Produktivitas perairan Parameter Oseanografi

Sumber : Nontji 2005 Gambar 3 Sebaran vertikal suhu secara umum di perairan Indonesia a Lapisan hangat, b Lapisan termoklin, c Lapisan dingin. Informasi mengenai suhu permukaan laut saat ini telah mudah diperoleh dengan adanya perkembangan dalam bidang teknologi inderaja. Informasi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis dan memprediski fenomena upwelling ataupun front yang merupakan indikator tentang daerah penangkapan ikan potensial Simbolon et al. 2009.

2.2.2 Produktivitas perairan

Produktivitas suatu perairan pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan perairan tersebut mensintesis bahan - bahan organik dari bahan anorganik. Sebagai contoh adalah proses fotosintesis, dalam proses ini bahan - bahan organik yang dikandung dalam air seperti H 2 O, CO 2 dan lain - lain akan diikat menjadi bahan organik seperti gula melalui proses fikokimiawi dengan bantuan energi sinar matahari. Persenyawaan tersebut dapat terjadi karena adanya zat hijau daun chlorophyl yang banyak dikandung dalam tumbuh - tumbuhan hijau yang banyak hidup melayang di perairan. Dengan adanya hasil bahan organik, maka hewan plankton zooplankton dan ikan akan memanfaatkan tumbuh - tumbuhan plankton fitoplankton sebagai bahan makanannya. Kemudian zooplankton akan dimanfaatkan oleh hewan lain yang ukurannya lebih besar, baik yang hidup di Suhu o C c a b dasar maupun yang berenang secara aktif seperti ikan Gambar 4. Hal ini menunjukkan bahwa plankton adalah organisme yang sangat penting peranannya dalam menentukan tingkat produktivitas suatu perairan. Produktivitas primary production oleh fitoplankton pada setiap habitat akan berbeda satu dengan lainnya. Kondisi ini sangat dipengaruhi ketersedian sinar matahari yang cukup untuk membantu tumbuh - tumbuhan melakukan proses fotosintesa. Produktivitas ini sangat ditentukan oleh kondisi oseanografi seperti sifat fisika dan kimia zat haranutrient air laut dari satu sisi dan organisme hidup pendukung di sisi lainnya Hutabarat 2001. Sumber : Hutabarat 2001 Gambar 4 Diagram yang menunjukkan tingkat pemanfaatan energi dalam sistem rantai makanan di perairan. Produktivitas primer merupakan laju produksi zat hara organik melalui proses fotosintesis. Reaksi fotosintesis adalah rekasi yang sangat rumit, tetapi secara keseluruhan dapat disederhanakan sebagai berikut Nontji, 2008: + − − − − − − − + Dalam proses fotosintesis, cahaya matahari sebagai sumber energi disadap oleh pigmen klorofil yang ada dalam tumbuhan, dan dengan adanya karbon dioksida CO2, air dan zat - zat hara akan terjadi reaksi kimia yang akan menghasilkan senyawa organik misalnya karbohidrat yang mempunyai potensi energi kimiawi yang tinggi yang disimpan dalam sel Nontji 2008. Proses energi kimiawi yang Produsen Pertama Primer Fitoplankton Produsen Kedua Zooplankton Herbivora Produsen Ketiga Zooplankton Carnivora Produsen Tingkat Tinggi Manusia Zat Hara Dilaut Energi Sinar Matahari Cahaya Klorofil terkandung sel tumbuhan ini dapat dialihkan ke berbagai hewan melalui jaringan pakan dengan demikian akan menimbulkan produktivitas sekunder, tersier dan seterusnya sesuai dengan posisinya dalam trophic level Azhari 1994. Menurut Nontji 2008 produktivitas primer dapat dibagi ke dalam 2 jenis yaitu 1 produkstfitas primer kotor gross primary productivity adalah produktivitas primer zat organik dalam jaringan tumbuhan, termasuk yang digunakan untuk respirasi, 2 produktivitas primer bersih net primary productivity adalah produktivitas primer kotor dikurangi dengan yang digunakan dalam respirasi. Hasil produktivitas primer inilah yang dapat dialihkan ke berbagai komponen ekosistem di laut. Pengukuran produktivitas primer kini dapat dilakukan secara langsung di lapangan atau secara tidak langsung dengan pendugaan dari hasil pengukuran klorofil di laut atau dengan penerapan teknologi inderaja remote sensing. Kemampuan fotosintesis tidak lepas dari kandungan klorofil yang dimiliki oleh fitoplankton. Salah satu jenis klorofil yang keberadaannya hampir terdapat pada semua jenis fitoplankton adalah klorofil-a Nontji, 2008. Klorofil-a berkaitan erat dengan produktivitas primer yang ditunjukkan besarnya biomassa fitoplankton yang menjadi rantai pertama makanan ikan pelagis kecil. Klorofil-a adalah pigmen yang mampu melakukan fotosintesis dan terdapat pada hampir seluruh organisme fitoplankton dan tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol, dietil eter, benzen dan aseton dengan absorbsi yang maksimum oleh klorofil-a bersama pelarutnya terjadi pada panjang gelombang 430 nm dan 663 nm Simbolon et al, 2009. Selanjutnya Simbolon et al. 2009 menjelaskan bahwa sebaran klorofil-a bervariasi secara geograris maupun berdasarkan kedalaman perairan. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari dan konsentrasi nutrien yang terdapat di suatu perairan. Pada daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya nutrien yang dihasilkan melalui proses fisik massa air, karena massa air dalam mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke lapisan permukaan ketika terjadi upwelling. Sebaran klorofil-a di dalam kolom perairan sangat tergantung pada konsentrasi nutrien. Konsentrasi nutrien di lapisan permukaan sangat sedikit dan akan meningkat pada lapisan termoklin dan lapisan di bawahnya. Hal mana juga dikemukakan oleh Brown et al. 1989 bahwa nutrien memiliki konsentrasi rendah dan berubah - ubah pada permukaan laut dan konsentrasinya akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman serta akan mencapai konsentrsi maksimum pada kedalaman antara 500 – 1500 m. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Berdasarkan penelitian Nontji 1974 vide Presetiahadi, 1994 nilai rata - rata kandungan klorofil di perairan Indonesia sebesar 0,19 mgm 3 , nilai rata - rata pada saat berlangsung musim timur 0,24 mgm 3 menunjukkan nilai yang lebih besar daripada musim barat 0,16 mgm 3 . Daerah dengan nilai klorofil-a tinggi mempunyai hubungan erat dengan adanya proses penaikan massa airupwelling Laut Banda, Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa, proses pengadukan dan pengaruh sungai - sungai Laut Jawa, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

2.2.3 Salinitas