97 Faktor yang menjadi penghambat bagi kesesuaian lahan pertanian lahan basah adalah
kedalaman tanah dan drainase, sementara jika dilihat dari penggunaan lahan yang ada semak belukar dan hutan lahan kering sekunder dengan sisa-sisa penebangan. Untuk
dapat dikembangkan bagi pertanian lahan basah diperlukan usaha-usaha perbaikan terhadap kondisi tanah dan drainase sehingga bisa didapat kelas kesesuaian lahan
yang lebih baik, di samping perlu ekstensifikasi untuk mengatasi penggunaan lahan yang ada sehingga bisa dimanfaatkan bagi usaha pertanian.
b. Pertanian Lahan Kering
Hasil analisis terhadap parameter-parameter pembentuk kesesuaian lahan untuk pertanian lahan kering didapatkan hasil sebagai berikut :
Kelas Sangat Sesuai S1 dan Cukup Sesuai S2 tersebar sebagian besar di
bagian tengah hingga utara dengan luas terbesar untuk kelas S1 ada di Kecamatan Parenggean dan terkecil ada di Mentaya Hilir Selatan, sementara kelas S2 luas
yang besar terdapat di Kecamatan Antang Kalang dan Mentaya Hulu.
Kelas Sesuai Marginal S3 tersebar di seluruh kecamatan dan untuk kelas Tidak
Sesuai N hanya terdapat di 3 kecamatan.
Lahan pertanian lahan kering dapat dikembangkan antara lain untuk budidaya tanaman palawija, hortikultura dan tanaman bahan makanan yang tidak
memerlukan sistem pengairan seperti pertanian lahan basah. Dilihat dari prosentase kelas kesesuaian lahan, kelas S1 memiliki prosentase 29,11 dari luas wilayah, kelas
S2 sebesar 36,46, kelas S3 sebesar 30,01 dan kelas N sebesar 4,42.
98 Dibandingkan dengan kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah luasan lahan
dengan Kelas S1 dan S2 untuk pertanian lahan kering mempunyai luasan yang lebih besar.
Kelas kesesuaian lahan ini sebagian besar terdapat di wilayah tengah hingga utara yaitu dari Kecamatan Kota Besi sampai Antang Kalang. Dengan kelas
kesesuaian lahan ini wilayah tersebut sesuai diarahkan untuk budiaya tanaman lahan kering, di mana wilayah utara juga mempunyai ketinggian tempat yang lebih tinggi
dibanding wilayah selatan. Usaha pertanian seperti padi ladang yang selama ini telah banyak berkembang di wilayah ini masih mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan dengan kelas kesesuaian lahan yang baik.
TABEL IV.5 LUAS KELAS KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN LAHAN KERING HA
No Kecamatan Kelas Kesesuaian Lahan
Sangat Sesuai S1
Cukup Sesuai S2
Sesuai Marginal S3
Tidak Sesuai N
1 Antang Kalang
71.809,26 193.855,69 17.116,17
36.647,06 2 Mentaya
Hulu 70.093,08 155.827,22
44.011,17 31.966,51
3 Parenggean 34.722,21 122.830,98
14.770,86 62,33
4 Cempaga 87.410,19
25.397,83 113.196,78
- 5 Kota
Besi 87.667,93
7.834,52 75.584,86
- 6 Baamang
29.600,28 6.022,89
45.415,81 -
7 Mentawa Baru Ketapang
18.124,49 -
43.565,19 -
8 Mentaya Hilir Utara
28.947,43 24.555,34
24.838,98 -
9 Pulau Hanaut
18.661,78 4.189,17
18.880,10 -
10 Mentaya Hilir Selatan
5.172,66 25.727,43
68.746,11 -
Jumlah 452.209,31 566.241,08
466.126,02 68.675,89
Sumber : Hasil Analisa, 2005
Kesesuaian lahan pertanian lahan kering Kabupaten Kotawaringin Timur dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini :
99
100
4.2.2.2 Kesesuaian Lahan Tanaman Perkebunan
a. Kelapa Sawit Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk kelapa sawit didapatkan hasil
sebagai berikut :
Lahan yang ada mempunyai potensi yang besar bagi usaha budidaya kelapa sawit, yaitu lahan yang mempunyai Kelas Sangat Sesuai S1 sangat luas yang
terletak terutama di wilayah tengah hingga utara. Kelas S1 terbesar terdapat di Kecamatan Antang Kalang, Mentaya Hulu dan Parenggean, sementara di
wilayah pesisir selatan luasan kelas lahan ini sangat kecil.
Kelas Cukup Sesuai S2 dan Sesuai Marginal S3 terdapat di semua kecamatan dengan luas kelas S2 terbesar ada di Kecamatan Antang Kalang.
Kelas Tidak Sesuai N terdapat di Kecamatan Antang Kalang, Mentaya Hulu
dan Parenggean. Jika dilihat lokasi-lokasi perkebunan-perkebunan besar kelapa sawit baik
yang telah operasional maupun belum operasional tetapi telah mendapatkan ijin lokasi hampir semuanya terletak pada kelas lahan S1 dan hanya sebagian kecil yang
terletak pada kelas lahan S2 dan S3. Kelas S3 yang merupakan kelas kesesuaian lahan dengan faktor pembatas yang berat memerlukan input yang besar untuk dapat dicapai
tingkat pemanfaatan lahan yang baik bagi budidaya pertanian. Perkebunan kelapa sawit yang banyak dilakukan oleh pihak swasta tentunya mempunyai sumberdaya
untuk dapat meningkatkan kesesuaian lahan menjadi lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk dapat dicapai tingkat produksi yang lebih baik. Berikut ini adalah
Gambar 4.5 Peta Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur
101
102
TABEL IV.6 LUAS KELAS KESESUAIAN LAHAN KELAPA SAWIT HA
No Kecamatan Kelas Kesesuaian Lahan
Sangat Sesuai S1
Cukup Sesuai S2
Sesuai Marginal S3
Tidak Sesuai N
1 Antang Kalang
163.311,67 102.353,28
53.763,23 2 Mentaya
Hulu 174.818,24
53.804,36 22.518,66
50.756,72 3 Parenggean
160.403,74 3.921,47
5.197,11 2.864,06
4 Cempaga 102.033,39
13.910,38 54.055,40
56.005,64 5 Kota
Besi 90.526,63
20.043,53 24.325,03
36.192,12 6 Baamang
29.600,28 10.938,73
6.022,89 34.477,08
7 Mentawa Baru Ketapang
5.646,40 11.892,63
13.019,43 31.131,22
8 Mentaya Hilir Utara
28.947,43 20.443,67
23.868,13 5.082,52
9 Pulau Hanaut
1.459,05 17.016,72
19.609,87 3.645,40
10 Mentaya Hilir Selatan
5.172,66 44.052,40
1.969,23 48.451,92
Jumlah 761.919,48 298.377,17
170.585,74 322.369,91
Sumber : Hasil Analisis, 2005
b. Karet