Latar Belakang Pola Konsumsi Pangan Dan Gaya Hidup Dalam Menentukan Prevalensi Kanker Di Indonesia

7 moderat ke intens minimal satu jam dalam sehari, dan aktivitas intens minimal 3 hari dalam seminggu. Menyetarakan kegiatan fisik dan asupan energi adalah cara terbaik untuk menjaga berat badan yang sehat. Aktivitas fisik yang moderat memerlukan usaha yang sama seperti jalan cepat, sepeda santai, memotong rumput dan yoga sebagai contohnya. Aktivitas fisik yang intens menyertakan pergerakan otot secara keseluruhan dan peningkatan detak jantung yang nyata, nafas yang cepat dan dalam, dan berkeringat. Sebagai contohnya adalah lari santai, berenang, senam aerobik, bela diri, ski dan tenis lapangan.Individu yang tidak terbiasa harus memulai dengan aktivitas fisik yang ringan, mencapai target yang diinginkan dalam beberapa waktu. Aktivitas fisik yang dilakukan tetap bermanfaat walau masih di batas bawah yang direkomendasikan. Pria di atas 40 tahun, wanita di atas 50 tahun, dan dewasa dengan penyakit serius atau berisiko penyakit jantung sebaiknya berkonsultasi ke para ahli sebelum melakukan aktivitas fisik yang intens. Seseorang dengan kanker sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai aktivitas fisik yang cocok untuk mereka. ACS 2007. Kebiasaan Merokok Alkohol dan tembakau secara terpisah atau dalam kombinasi keduanya, berkaitan dengan peningkatan risiko berbagai jenis kanker, termasuk saluran pencernaan dan pernafasan bagian atas,dan hati. Alkohol dan tembakau dapat meningkatkan risiko kanker rongga mulut dan tenggorokan faring, dan penggunaan gabungan keduanya memiliki efekrisiko berganda. Selain itu, daerah- daerah mulut dan faring yang langsung terkena alkohol atau tembakau lebih mungkin terkena kanker dibanding daerah lain. Efek yang sama ditemukan sehubungan dengan kanker kotak suara laring. Untuk karsinoma selskuamosa esofagus, alkohol dan tembakau tampaknya memiliki efek sinergis meningkatkan risiko. Begitu juga sebaliknya dengan kanker hati, konsumsi alkohol dan penggunaan tembakau tampaknya menjadi faktor risiko independen Pelucchi et al. 2005.

2.2.3 Faktor Sosiodemografi Umur

Risiko berkembangnya kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia, sehingga usia,jenis kelamin, riwayat pribadi kesehatan keluarga, merupakan faktor risiko untuk kanker NJDOH 2002. Umur adalah faktor risiko yang tidak dapat diubah. Mekanisme usia dapat menyebabkan kanker, diduga antara lain adalah: 1. Mutasi DNA sel penyusun dinding kolon terakumulasi sejalan dengan bertambahnya umur, 2. Penurunan fungsi sistem kekebalan dan bertambahnya asupan agen-agen karsinogenik. Pembagian usia yang digunakan adalah 10-years age groups merunut pada Canadian Cancer Statistic adalah : 1. 40 tahun, 2. 40-50 tahun, 3. 50-60 tahun, 4. 60 tahun CCS 2011. Jenis Kelamin Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa risiko untuk terjadinya kanker meningkat dengan usia. Dalam setiap kelompok umur, prevalensi hingga dua kali lebih tinggi terdapat pada pria dibandingkan pada 8 wanita. Mekanisme yang menyebabkan jenis kelamin menjadi bagian dari faktor risiko terjadinya kanker adalah diduga ditemukan perbedaan daya terima reseptor androgen, estrogen dan progesteron di sel kanker serta sel normal Berta et al. 2003.

2.2.4 Faktor Klinis

Faktor klinis yang mempengaruhi penyakit kanker, diantaranya adalah indeks massa tubuh seseorang IMT dan kadar haemoglobin di dalam tubuh. Indeks Massa Tubuh IMT IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tingi badan kuadrat. Tinggi dan berat badan paling sering digunakan dalam pengukuran karena dapat membantu mengevaluasi pertumbuhan seseorang dan menentukan status gizi nya. Indeks masa tubuh IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mendeteksi masalah gizi. IMT ini dapat diukur secara antropometri. Antropometri adalah pengukuran bagian-bagian tubuh Kemenkes 2011. Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAOWHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1 –25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAOWHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk Indonesia berdasarkan berat badan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Batas ambang IMT berdasarkan berat badan Kategori IMT Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat 17.0 Kekurangan berat badan tungkat ringan 17.0 – 18.4 Normal 18.5 – 25.0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25.1 – 27.0 Kelebihan berat badan tingkat berat 27.0 Obesitas , terutama peningkatan obesitas abdominal , dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk pengembangan berkurangnya sensitivitas terhadap insulin CDCP, 2006, p redisposisi perkembangan sindrom metabolik , penyakit kardiovaskular , diabetes , dan beberapa jenis kanker . Kebanyakan penelitian epidemiologi mendukung peran obesitas sebagai faktor risiko endometrium 39, esofagus 12, ginjal , dan kanker usus besar 25 WHO 2003.