Bentuk Perjanjian Jual Beli di Lokasi Penelitian 1.

82

BAB IV LEGALITAS JUAL BELI TANAH PERTANIAN BERDASARKAN

HUKUM ADAT PADA MASYARAKAT KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR

A. Bentuk Perjanjian Jual Beli di Lokasi Penelitian 1.

Desa Marom Wawancara kepada para responden di Desa Marom yaitu bahwa pelaksanaan peralihan hak atas tanah pertanian yang dilakukan para pihak dibuat dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk surat perjanjian jual beli tanah. Di mana isi dari surat perjanjian tersebut antara lain : a. Judul Surat Perjanjian Jual Pate; b. Identitas Pihak I dan Pihak II nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal; c. Ukuran luas dengan benih; d. Harga tanah diukur dengan 10 x lipat dari harga sekali panen padi; e. Batas-batas tanah Utara, Selatan, Barat, Timur; f. Tanggung jawab Pihak I, apabila terjadi sengketa dikemudian hari; g. Tempat, tanggal, bulan, tahun penandatanganan perjanjian; h. Tanda tangan di atas meterai oleh Pihak I, Pihak II dan saksi-saksi serta 50 dari responden diketahui Kepala Desa. 2. Desa Sibuntuon Wawancara kepada para responden di Desa Sibutuon yaitu bahwa pelaksanaan peralihan hak atas tanah pertanian yang dilakukan para pihak dibuat 82 83 dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk surat perjanjian jual beli tanah. Di mana isi dari surat perjanjian tersebut antara lain : a. Judul Surat Perjanjian Jual Pate; b. Identitas Pihak I dan Pihak II nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal; c. Batas-batas tanah Utara, Selatan, Barat, Timur; d. Ukuran luas dengan benih; e. Harga tanah diukur dengan 10 x lipat dari harga sekali panen padi; f. Tanggung jawab Pihak I, apabila terjadi sengketa dikemudian hari; g. Tempat, tanggal, bulan, tahun penandatanganan perjanjian; h. Tanda tangan di atas meterai oleh Pihak I, Pihak II dan saksi-saksi. 3. Desa Partoruan Janji Matogu Wawancara kepada para responden di Desa Partoruan Janji Matogu yaitu bahwa pelaksanaan peralihan hak atas tanah pertanian yang dilakukan para pihak dibuat dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk surat perjanjian jual beli tanah. Di mana isi dari surat perjanjian tersebut antara lain : a. Judul Surat Perjanjian Jual Pate; b. Identitas Pihak I dan Pihak II nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal; c. Ukuran luas dengan benih; d. Harga tanah diukur dengan 10 x lipat dari harga sekali panen padi; e. Batas-batas tanah Utara, Selatan, Barat, Timur; f. Tanggung jawab Pihak I, apabila terjadi sengketa dikemudian hari; g. Tempat, tanggal, bulan, tahun penandatanganan perjanjian; 84 h. Tanda tangan di atas meterai oleh Pihak I, Pihak II dan saksi-saksi. 4. Desa Dolok Nagodang Wawancara kepada para responden di Desa Dolok Nagodang yaitu bahwa pelaksanaan peralihan hak atas tanah pertanian yang dilakukan para pihak dibuat dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk surat perjanjian jual beli tanah. Di mana isi dari surat perjanjian tersebut antara lain : a. Judul Surat Perjanjian Jual Gadai; b. Identitas Pihak I dan Pihak II nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal; c. Ukuran luas dengan benih; d. Harga tanah diukur dengan 10 x lipat dari harga sekali panen padi; e. Batas-batas tanah Utara, Selatan, Barat, Timur; f. Jangka waktu penebusan dan resiko daluarsa 25 reponden; g. Tanggung jawab Pihak I, apabila terjadi sengketa dikemudian hari; h. Tempat, tanggal, bulan, tahun penandatanganan perjanjian; i. Tanda tangan di atas meterai oleh Pihak I, Pihak II dan saksi-saksi. 5. Desa Lumban Holbung Wawancara kepada para responden di Desa Lumban Holbung yaitu bahwa pelaksanaan peralihan hak atas tanah pertanian yang dilakukan para pihak dibuat dalam bentuk tertulis yaitu dalam bentuk surat perjanjian jual beli tanah. Di mana isi dari surat perjanjian tersebut antara lain : a. Judul Surat Perjanjian Jual Pate; b. Identitas Pihak I dan Pihak II nama, umur, pekerjaan dan tempat tinggal; 85 c. Ukuran luas dengan benih; d. Harga tanah diukur dengan 10 x lipat dari harga sekali panen padi; e. Batas-batas tanah Utara, Selatan, Barat, Timur; f. Tanggung jawab Pihak I, apabila terjadi sengketa dikemudian hari; g. Tempat, tanggal, bulan, tahun penandatanganan perjanjian; h. Tanda tangan di atas meterai oleh Pihak I, Pihak II dan saksi-saksi serta 50 dari responden diketahui Kepala Desa. Melihat isi surat perjanjian tersebut di atas, maka surat tersebut termasuk dalam jenis akta di bawah tangan karena akta terdiri atas akta otentik dan akta di bawah tangan, sebagaimana pengertiannya diatur sebagai berikut: 1. Pasal 101 ayat a Undang-undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyatakan bahwa akta otentik adalah yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundang- undangan berwenang membuat surat itu dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya. Sedangkan dalam ayat b Pasal tersebut, menyatakan bahwa akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya. 2. Pasal 1868 KUHPerdata, menyatakan bahwa suatu akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu dan tempat akta itu dibuat. Sedangkan 86 Pasal 1874 KUHPerdata, menyatakan bahwa yang dianggap sebagai tulisan di bawah tangan adalah akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat, daftar, surat urusan rumah tangga dan tulisan-tulisan yang lain yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat umum. Berdasarkan pengertian dari akta otentik dan akta di bawah tangan sebagaimana tersebut di atas, bahwa keduanya dapat dipergunakan sebagai alat bukti, namun kekuatan pembuktiannya-lah yang berbeda. Akta di bawah tangan kekuatan pembuktiannya sangat tergantung pada kebenaran atas pengakuan atau penyangkalan para pihak atas isi dari akta dan masing-masing tandatangannya. Apabila suatu akta di bawah tangan diakui isi dan tandatangannya oleh masing- masing pihak maka kekuatan pembuktiannya hampir sama dengan akta otentik. bedanya terletak pada kekuatan pembuktian keluar, yang tidak secara otomatis dimiliki oleh akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1880 KUHPerdata tidak mempunyai kekuatan pembuktian keluar terhadap pihak ketiga terkecuali sejak hari dibubuhi pernyataan oleh seorang Notaris atau seorang pejabat lain yang ditunjuk oleh undang-undang dan dibukukan menurut aturan undang-undang. Demikian diatur pada Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyebutkan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 15 yang menyebutkan Notaris berwenang dalam hal perpindahan hak atas tanah : 87 1. Membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan danatau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik ayat 1; 2. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus ayat 2 huruf a; 3. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus ayat 2 huruf b; 4. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan ayat 2 huruf f. Berdasarkan Pasal 15 ayat 2 huruf f UUNJ tersebut, maka dalam praktek Notaris dapat membuat akta peralihan hak atas tanah yang sudah berakhir jangka waktunya dan sudah menjadi tanah negara, atau akta peralihan tanah yang belum bersertipikat seperti akta pengoperan hak, akta pengikatan jual beli dan akta pelepasan hak. Misalnya pelepasan hak atas tanah dalam rangka perolehan tanah bagi orang yang hendak mendapatkan tanah dilakukana dengan pemberian ganti kerugian atas dasar musyawarah dengan orang yang melepaskan hak tersebut. Tanah yang dilepaskan tersebut menjadi tanah negara dan kemudian diberikan kepada si pemberi ganti kerugian tersebut. Akta pelepasan hak atas tanah tersebut harus dibuat dengan disaksikan oleh pejabat yang berwenang seperti Notaris, Camat dan Kepala Kantor Pertanahan. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka permohonan pendaftaran hapusnya hak atas tanah tidak akan diterima sebagaimana diatur pada Pasal 131 ayat 3 Peraturan AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 88 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah Permenag No. 31997. Namun karena tidak adanya kepastian hukum antara wewenang PPAT dengan wewenang Notaris, maka dalam rancangan UUJN tahun 2012 bahwa Pasal 15 ayat 2 huruf f Undang-undang No. 30 tahun 2004 tentang jabatan Notaris dihapus. Sehingga dengan keluarnya revisi UUJN nantinya masih tahap proses, maka akan menjadikan akta Notaris dalam peralihan tanah tidak termasuk dalam akta otentik. Untuk bisa menjadi alat pembuktian yang sempurna, sesuatu akta di bawah tangan yang sudah diakui oleh yang bersangkutan bila belum dibubuhi meterai maka hutang bea meterai wajib dilunasi. Berkaitan dengan meterai atau bea meterai menurut Pasal 2 Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai disebutkan bahwa terhadap surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata maka dikenakan atas dokumen tersebut bea meterai. Demikian di lokasi penelitian bahwa bentuk surat perjanjian tersebut antara lain : 1. Dibuat dalam kertas segel dengan tulisan tangan dengan memakai meterai teraan; 2. Dibuat dalam kertas double folio dengan tulisan tangan dengan memakai meterai 6000 rupiah; 3. Dibuat dalam kertas A4 atau HVS dengan ketikan computer dengan memakai meterai Rp. 6000 enam ribu rupiah. 89 Artinya bahwa di lokasi penelitian bahwa setiap surat perjanjian jual beli yang dilakukan disesuaikan dengan peraturan meterai yang berlaku di Indonesia. Sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal yang dikenakan Bea Meterai, mengatur tentang tarif dari Bea Meterai dan bagaimana cara penerapannya. Di mana Tarif Bea Meterai itu sendiri dibagi atas 2 tarif, yaitu : Meterai Rp. 6.000 dan Meterai Rp. 3.000. Meterai Rp. 6.000 dikenakan atas dokumen-dokumen huruf a menyebutkan : surat perjanjian dan surat-surat lainnya antara lain: surat kuasa, surat hibah, dan surat pernyataan yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata. sedangkan huruf g menyebutkan : dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan, yaitu: 1 surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan; 2 Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula. Demikian juga dalam pasal 5 UUPA terdapat pernyataan bahwa hukum tanah nasional Indonesia adalah hukum adat, hukum adat yang dimaksud tentunya hukum adat yang di-saneer yang dihilangkan dari cacat-cacatnya disempurakan. 123 Artinya bahwa pelaksanaan peralihan tanah secara jual beli oleh warga masyarakat di lokasi penelitian yang dibuat dalam bentuk perjanjian di bawah tangan merupakan hukum 123 Adrian Sutedi, Op.Cit, Halaman 71. 90 adat yang di-saneer. Atau peralihan tanah berupa jual beli tidak secara lisan lagi melainkan sudah tertulis.

B. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Pertanian di Lokasi Penelitian