Arahan Pengembangan Wilayah Produksi Berdasarkan Pola

164

4.6.2 Arahan Pengembangan Wilayah Produksi Berdasarkan Pola

Pengusahaan Hasil analisis menunjukkan adanya suatu unit lahan dengan kelas kesesuaian lahan yang sama bagi beberapa komoditas. Dari komoditas-komoditas tersebut mempunyai pola pengusahaan yang bersifat kompetitif, komplementer dan suplementer. Masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kompetitif

Komoditas yang memiliki sifat kompetitif tidak dapat diusahakan pada suatu lahan secara bersama-sama, artinya pengusahaan satu komoditas akan menghilangkan kesempatan bagi pengusahaan komoditas lainnya pada waktu yang bersamaan. Sifat kompetisi ini dapat terjadi antar komoditas dalam satu sub sektor maupun antar sub sektor. Komoditas yang mempunyai sifat ini adalah : - Komoditas tanaman perkebunan yaitu karet dan kelapa sawit yang terdapat di Kecamatan Antang Kalang, Parenggean, Mentaya Hulu, Cempaga, Kota Besi. - Komoditas tanaman perkebunan dan tanaman buah-buahan, yang terdapat di Kecamatan Kota Besi, Cempaga. Pengusahaan komoditas tanaman perkebunan dilakukan tidak hanya oleh pihak swasta tapi juga ada perkebunan rakyat. Memperhatikan adanya sifat kompetitif tersebut, maka pengusahaan komoditas yang kompetitif diarahkan sebagai berikut: - Pengusahaan komoditas tanaman perkebunan dan buah-buahan yang dilakukan oleh masyarakat diarahkan di wilayah dengan kondisi topografi yang relatif datar. 165 - Pengusahaan komoditas yang dilakukan oleh swasta diarahkan pada wilayah dengan kondisi topografi sampai berbukit. Swasta dengan sumberdaya yang besar baik permodalan maupun tekonologi dapat melakukan konservasi tanah untuk mengusahakan komoditas di lahan seperti itu. - Pengembangan komoditas juga memperhatikan perijinan yang telah dikeluarkan bagi perkebunan swasta, sehingga pengusahaan baru diarahkan di luar lokasi yang telah memiliki ijin tersebut. Kawasan pengembangan dengan pola pengusahaan kompetitif dapat dilihat pada gambar.

2. Komplementer

Komoditas yang memiliki sifat komplementer merupakan komoditas yang saling mendukung dalam pengusahaannya. Komoditas yang dapat diusahakan dengan dengan pola ini adalah komoditas peternakan dengan komoditas tanaman perkebunan atau tanaman bahan makanan. Pola komplementer antara peternakan dengan tanaman perkebunan dan tanaman pengan adalah pemanfaatan limbahhasil samping dari masing-masing komoditas untuk mendukung komoditas lainnya. Kawasan dengan pola pengusahaan ini adalah : - Kawasan perkebunan kelapa sawit. Pengusahaan peternakan di kawasan perkebunan kelapa sawit adalah dengan memanfaatkan limbah perkebunan kelapa sawit yang dapat diolah menjadi pakan ternak bermutu, sedang limbah ternak yang berupa kotoran dan sisa 166 pakan ternak dapat dikomposisi menjadi kompos untuk penyediaan sumber hara bagi kelapa sawit Ditjen Peternakan, 2005. Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan di Kecamatan Parenggean, Antang Kalang, Mentaya Hulu, Cempaga yang banyak terdapat perkebunan kelapa sawit dan industri CPO. - Kawasan perkebunan kelapa. Pengusahaan peternakan di kawasan perkebunan kelapa dilakukan karena perkebunan kelapa merupakan kawasan potensial yang mampu memberikan nilai tambah melalui pemanfaatan sumberdaya pakan dari tanaman sela yang ada di bawah pohon kelapa. Sebaliknya kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik untuk memperbaiki unsur hara dan meningkatkan kesuburan lahan tanaman kelapa Ditjen Peternakan, 2005. Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Pulau Hanaut yang banyak terdapat perkebunan kelapa. - Kawasan tanaman bahan makanan Pengusahaan peternakan di kawasan tanaman bahan makanan antara lain untuk komoditas jagung dan kedelai. Pemanfaatan jagung dalam pengusahaan peternakan adalah daun jagung sebagai sumber hijauan untuk ternak ruminansia dan jagung untuk sumber energi ternak unggas, selain itu limbah jagung seperti kulit jagung dan dedak jagung dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Limbah kotoran dan pakan ternak dapat dikomposisi untuk dimanfaatkan sebagai kompos bagi tanaman Ditjen Peternakan, 2005. 167 Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan di Kecamatan Mentaya Hilir Utara. - Kawasan hortikultura Pengusahaan peternakan pada kawasan hortikultura buah-buahan dan sayur- sayuran dengan memanfaatkan limbah sayuran itu sendiri dan tanaman sela di antara tanaman buah-buahan sebagai pakan ternak. Limbah kotoran dan pakan ternak dapat dikomposisi untuk dimanfaatkan sebagai kompos bagi tanaman Ditjen Peternakan, 2005. Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Pulau Hanaut dan Mentaya Hilir Utara. Kawasan dengan pola pengusahaan komplementer dapat dilihat pada gambar.

3. Suplementer

Pola pengusahaan yang memiliki sifat suplementer merupakan pengusahaan pertanaman untuk mendapatkan panen lebih dari satu kali dari satu jenis atau beberapa jenis tanaman dalam satu unit lahan yang sama dalam waktu tertentu. Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara Soetriono, et al, 2000: - Tumpang sari intercropping, yaitu pola pengusahaan dua atau lebih jenis tanaman yang umurnya tidak banyak berbeda secara bersama-sama pada unit lahan yang sama. Contohnya adalah beberapa barisan larikan jagung ditanami beberapa baris kacang tanah. Pola pengusahaan dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan. 168 - Tanaman sela interplanting, yaitu pola pengusahaan dua jenis tanaman musiman yang berbeda umurnya ditanam secara bersama-sama. Bedanya dengan tumpang sari adalah pada umur tanaman. Contohnya adalah tanaman kacang tanah di sela-sela tanaman ketela pohon. Pola pengusahaan dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan. - Tanaman sela budidaya interculture, yaitu pola pengusahaan dari jenis tanaman musiman yang ditanam di antara jenis tanaman berumur panjang. Contohnya adalah padi ladang di antara karet atau jagung di antara pohon kelapa. Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan Kecamatan Baamang, Kota Besi, Cempaga, Parenggean, Mentaya Hulu dan Antang Kalang untuk tanaman sela padi ladang dan karet. Untuk tanaman sela jagung dan kelapa dapat dilaksanakan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. - Tanaman sisipan relay planting, yaitu pola pengusahaan dari dua jenis tanaman yang ditanam secara bersama-sama di atas lahan yang sama, tetapi waktu bertanam dan pemungutannya berbeda. Contohnya adalah penebaran bibit kedelai dekat permulaan padi dipanen, tanaman jagung di antara kedelai sebelum dipungut. Pola pengusahaan ini dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan. Untuk dapat dicapai pola pengusahaan yang berhasil, beberapa aspek perlu diperhatikan dalam pola pengusahaan ini seperti input teknologi dan pemilihan varietas tanaman lihat Gambar 4.25, 4.26, 4.27 169 170 171 172

4.6.3 Sentra Industri Pengolahan