8 wanita. Mekanisme yang menyebabkan jenis kelamin menjadi bagian dari faktor
risiko terjadinya kanker adalah diduga ditemukan perbedaan daya terima reseptor androgen, estrogen dan progesteron di sel kanker serta sel normal Berta et al.
2003.
2.2.4 Faktor Klinis
Faktor klinis yang mempengaruhi penyakit kanker, diantaranya adalah indeks massa tubuh seseorang IMT dan kadar haemoglobin di dalam tubuh.
Indeks Massa Tubuh IMT
IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tingi badan kuadrat. Tinggi dan berat badan paling sering digunakan dalam pengukuran karena dapat
membantu mengevaluasi pertumbuhan seseorang dan menentukan status gizi nya. Indeks masa tubuh IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan
untuk mendeteksi masalah gizi. IMT ini dapat diukur secara antropometri. Antropometri adalah pengukuran bagian-bagian tubuh Kemenkes 2011.
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAOWHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa
batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1 –25,0; dan untuk perempuan
adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAOWHO menyarankan menggunakan
satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat
dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan
pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia berdasarkan berat badan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas ambang IMT berdasarkan berat badan Kategori
IMT Kurus
Kekurangan berat badan tingkat berat 17.0
Kekurangan berat badan tungkat ringan 17.0
– 18.4 Normal
18.5 – 25.0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan
25.1 – 27.0
Kelebihan berat badan tingkat berat 27.0
Obesitas ,
terutama peningkatan obesitas
abdominal ,
dikaitkan dengan peningkatan
risiko untuk pengembangan berkurangnya
sensitivitas terhadap
insulin CDCP, 2006, p
redisposisi perkembangan sindrom
metabolik ,
penyakit kardiovaskular
, diabetes
, dan beberapa jenis kanker
. Kebanyakan penelitian
epidemiologi mendukung peran obesitas
sebagai faktor risiko
endometrium 39,
esofagus 12,
ginjal ,
dan kanker usus besar
25 WHO 2003.
9
Hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-
paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan
keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi
pada gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui
adalah anemia sel sabit dan talasemia. Anemia diamati dalam berbagai keganasan termasuk pada penyakit kanker dan dianggap sebagai faktor prognosis yang buruk.
Anemia didefinisikan sebagai tingkat HB 120 g L dalam laki-laki dan 110 g L pada wanita. Pretreatment tingkat HB akan diperiksa pada kunjungan pertama
ke rumah sakit sebelum memulai kemoterapi. Tingkat HB dianalisis dengan seara otomatis melalui perangkat penghitungan sel darah lengkap ethylenediamine
Asam asetat tetra EDTA - anti darah digumpalkan. Tingkat hemoglobin didefinisikan sebagai 120- 160 g l untuk laki-laki dan 110- 150 g
l untuk wanita Deyan 2012.
Hemoglobin dalam daging merah memiliki efek mempromosikan pada proliferasi sel pada sel kanker dan dalam sel fibroblast kolon normal dengan
pelepasan ROS Reactive Oxigen Spesies. Selain itu, fenomena ini mengurangi sitotoksisitas obat antikanker, seperti 5-FU 5-fluorouracil dan 5-DFUR
5’- deoxy-5 Fluorouridine, pada sel-sel kanker usus, yang bisa menjadi faktor yang
merugikan selama kemoterapi dalam perawatan klinis Lee et al. 2006.
2.3. Gambaran umum RISKESDAS 2013
Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013 merupakan riset berbasis komunitas berkala sejak tahun 2007 yang mengumpulkan data dasar dan indikator
kesehatan yang merepresentasikan gambaran wilayah nasional, provinsi, dan kabupatenkota. Pelaksanaan pengumpulan data 2013 dilakukan pada bulan Mei-
Juni 2013, di 33 provinsi dan 497 kabupatenkota. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balitbangkes mengerahkan sekitar 10.000 enumerator
yang menyebar di seluruh kabupatenkota, seluruh peneliti Balitbangkes, dosen Poltekkes, Jajaran Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota, serta
Perguruan Tinggi. Cakupan wilayah provinsi pengumpulan data 2013 dapat dilihat pada Gambar 1.