhadap penyebaran ikan layang Decapterus
spp sehingga dapat dijadikan acuan dalam penentuan daerah penangkapan potensial di Laut Banda.
4.6 Kerangka Pemikiran
Tingginya potensi sumberdaya ikan pelagis kecil khususnya jenis ikan layang Decapterus spp di Laut Banda diharapkan dapat membantu nelayan
dalam peningkatan pendapatan. Harapan ini kemudian dihadapkan pada persoalan ketidakpastian hasil tangkapan akibat pola penentuan daerah penangkapan ikan
DPI masih berdasarkan pengalaman yang diwarisi dari nenek moyang serta biaya operasional yang tinggi, sehingga keberhasilan penangkapan masih belum
optimal dilakukan. Untuk itu, kebutuhan informasi yang akurat mengenai daerah penangkapan potensial ikan layang menjadi salah satu hal yang penting untuk
dilakukan..
Penentuan daerah penangkapan ikan DPI sangat terkait dengan perubahan kondisi perairan yang terjadi faktor oseanografi. Berbagai penelitian telah
banyak dilakukan mengenai kondisi oseanografi Laut Banda, namun penelitian yang berhubungan dengan daerah penangkapan ikan layang masih sangat kurang.
Pengetahuan tentang kondisi oseanografi dapat dijadikan indikator penentuan DPI yang tergolong potensial. Variasi sebaran suhu permukaan laut SPL dan
klorofil-a merupakan parameter oseanografi yang paling sering diamati untuk mengetahui lokasi penangkapan ikan yang potensial, karena variabilitas parameter
tersebut dapat mempengaruhi kondisi habitat serta ketersediaan makanan ikan pelagis kecil. Adanya teknologi penginderaan jarak jauh remote sensing saat ini
dapat dimanfaatkan dalam menganalisis sebaran SPL, klorofil-a dan fenomena perairan seperti thermal front dan upwelling.
Satelit MODIS moderate resolution imaging spectroradiometer adalah
salah satu teknologi yang bisa dimanfaatkan dalam memperoleh informasi tentang kondisi perairan.
Informasi mengenai data statistik perikanan hasil tangkapan, upaya penangkapan, armada penangkapan dan lokasi penangkapan nelayan juga
diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis keterkaitan antara kondisi perairan dengan fluktuasi hasil tangkapan. Kombinasi antara teknologi
remote sensing dan pengetahuan di bidang perikanan tangkap dengan data statistik perikanan serta pengetahuan lokal nelayan diharapakan memberikan hasil prediksi
daerah penangkapan potensial yang lebih baik dan akurat di Laut Banda.
Pengumpulan data suhu permukaan laut SPL dan klorofil-a dilakukan secara in-situ dan eks-situ. Data in-situ meliputi pengumpulan data dari sampel
pengamatan yaitu hasil tangkapan ikan layang Decapterus spp., upaya penangkapan, lokasi penangkapan, suhu permukaan laut dan klorofil-a, sedangkan
data eks-situ meliputi citra harian, mingguan, dan bulanan suhu permukaan laut dan klorofil-a antara tahun 2008 - 2010 dari sensor Aqua MODIS, data statistik
perikanan Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Kendari antara tahun 2008 - 2010. Tahapan analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu 1 analisis
sebaran suhu permukaan laut, klorofil-a, upwelling dan thermal front, 2 analisis hubungan antara suhu permukaa laut dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan
layang Decapterus spp dengan menggunakan analisis regresi, 3 uji akurasi suhu permukaan laut dan klorofil-a satelit Aqua MODIS menggunakan
pendekatan root mean square error RMSE.
Daerah penangkapan ikan dianalisis menggunakan metode multi criteria analysis MCA dengan pendekatan skoring dan pembobotan. Analisis dilakukan
terhadap 2 wilayah DPI, yaitu 1 DPI di perairan Kendari lokasi pengamatan dengan parameter yang diamati berupa sebaran SPL optimum dan klorofil-a
harian dan mingguan in-situ dan ek-sistu, thermal fronts, upwelling dan CPUE, 2 Daerah penangkapan potensial di Laut Banda, dengan parameter thermal front,
upwelling, sebaran SPL dan klorofil-a rata-rata bulanan dari tahun 2008-2010. Setiap parameter dilakukan pengkategorian yang kemudian ditumpangtindihkan
overlay terhadap semua parameter yang digunakan, sehingga diperoleh pembagian wilayah daerah penangkapan ikan, yaitu potensial tinggi, sedang dan
kurang potensial di wilayah perairan Kendari dan Laut Banda. Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.
Potensi Sumberdaya Ikan Layang di Laut Banda
Daerah Penangkapan Ikan Layang di Laut Banda
Jumlah Hasil Tangkapan Tidak Pasti
Biaya Oprasional Tinggi
Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh
Data Perikanan Kebutuhan Peta
Daerah Penangkapan
SPL
GIS
Thermal Front
Pemetaan Daerah Penangkapan Potensial Ikan layang Decapterus spp di Laut Banda
Klorofil-a Upwelling
CPUE Klorofil-a
Produksi Effort
Lokasi dan Waktu
operasi penangkapan
ikan Kebiasaan
Nelayan
Sebaran SPL
Deskriptif
I
N
P
U
T
O U
T P
U T
PROSES
Masalah
2. TINJAUAN PUSTAKA