Thermal front dan upwelling Standarisasi Nilai Indikator Daerah Penangkapan Ikan

Tabel 10 Klasifikasi parameter klorofil-a sebagai indikator daerah penangkapan potensial ikan layang No. Klasifikasi Klorofil-a Kisaran Klorofil-a mgm 3 Skor 1 Tinggi X 0.75 3 2 Sedang 0.30 X ≥ 0.75 2 3 Rendah X ≤ 0.30 1 Sumber : Data Lapangan, DKP. Kab. Pangkep 2009, Muhsoni et al 2009, Prasetyo dan Suwarso 2010, Zainuddin 2011, dimodifikasi.

3.4.3.3 Thermal front dan upwelling

Analisis thermal front mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Cayula dan Cornillon 1992 menggunakan software Marine Geospasial Tools yang diintegtrasikan dengan ArcGIS Lampiran 14. Sedangkan analisis upwelling mengacu pada Simbolon dan Tadjuddah 2008 yaitu analisis dilakukan terhadap citra SPL dan klorofil-a dengan ketentuan wilayah yang memiliki SPL yang lebih hangat yang dikelilingi oleh SPL yang tinggi serta kandungan konsentrasi klorofil-a yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah sekitarnya. Thermal front dan upwelling dianalisis secara spasial dan temporal setiap bulannya antara tahun 2008-2010. Alat yang digunakan untuk memudahkan dalam analisis thermal front dan upwelling menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Kategori thermal front dibagi kedalam 2, yaitu ada atau tidaknya fenomena thermal front. Ketentuan yang digunakan adalah jika sebuah wilayah terjadi fenomena thermal front diberi skor 3 dan jika tidak terjadi diberi skor 1 Tabel 11. Tabel 11 Klasifikasi parameter thermal front sebagai indikator daerah penangkapan ikan No. Klasifikasi Thermal Front Skor 1 Terjadi 3 2 Tidak Terjadi 1 Ketentuan yang digunakan dalam menilai ada atau tidaknya fenomena upwelling sama dengan ketentuan yang digunakan dalam menilai thermal front. Kategori dibagi kedalam 2, yaitu ada atau tidaknya upwelling. Klasifikasi parameter upwelling dan pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Klasifikasi parameter upwelling sebagai indikator daerah penangkapan ikan No. Klasifikasi Upwelling Skor 1 Terjadi 3 2 Tidak Terjadi 1

3.4.3.4 Standarisasi Nilai Indikator Daerah Penangkapan Ikan

Persamaan yang digunakan untuk nilai masing-masing pada lokasi pengamatan perairan Kendari dan Laut Banda menggunakan metode distribusi frekuensi. Guna memudahkan dalam proses analisis daerah penangkapan ikan potensial di perairan Kendari dan Laut Banda maka digunakan fasilitas analysis spatial pada perangkat lunak ArcGIS. Adapun tahapan penentuan nilai selang kelas setiap kategori DPI adalah sebagai berikut : 1 Menentukan banyaknya kelas yang dikehendaki. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang digunakan terbagi dalam 3 kelas, yaitu DPI potensial tinggi kelas pertama, DPI potensial sedang kelas kedua, dan DPI kurang potensial kelas ketiga. 2 Menghitung selang tiap-tiap parameter diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum dari tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya yang kemudian dibagi dengan jumlah klasifikasi DPI. Persamaan matematis sebagai berikut Pasek 2007 vide Sengaji dan Nababan, 2009 : = . max − . Keterangan : L = Selang nilai setiap kelas klasifikasi DPI n = Jumlah klasifikasi DPI 3 3 Setelah diperoleh nilai selang, selanjutnya dilakukan penjumlahan hasil perkalian antara bobot dan skor dari masing-masing parameter yang diamati pada setiap posisi pengamatan menggunakan persamaan Pasek, 2007 vide Sengaji dan Nababan, 2009 = Keterangan : N p : Nilai pada posisi pengamatan ke-p B ip : Bobot pada setiap parameter DPI SPL, klorofil-a, thermal front, dan upwelling ke-i posisi pengamatan ke-p S ip : Skor pada setiap parameter DPI ke-i posisi pengamatan ke-p 4 Total nilai penjumlahan hasil perkalian bobot dan skor dari masing-masing parameter pada setiap lokasi pengamatan disesuaikan dengan nilai selang pada masing-masing klasifikasi DPI sehingga diperoleh kelas kesesuaian DPI pada setiap posisi pengamatan. HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Tangkapan dan Armada Penangkapan