3.4.3 Prediksi daerah penangkapan potensial ikan layang Decapterus spp
Prediksi daerah penangkapan potensial ikan layang Decapterus spp di perairan Kendari dan Laut Banda menggunakan analisis multi criteria analysis
MCA dengan pendekatan metode skoring. Kategori daerah penangkapan ikan potensial dibagi kedalam 3 kelompok yaitu potensial tinggi, sedang dan kurang
potensial. Parameter yang digunakan untuk perairan Kendari meliputi citra suhu permukaan laut mingguan, citra klorofil-a mingguan, fenomena upwelling,
thermal front dan catch per unit effort CPUE dengan bobot yang sama diberikan kepada setiap parameter yaitu 0,20 atau 20 dengan asumsi bahwa setiap
parameter memiliki pengaruh yang sama dalam menentukan daerah penangkapan ikan di perairan Kendari.
Parameter yang digunakan dalam penentuan daerah penangkapan ikan di Laut Banda menggunakan nilai rata - rata parameter citra suhu permukaan laut dan
klorofil-a bulanan, fenomena upwelling dan thermal front antara tahun 2008- 2010. Penyusunan peta prediksi daerah penangkapan ikan di Laut Banda
kemudian dikelompokkan kedalam 4 musim yaitu musim barat, peralihan barat- timur, musim timur dan musim peralihan barat-timur. Nilai pembobotan yang
diberikan untuk prediksi daerah penangkapan ikan di Laut Banda pada masing - masing parameter sebesar 0.25 atau 25, dengan asumsi bahwa parameter suhu
permukaan laut, klorofil-a, thermal front dan upwelling, memberikan pengaruh yang sama terhadap pembentukan daerah penangkapan ikan di Laut Banda.
3.4.3.1 Produktivitas hasil tangkapan
Analisis yang digunakan adalah analisis catch per unit effort CPUE. berupa data hasil tangkapan dan upaya penangkapan triphauling. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut Gulland, 1983 :
= ℎ
Keterangan : CPUE
i
= Hasil tangkapan perunit upaya alat tangkap ke-a pada periode ke-t
Catch
i
= Hasil tangkapan alat tangkap ke-a pada periode ke-t ton Effort
i
= Upaya penangkapan alat tangkap ke-a pada periode ke-t
Hasil analisis CPUE bulanan diperbandingkan dengan data citra rata-rata suhu permukaan laut dan klorofil-a sehingga dapat dilihat keterkaitan dengan
sebaran SPL dan klorofil-a satelit Aqua MODIS secara temporal bulan. Nilai CPUE kemudian dibagi kedalam 3 kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Ketentuan yang digunakan berdasarkan tingkat pendapatan nelayan terhadap hasil tangkapan pada setiap fishing ground. Jika pendapatan nelayan memberikan
keuntungan, maka tergolong memiliki CPUE tinggi, pendapatan nelayan mengalami impas maka tergolong CPUE sedang, dan jika pendapatan nelayan
mengalami kerugian, maka CPUE tergolong rendah. Pemberian skor pada setiap ketegorisasi CPUE selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Klasifikasi parameter CPUE sebagai indikator daerah penangkapan ikan
No. Nilai CPUE kghauling
Indikator CPUE kghauling
Klasifikasi Keuntungan hauling
Skor 1
≥ 600 Tinggi
Untung 3
2 300 - 600
Sedang Impas
2 3
≤ 300 Rendah
Rugi 1
3.4.3.2 Suhu permukaan laut dan klorofil-a
Kategori suhu permukaan laut SPL dibagi kedalam 2 kategori yaitu SPL optimum dan tidak optimum. Setiap kategori diberikan skor tertentu. Kisaran SPL
optimum diperoleh berdasaran hasil analisis regresi SPL tterhadap hasil tangkapan ikan layang. Adapun klasifikasi suhu permukaan laut dan pemberian skor dapat
dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Klasifikasi parameter suhu permukaan laut sebagai indikator daerah
penangkapan potensial ikan layang
No. Klasifikasi Suhu Permukaan Laut Skor
1 SPL Optimum 3
3 SPL Tidak Optimum 1
.
Kategori klorofil-a dibagi kedalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah Muhsoni et al, 2009, Prasetyo dan Suwarso, 2010, Zainuddin, 2011
. Ketentuannya yaitu jika nilai klorofil-a lebih kecil dari 0,3 mgm
3
diberi bobot 1, nilai klorofil-a berkisar antara 0,30-0.75 mgm
3
diberi bobot 2 dan jika klorofil-a berada lebih besar dari 0,75 mgm
3
diberi nilai 3 Tabel 10.
Tabel 10 Klasifikasi parameter klorofil-a sebagai indikator daerah penangkapan potensial ikan layang
No. Klasifikasi Klorofil-a
Kisaran Klorofil-a mgm
3
Skor 1
Tinggi X 0.75
3 2
Sedang 0.30 X ≥ 0.75
2 3
Rendah X ≤ 0.30
1
Sumber : Data Lapangan, DKP. Kab. Pangkep 2009, Muhsoni et al 2009, Prasetyo dan Suwarso 2010, Zainuddin 2011, dimodifikasi.
3.4.3.3 Thermal front dan upwelling