Profil Responden Pola Konsumsi Pangan Dan Gaya Hidup Dalam Menentukan Prevalensi Kanker Di Indonesia

20 Tabel 4. Distribusi responden berdasar faktor pola konsumsi terhadap prevalensi kanker

4.3.1. Hubungan faktor pola konsumsi makanan hewani berbahan

pengawet terhadap kanker Distribusi responden pada faktor pola konsumsi makanan hewani berbahan pengawet pada populasi kasus adalah 18.0 sering mengonsumsi, 53.9 kadang- kadang dan 28.1 tidak mengonsumsi, sedangkan pada populasi kontrol adalah 5.6 sering mengonsumsi, 66.7 kadang-kadang dan 27.8 tidak mengonsumsi. Pada populasi kasus lebih banyak yang sering mengonsumsi dibanding dengan populasi kontrol. Hasil uji regresi logistik mendapatkan nilai p = 0.040, menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pola konsumsi makanan hewani berbahan pengawet terhadap prevalensi kanker. Analisis risiko mendapatkan nilai OR = 3.200 untuk kelompok kadang-kadang mengonsumsi makanan hewani berbahan pengawet terhadap kelompok tidak pernah. Artinya kelompok kadang- kadang mengonsumsi makanan hewani berbahan pengawet memiliki risiko 3.2 kali lebih besar terkena kanker. Analisis risiko pada kelompok sering mengonsumsi terhadap kelompok tidak pernah memiliki nilai OR = 4.000, artinya kelompok sering mengonsumsi makanan heani berbahan pengawet memiliki resiko 4 kali lebih besar. Analisis hubungan konsumsi daging merah olahan terhadap kanker kolon juga diteliti oleh Nur 2003, dimana terdapat hubungan signifikan dengan nilai OR = 14.17 kali. Nilai ini bermakna bahwa responden yang mengonsumsi daging merah olahan terprediksi berisiko kanker kolon sebesar 14.17 kali dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi. Menurut WCRFAICR 2007, senyawa heterocyclic amines terbentuk ketika daging seperti sapi, babi, unggas dan ikan dimasak. Suhu pemasakan yang tinggi menyebabkan asam amino dan kreatin bereaksi bersamaan menghasilkan senyawa ini. Sampai saat ini terdapat tujuh belas senyawa heterocyclic amines No Variabel Kanker Tidak Kanker Total OR 95 CI P Value n n n Faktor Pola Konsumsi 1 Konsumsi makanan hewani berbahan pengawet Tidak Pernah 25 28.1 25 27.8 50 27.9 0.040 Kadang-kadang 48 53.9 60 66.7 108 60.3 3.200 1.016 – 10.076 Sering 16 18.0 5 5.6 21 11.7 4.000 1.367 - 11.703 Total 89 100.0 90 100.0 179 100.0 2 Konsumsi Sayuran Kadang-kadang 19 21.1 31 34.4 50 27.8 0.509 0.261 –0.993 0.046 Sering 71 78.9 59 65.6 130 72.2 Total 90 100.0 90 100.0 180 100.0 3 Konsumsi Buah Kadang-kadang 71 78.9 82 91.1 153 85.0 0.365 0.150 –0.883 0.022 Sering 19 21.1 8 8.9 27 15.0 Total 90 100.0 90 100.0 180 100.0 21 yang sudah diidentifikasi yang terbentuk karena proses pemasakan daging dan dapat menyebabkan risiko kanker. Semakin sering seseorang mengonsumsi makanan hewani berbahan pengawet, akan semakin sering pula tubuh menerima paparan senyawa karsinogenik yang terdapat pada makanan hewani berbahan pengawet.

4.3.2. Hubungan faktor pola konsumsi sayuran terhadap kanker

Distribusi responden untuk faktor pola konsumsi sayuran dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kelompok sering dan kelompok kadang-kadang mengonsumsi sayuran. Distribusi responden pada populasi kasus adalah 78.9 kelompok sering mengonsumsi dan 21.1 kelompok kadang-kadang mengonsumsi sayuran. Pada populasi kontrol terdiri dari 65.6 kelompok sering dan 34.4 kelompok kadang-kadang mengonsumsi sayuran. Hasil uji chi square mendapatkan nilai p = 0.046, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pola konsumsi sayuran terhadap prevalensi kanker. Analisis risiko mendapatkan nilai OR = 0.509, artinya faktor pola konsumsi sayuran merupakan faktor protektif. Kelompok yang kadang-kadang mengonsumsi sayuran memiliki risiko terkena kanker sebesar 10.509 atau 1.9 kali dibanding dengan kelompok yang sering mengonsumsi sayuran. Buah dan sayuran mengandung nutrisi tinggi seperti serat, vitamin, mineral, antioksidan dan fitokimia, yaitu senyawa kimia yang ditemukan secara alami dalam tanaman seperti flavonoid, karotenoid dan lignan. Buah dan sayuran juga memainkan peran penting dalam mengatur berat badan karena kepadatan energinya yang rendah, kandungan serat yang tinggi dan fungsinya untuk menggantikan makanan berenergi tinggi. Obesitas merupakan faktor risiko kanker colorectum, ginjal, pankreas, esofagus, endometrium dan payudara pada wanita pasca menopause. Bukti menunjukkan bahwa obesitas juga dapat dikaitkan dengan kanker kandung empedu dan liver. Oleh karena itu buah dan sayuran dapat mengurangi risiko kanker secara langsung melalui penyediaan agen anti- karsinogenik tertentu dan secara tidak langsung melalui peran mereka dalam manajemen berat badan CCA 2009

4.3.3. Hubungan faktor pola konsumsi buah terhadap kanker

Pola konsumsi buah dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu kelompok kelompok kadang-kadang dan kelompok yang sering mengonsumsi buah. Distribusi responden pada populasi kasus adalah 78.9 kelompok kadang-kadang dan 21.1 kelompok sering mengonsumsi buah. Pada populasi kontrol terdiri dari 91.1 kelompok kadang-kadang dan 8.9 kelompok sering mengonsumsi buah. Hasil uji chi square mendapatkan nilai p = 0.022, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pola konsumsi buah terhadap prevalensi kanker. Analisis risiko mendapatkan nilai OR = 0.365, artinya faktor pola konsumsi buah merupakan faktor protektif. Kelompok kadang-kadang memiliki kesempatan lebih besar 10.365 atau 2.7 kali terkena kanker dibanding dengan kelompok sering mengonsumsi buah. Beberapa komponen buah-buahan dan sayuran memiliki antioksidan kuat yang berfungsi untuk memodifikasi aktivasi metabolik dan detoksifikasi atau 22 disposisi dari karsinogen, bahkan mempengaruhi proses pertumbuhan sel tumor Wargovich MJ, 2000.

4.4. Peranan Faktor Gaya Hidup terhadap Kanker

Gaya hidup responden yang diteliti meliputi aktivitas fisik berat yang dilakukan setiap hari dan kebiasaan merokok. Semua faktor perilaku dan gaya hidup berbentuk kategori dan dianalisis lanjut dengan uji chi square. Distribusi responden berdasarkan faktor gaya hidup terhadap prevalensi kanker dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5. Distribusi responden berdasar faktor gaya hisup terhadap prevalensi kanker No Variabel Kanker Tidak Kanker Total OR 95 CI P Value n n n Faktor Gaya Hidup 1 Aktivitas fisik berat setiap hari Tidak 71 78.9 0.0 71 39.4 5.737 3.813 – 8.632 0.000 Ya 19 21.1 90 100.0 109 60.6 Total 90 100.0 90 100.0 180 100.0 2 Merokok Sering 12 13.3 42 46.7 54 30.0 6.611 3.098 - 14.110 0.000 Kadang-kadang 10 11.1 12 13.3 22 12.2 2.267 0.893 - 5.753 Tidak pernah 68 75.6 36 40.0 104 57.8 Total 90 100.0 90 100.0 180 100.0

4.4.1. Hubungan faktor aktivitas fisik terhadap kanker

Aktivitas fisik berat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu kelompok melakukan aktivitas fisik berat tiap hari dan kelompok yang tidak melakukan. Distribusi responden pada populasi kasus adalah 21 kelompok melakukan aktivitas fisik berat, dan 79 kelompok tidak melakukan aktivitas fisik berat. Pada populasi kontrol terdiri dari 100 kelompok yang melakukan aktivitas fisik berat. Hasil uji chi square mendapatkan nilai p = 0.000, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara faktor aktivitas fisik berat terhadap prevalensi kanker. Analisis risiko mendapatkan nilai OR = 5.737, artinya kelompok yang tidak melakukan aktivitas fisik berat memiliki risiko sebesar 5.7 kali dibanding kelompok yang melakukan aktivitas fisik berat setiap harinya. Penelitian menunjukkan aktif secara fisk dapat menurunkan risiko kanker. Aktivitas fisik yang rutin membantu menjaga berat badan yang sehat dengan cara menyetarakan kalori yang masuk dengan kalori yang dikeluarkan, dan juga mencegah beberapa kanker tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk mengatur hormone seksual, insulin dan prostaglandin, dan memiliki keuntungan lainnya pada sistem imun ACS 2007.