5,36 persen lainnya rendah. Bahkan, perempuan dari rumahtangga sejahtera yang memiliki pengambilan keputusan rendah di bidang pembentukan keluarga hanya
3,57 persen. Perempuan dari rumahtangga prasejahtera yang berkeputusan tinggi sebanyak 92,86 persen, sedangkan perempuan dari rumahtangga sejahtera
berjumlah 96,43 persen. Perbedaan persentase perempuan yang memiliki tingkat pengambilan keputusan rendah atau tinggi di bidang pembentukan keluarga
berkisar antara 85,72 – 92,96 persen. Pada rumahtangga prasejahtera, ada empat jenis keputusan yang diambil
oleh istri sendiri, sedangkan pada rumahtangga sejahtera ada tiga jenis. Di sisi lain, tidak ada keputusan yang diambil oleh suami sendiri. Hasil pada Tabel 25
diperkuat oleh hasil pada Tabel 26. Persentase responden yang memiliki pengambilan keputusan rendah di bidang pembentukan keluarga lebih sedikit
daripada responden yang memiliki pengambilan keputusan tinggi. Berdasarkan Tabel 25 dan Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan di
bidang keluarga didominasi oleh istri. Dominansi istri pada pengambilan keputusan di bidang pembentukan
keluarga berkaitan dengan pembagian kerja dalam rumahtangga. Jenis keputusan di bidang pembentukan keluarga 60 persen berkenaan dengan pengasuhan anak.
Pada sub-bab 7.2 telah dijelaskan bahwa pengasuhan anak adalah tugas istri. Oleh karena itu, keputusan yang berhubungan dengan anak diambil oleh perempuan.
Selain itu, ada dua jenis keputusan yang terkait dengan program keluarga berencana. Keputusan tentang program keluarga berencana diambil oleh istri
sendiri karena suami tidak tahu dan tidak ingin tahu tentang program ini. Salah seorang responden mengatakan bahwa suami ingin memiliki banyak anak,
sedangkan istri tidak menginginkan banyak anak terkait dengan kondisi ekonomi mereka.
7.3.5. Pengambilan
Keputusan di
Bidang Kegiatan
Sosial Kemasyarakatan
Pengambilan keputusan oleh perempuan dalam bidang sosial kemasyarakatan adalah tingkat dominansi perempuan dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan interaksi sosial antarmanusia di suatu masyarakat. Variabel ini diukur dengan tiga belas jenis keputusan. Keputusan ini
meliputi kegiatan selamatan, arisan, pengajian, Program Kesejahteraan Keluarga PKK, kerjabakti, dan Sistem Keamanan Lingkungan Siskamling.
Tabel 25. Jumlah dan Persentase Perempuan berdasarkan Dominansi Pengambilan Keputusan di Bidang Kegiatan Sosial Kemasyarakatan dan Kategori
Rumahtangga, di Dusun Jatisari, Tahun 2009
No. Jenis Keputusan
Rumahtangga Prasejahtera Rumahtangga Sejahtera
Dominansi n
Dominansi n
1. Penentuan acara
selamatan bersama setara
16 57,14 bersama setara
17 60,71
2. Biaya selamatan bersama setara
16 57,14 bersama setara
20 71,43
3. Pihak yang diundang bersama setara
16 57,14 bersama setara
13 46,43
4. Waktu selamatan bersama setara
17 60,71 bersama setara
17 60,71
5. Keikutsertaan dalam
arisan bersama setara
10 35,71 bersama setara
11 39,29
6. Waktu dan biaya
arisan bersama setara
10 35,71 bersama setara
16 57,14
7. Keikutsertaan dalam
pengajian bersama setara
13 46,43 bersama setara
12 42,86
8. Keikutsertaan dalam
undanganselamatan bersama setara
11 39,29
suami dominan
12 42,86
9. Biaya untuk
sumbangan bersama setara
15 53,57 bersama setara
12 42,86
10. Keikutsertaan dalam
PKK istri sendiri
14 50 istri sendiri
17 60,71
11. Waktu dan biaya
mengikuti PKK bersama setara
9 32,14 istri dominan
10 35,71
12. Keikutsertaan dalam
kerja bakti bersama setara
14 50 bersama setara
11 39,29
13. Keikutsertaan dalam
Siskamling suami sendiri
13 46,43 suami sendiri
23 82,14
Sebagian besar sebelas dari tiga belas jenis keputusan di bidang kegiatan sosial kemasyarakatan pada rumahtangga prasejahtera ditentukan secara
bersama oleh suami dan istri. Keputusan yang diambil secara bersama berkaitan dengan acara selamatan, arisan, pengajian, dan kerjabakti. Ada satu jenis
keputusan yang diambil oleh suami sendiri, yaitu keputusan tentang keikutsertaan suami dalam kegiatan Siskamling. Keikutsertaan dalam Siskamling diputuskan
oleh suami sendiri karena hanya suami yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Di lain pihak, keikutsertaan dalam kegiatan PKK diputuskan oleh istri
sendiri tanpa ada dominasi suami. Hal ini karena kegiatan PKK hanya diikuti oleh para istri.
Sementara itu, pada rumahtangga sejahtera, sembila dari tiga belas jenis keputusan di bidang kegiatan sosial kemasyarakatan diambil secara bersama oleh
suami dan istri. Keputusan yang diambil secara bersama berkaitan dengan acara
selamatan, arisan, pengajian, dan kerjabakti. Keikutsertaan dalam Siskamling diputuskan oleh suami sendiri tanpa ada dominasi istri, walaupun keputusan untuk
menghadiri undangan atau acara selamatan juga diambil oleh suami, tetapi suami masih mempertimbangkan pendapat istri. Berkebalikan dengan hasil di atas,
keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan PKK ditentukan oleh istri sendiri tanpa ada dominasi suami.
Perbedaan antara rumahtangga prasejahtera dan sejahtera terletak pada pengambilan keputusan yang berhubungan dengan keikutsertaan dalam undangan
atau acara selamatan, serta waktu dan biaya mengikuti kegiatan PKK. Keikutsertaan dalam undangan atau acara selamatan diputuskan secara bersama
oleh suami dan istri pada rumahtangga prasejahtera, sedangkan suami pada rumahtangga sejahtera mengambil keputusan tersebut dengan pertimbangan yang
diberikan oleh istri. Demikian pula pengambilan keputusan tentang waktu dan biaya mengikuti PKK. Istri pada rumahtangga prasejahtera memutuskan hal
tersebut bersama-sama dengan suami, sedangkan pendapat suami pada rumahtangga sejahtera hanya digunakan sebagai masukan untuk istri dalam
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan oleh perempuan dalam bidang sosial
kemasyarakatan dikategorikan menjadi: rendah jumlah skor 13 – 39 dan tinggi jumlah skor 40 – 65. Informasi tentang pengambilan keputusan bidang kegiatan
sosial kemasyarakatan dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini. Tabel 26. Jumlah dan Persentase Perempuan berdasarkan Pengambilan Keputusan
Bidang Kegiatan Sosial Kemasyarakatan dan Kategori Rumahtangga, di Dusun Jatisari, Tahun 2009
Pengambilan Keputusan Bidang Kegiatan Sosial Kemasyarakatan
Rumahtangga Prasejahtera Rumahtangga Sejahtera
n n
Rendah 20
71,43 15
53,57 Tinggi
8 28,57
13 46,43
Jumlah 28
100 28
100
Sebanyak 71,43 persen perempuan dari rumahtangga prasejahtera memiliki tingkat pengambilan keputusan rendah di bidang kegiatan sosial
kemasyarakatan, sedangkan 28,57 persen sisanya tinggi. Di lain pihak, 53,57 persen perempuan dari rumahtangga sejahtera memiliki tingkat pengambilan
keputusan rendah di bidang yang sama, sedangkan 46,43 persen lainnya tinggi.
Selisih persentase diantara kedua kategori rumahtangga adalah 17,86 persen. Persentase perempuan dari rumahtangga prasejahtera yang memiliki tingkat
pengambilan keputusan tinggi atau rendah terpaut 42,86 persen. Jumlah ini lebih tinggi daripada selisih persentase perempuan dari rumahtangga sejahtera yang
memiliki tingkat pengambilan keputusan tinggi atau rendah yang hanya berbeda 7,14 persen.
Berdasarkan Tabel 28 dapat disimpulkan bahwa perempuan pada rumahtangga sejahtera lebih mendominasi pengambilan keputusan di bidang ini
daripada perempuan pada rumahtangga prasejahtera. Persentase responden yang memiliki
pengambilan keputusan
rendah di
bidang kegiatan
sosial kemasyarakatan lebih banyak daripada responden yang memiliki pengambilan
keputusan tinggi. Berdasarkan Tabel 27 dan Tabel 28 dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan di bidang kegiatan sosial kemasyarakatan didominasi oleh
suami. Suami mendominasi pengambilan keputusan bidang kegiatan sosial
kemasyarakatan, terutama pada rumahtangga prasejahtera. Pada rumahtangga sejahtera, jumlah perempuan yang memiliki pengambilan keputusan rendah dan
tinggi hanya terpaut 7,14 persen. Data ini menginformasikan bahwa pada rumahtangga sejahtera, suami dan istri memiliki kekuasaan yang hampir sama
dalam mengambil keputusan. Dominansi suami pada pengambilan keputusan di bidang ini terkait dengan peran suami yang lebih tinggi di sektor publik
dibandingkan dengan peran perempuan. Anggota rumahtangga yang lebih diharapkan datang pada kegiatan rapat dan arisan RT misalnya, adalah suami. Jika
suami berhalangan hadir, baru istri yang diharapkan dapat mewakili suami.
BAB VIII PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA
PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA
8.1. Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pengambilan