Kerangka Teori Legalitas Jual Beli Tanah Pertanian Berdasarkan Hukum Adat : Studi Pada Masyarakat Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir

9 Jual Beli Tanah Pertanian Berdasarkan Hukum Adat : Studi Pada Masyarakat Di Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir”, belum pernah dilakukan sebelumnya. Namun hasil cek bersih dari Tata Usaha Pascasarjana Kenotariatan Universitas Sumatera Utara penelitian tentang jual beli tanah pernah dilakukan oleh : 1. Nursuhadi, Nim : 002111035 dengan judul : Penyimpangan Mengenai Peralihan Hak Atas Tanah Studi Mengenai Penyimpangan Jual Beli Tanah Bersertifikat Hak Milik Di Kecamatan kota Kisaran Barat, Kabupaten Asahan. 2. Wuryandari Dwi Astuti, Nim : 017011066 : Keabsahan Jual Beli Tanah Hak Tanpa melalui PPAT Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan. 3. Febrina Lorence Sitepu, Nim : 097005022 dengan judul : Analisis Mengenai Perlindungan Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Tanah Berikut Bagunan Diatasnya. Dengan demikian, penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problema yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis bagi peneliti yuridis empiris tentang legalitas jual beli tanah pertanian berdasarkan hukum adat pada masyarakat Kecamatan Uluan 10 Kabupaten Toba Samosir, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui. 18 Kerangka Teori merupakan susunan dari beberapa anggapan anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi landasan, acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan, 19 sedangkan teori itu sendiri adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik, tetapi merupakan suatu abstraksi intektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. 20 Gorys Keraf 21 mendefinisikan teori sebagai asas-asas umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Konstinuitas perkembangan ilmu hukum, selain tergantung pada metodelogi aktivitas penelitian dan imajinitas sosial sangat ditentukan oleh teori. 22 Kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk memahami legalitas dan akibat hukum jual beli tanah pertanian berdasarkan hukum adat pada masyarakat Kecamatan uluan Kabupaten Toba Samosir sebagai kaidah 18 M.Solly Lubis, 1994, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Halaman 80. 19 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, Halaman 73. 20 Op. Cit., Halaman 27. 21 Gorys Keraf, 2001, Argumentasi Dan Narasi, Gramedia, Jakarta, Halaman 47. 22 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, Halaman 6. 11 hukum atau sebagai isi kaidah hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan. Teori kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran positivisme yang lebih melihat hukum itu sebagai sesuatu otonom atau hukum dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya karena hukum itu otonom, sehingga semata-mata untuk kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Jadi Kerangka Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum yaitu sebagaimana diuraikan oleh H. Affan Mukti, : Keanekaan suku dan adat istiadat yang sejak dulunya sudah ada di Indonesia maka tanpa disadari pelaksanaan kegiatan jual beli mengenai pertanahan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat tidak akan memberikan adanya kepastian hukum serta akan menimbulkan kesengsaraan bagi pemilik tanah namun dengan UUPA dapat memberikan menjamin akan kepastian hak serta menentukan apa yang menjadi hak dan kewajiban bagi pihak yang melakukan perjanjian tersebut. 23 Kepastian hukum merupakan syarat untuk melahirkan ketertiban. Untuk mencapai ketertiban hukum diperlukan adanya keteraturan dalam masyarakat. Hukum diartikan sebagai tata hukum atas hukum positif tertulis. 24 Keberlakuan hukum ditengah masyarakat bukan lagi untuk mencapai keadilan semata, tetapi juga harus memberikan kepastian. Kepastian hukum diharapkan dapat menjadi pedoman, baik bagi masyarakat maupun bagi aparatur hukum dalam mengambil keputusan. 25 23 H. Affan Mukti, 2010, Pembahasan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, USU Press, Medan, Halaman 20. 24 Suhaidi, Bahan Kuliah Teori Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana USU, Halaman 8. 25 Bismar Nasution dan Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Teori Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana USU. 12 Usaha menuju kepastian hukum atas tanah tercantum dalam ketentuan- ketentuan dari pasal-pasal yang mengatur tentang pendaftaran tanah, dalam pasal 19 UUPA disebutkan, untuk menjamin kepastian hukum dari hak-hak atas tanah, UUPA mengharuskan pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia yang bersifat Recht Kadaster artinya yang bertujuan menjamin kepastian hukum, dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah, maka pihak-pihak yang bersangkutan dengan mudah dapt mengetahui status hukum dari tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas dan batas-batasnya, siapa yang empunya dan beban- beban apa yang melekat di atas tanah tersebut. 26 Menurut Van Kant tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya. 27 Hukum setidaknya mempunyai 3 tiga peranan utama dalam masyarakat antara lain : a. Sebagai sarana pengendali sosial. b. Sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi sosial c. Sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu. 28 Kerangka teori bertujuan untuk mencari kepastian hukum dari perbandingan dua sistem hukum yang dilakukan yaitu kepastian hukum jual beli di bidang Hukum Agraria pertanahan dalam pemberlakuan jual beli tanah pertanian menurut hukum 26 Adrian Sutedi, Op. Cit., Halaman 132. 27 Jonathan Sarwono, 2006, Metode Penelitian Hukum Kuantitatif Dan Kualitatif,Graha Ilmu, Yogyakarta, Halaman 74. 28 Budiono Kusumohamidjojo, 1999, Ketertiban Yang Adil Problematik Filsafat Hukum, Grasindo, Jakarta, Halaman 126. 13 adat ke dalam hukum Nasional UUPA. Kepastian hukum tidak hanya mencakup hukum in concreto pada saat penegakan dan penerapan. Kepastian Hukum ditemukan juga oleh tatanan hukum in concreto. Begitu pula proses peradilan apalagi proses peradilan bukanlah satu-satunya tempat final menemukan kepastian hukum. Paling kurang, ada lima komponen yang mempengaruhi kepastian hukum yaitu peraturan perundang-undangan, pelayanan birokrasi, proses peradilan, kegaduhan politik dan kegaduhan sosial. 29 Dengan demikian dalam kerangka teori ini memakai teori kepastian hukum dan perbandingan hukum, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hall menegaskan : “ to be sapiens is to be a comparatist”. 30 Melalui sejarah yang panjang, tek nik perbandingan ternyata telah memberikan kontribusi yang teramat penting dan berpengaruh diseluruh bidang ilmu alam dan ilmu sosial. Dalam hal ini, perbandingan hukum mempunyai signifikansi terhadap bidang hukum. Artinya, perbandingan hukum mencoba untuk mempelajari dan meneliti hukum dengan menggunakan perbandingan yang sistematik dari dua atau lebih sistem hukum, bagian hukum, cabang hukum, serta aspek-aspek yang terkait dengan ilmu hukum. Sistem hukum yang dimaksud dalam penelitian ini berangkat dari konsep Lawrence Meir Friedman yaitu : 1. structure struktur adalah kerangka atau kerangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi semacam bentuk dan 29 Sulaikin Lubis, Wismar’Ain Marzuki dan Gemala Dewi, 2008, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Halaman 72. 30 Hall, 1963, Comparative Law And Soscial Theory, Baton Rouge, Halaman 9. Sebagaimana dikutip oleh Doddi Panjaitan dalam web sitenya, yaitu http:doddipanjaitan.Blogspot. comfeeds 646335829640532399commentsdefault, Friday, January 25, 2008, mengenai Perbandingan Hukum 3. 14 batasan terhadap keseluruhan, 2. substance substansi adalah aturan, norma dan perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi juga berarti produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mancakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun, dan 3. legal cultur kultur hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapannya. Dengan kata lain kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menetukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. 31 Demikian teori kepastian hukum yang digunakan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan teori yang dikemukakan oleh Ter Haar yaitu teori Beslissingenleer teori keputusan bahwa hukum adat adalah seluruh peraturan- peraturan yang menjelma pada keputusan-keputusan para fungsionaris hukum dalam arti luas yang mempunyai wibawa macht serta pengaruh invloed dan yang dalam pelaksanaannya berlaku serta merta spontan dan dipatuhi dengan sepenuh hati. 32 Para fungsionaris hukum tersebut terdiri dari kepala adat, rapat desa, wali tanah, petugas-petugas di lapangan agama, petugas-petugas desa lainnya. 33 Keputusan itu bukan saja hanya mengenai suatu sengketa yang resmi, tetapi juga di luar itu, berdasarkan nilai-nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan hidup 31 Achmad Ali, 2005, Keterpurukan Hukum Di Indonesia Penyebab Dan Solusinya, Ghalia Indonsia Anggota IKAPI, Makassar, Hal. 1-2. 32 Ojak Nainggolan, 2005, Pengantar Ilmu Hukum, Indonesia Media Law Policy Centre IMPLC, Medan, Halaman 109. 33 Ibid. 15 kemasyarakatan angota-anggota persekutuan itu. 34 Artinya ”Keputusan tersebut dapat berupa sebuah persengketaan, akan tetapi juga diambil berdasarkan kerukunan dan musyawarah. Dalam tulisannya Ter Haar juga menyatakan bahwa hukum adat dapat timbul dari keputusan warga masyarakat”. 35 Untuk mendapatkan kepastian hukum atas sebidang tanah, memerlukan perangkat hukum yang tertulis, lengkap, jelas dan dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hal tersebut tercapai melalui pendaftaran tanah. 36 Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. 37 Demikian pengertian pendaftaran tanah dalam ketentuan umum Pasal 1 PP No. 24 Tahun 1997. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktiannya yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis, sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan, artinya hukum 34 Bushar Muhammad, 1975, Asas-Asas Hukum Adat, Pradnya Pramita, Jakarta, Halaman 9. 35 http:pengertianpendidikan.compengertian-hukum-adat, Rabu, tanggal 8 Mei 2013. 36 Florianus SP Sangsun, Loc. Cit. 37 Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesi Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Djambatan, Jakarta, Halaman 460. 16 hanya memberikan jaminan atas bukti hak kepemilikan tersebut kepada seseorang, dan bukti ini tidak satu-satunya sebagai bukti, hanya alat bukti yang kuat saja. 38 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang sudah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah telah diperkaya dengan ketentuan Pasal 19 UUPA yaitu: 39 a. Bahwa diterbitkannya sertifikat hak atas tanah, maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum. b. Di zaman informasi ini maka Kantor Pertanahan sebagai Kantor di garis depan haruslah memelihara dengan baik setiap informasi yang diperlukan untuk sesuatu bidang tanah, baik untuk pemerintah sendiri sehingga dapat merencanakan pembangunan Negara dan juga bagi masyarakat sendiri informasi itu penting untuk dapat memutuskan sesuatu yang diperlukan terkait tanah. Informasi tersebut terbuka untuk umum, artinya dapat diberikan informasi apa saja yang diperlukan atas sebidang tanahbangunan yang ada. c. Untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan suatu hal yang wajar. 40 Demikian juga pendapat Maria Sumarjono : Bahwa UUPA menganut sistem registration of title pendaftaran hak. Dalam hal jual beli hak milik atas tanah didasarkan pada hukum adat, dimana jual beli bersifat tunai, maka saat beralihnya hak kepada sipembeli adalah saat jual beli dilakukan dihadapan PPAT. Namun demikian untuk mengikat pihak ketiga termasuk pemerintah, setelah dilakukan jual beli dihadapan PPAT, harus dilakukan pendaftaran terlebih dahulu. 41 Pasal 5 UUPA yang berbunnyi sebagai berikut : Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang ini dan dengan 38 Mhd. Yamin Lubis Dan Abd. Rahim Lubis, Op. Cit., Halaman 112. 39 Adrian Sutedi, Op. Cit., Halaman 116. 40 A.P. Parlidungan, 1999, Pendaftaran Tanah Di Indonesia, Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, Mandar Maju, Bandung, Halaman 2. 41 Maria S.W. Sumardjono sebagaimana dikutip oleh Adrian Sutedi, Op.Cit., Halaman 85. 17 peraturan perundangan lainnya, segala sesuatunya dengan mengindahkan unsur- unsur yang bersandar kepada hukum agama. Dari ketentuan Pasal 5 dapat disimpulkan bahwa hukum adat yang merupakan dasar hukum agraria itu haruslah hukum adat yang : 1. tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa; 2. tidak bertentangan dengan sosialisme Indonesia; 3. tidak bertentangan dengan UUPA dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan demikian akibatnya dalam peralihan hak atas tanah khususnya jual beli tanah, sebelum berlakunya UUPA juga dikenal dua lembaga hukum jual beli tanah, yaitu yang diatur oleh KUHPerdata dan yang diatur oleh hukum adat. Dalam hukum adat, pada dasarnya setiap perbuatan hukum yang mengakibatkan terjadinya pemindahan suatu hak atas tanah seperti jual beli tanah akan mendapat perlindungan hukum jika perbuatan hukum itu dilakukan secara sah. Untuk menjamin bahwa suatu jual beli itu sah, maka harus dilakukan secara terang, suatu perbuatan hukum jual beli dilakukan secara terang, jika dilaksanakan dengan sepengetahuan pimpinan persekutuan atau kepala desa yang sekaligus bertindak sebagai saksi dan menjamin sahnya perbuatan hukum jual beli tersebut. Menurut Hilman Hadikusuma : Bagi masyarakat adat dalam tata cara jual beli tanah, bukan unsur subjektif atau objektif tetapi terlaksana dan terjadinya perjanjian itu didasarkan pada kesepakatan bulat mufakat tunai dan tidak tercela, yang dimaksud tidak tercela yaitu masyarakat lingkungannnya tidak ada yang mempersoalkan, tidak ada yang merasakan terjadinya perjanjian itu tidak baik. Sebaliknya walaupun perjanjian 18 itu dibuat dihadapan Kepala Kampung jika masyarakat mempersoalkan, menganggap hal itu tidak baik, maka perjanjian itu sebenarnya tidak sah. 42

2. Konsepsi