Analisis Location Quotient LQ Daftar Skala Prioritas DSP

23

2. Analisis Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian

Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang ada dengan komoditas yang akan dikembangkan di wilayah tersebut. Hasil proses penilaian kesesuaian lahan diwujudkan dalam bentuk sistem klasifikasi kesesuaian lahan dengan hirarki kelas-kelas kesesuaian lahan adalah kelas sangat sesuai S1, kelas cukup sesuai S2, kelas hampir sesuai S3, dan kelas tidak sesuai N. Metode yang digunakan dalam penyusunan kesesuaian lahan suatu komoditas adalah dengan melakukan overlay terhadap peta-peta iklim, tanah dan topografi dengan memperhatikan syarat tumbuh komoditas tersebut.

1.6.6.3 Analisis Produksi dan Distribusi

Analisis produksi dan distribusi komoditas pertanian dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui pola aliran produksi dan distribusi. Dari analisis ini akan diketahui pusat-pusat dan volume produksi, industri pengolahan dan pemasaran serta permasalahan dalam kegiatan produksi komoditas pertanian. . Selanjutnya dilakukan analisis distribusi komoditas untuk mengetahui jalur distribusi, pemasaran dan pusat-pusat koleksi dan distribusi pemasaran komoditas.

1.6.6.4 Analisis Komoditas Unggulan

1. Analisis Location Quotient LQ

Metode LQ sebagai salah satu pendektan model ekonomi basis dapat digunakan sebagai salah satu alat analisis untuk mengidentifikasi penyebaran 24 komoditas unggulan. Untuk menerapkan metode LQ ini untuk tanaman dipakai data produksi, sedangkan untuk ternak di pakai jumlah populasi ekor. Rumus yang dipakai adalah : LQ = Pt Pi pt pi Di mana : pi = produksipopulasi komoditas i pada tingkat kecamatan pt = total produksipopulasi sub sektor komoditas i pada tingkat kecamatan Pi = produksipopulasi komoditas i pada tingkat kabupaten Pt = total produksipopulasi sub sektor komoditas i pada tingkat kabupaten Untuk sub sektor peternakan luas areal panen menjadi jumlah populasi ternak ekor. Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu : - LQ 1, menunjukan komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. - LQ = 1, menunjukan komoditas termasuk non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. 25 - LQ 1, menunjukan komoditas non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

2. Daftar Skala Prioritas DSP

Penetapan Skala Prioritas atau Penetapam Daftar Skala Prioritas DSP didasarkan atas 3 tiga kelompok Komponen, yaitu: • Komponen Pertama merupakan hasil analisis terhadap Data Produksi atau Data Luas Areal untuk kelompok komoditas pertanian pada setiap kecamatan. Dari hasil ini komoditas di suatu kecamatan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu SP Sangat Potensial, P Potensial dan KP Kurang Potensial berdasarkan perbandingan antara jumlah produksi atau luas areal suatu komoditi di suatu kecamatan dengan rata-rata kabupaten. • Komponen Kedua merupakan hasil pendapat atau penilaian instansi terkait terhadap komoditas di suatu kecamatan. Dari sini komoditas di suatu kecamatan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu SU Sangat Unggul, U Unggul, dan KU Kurang Unggul berdasarkan pendapat atau penilaian yang diberikan instansi terkait. Pendapat atau penilaian ini juga dapat didasarkan terhadap hasil analisis dokumen atau laporan dinas tentang program pengembangan atau pembinaan suatu komoditas. • Komponen Ketiga merupakan hasil analisis terhadap data responden pengusaha asosiasi pengusaha. 26 Dari sini komoditas di suatu Kecamatan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu SP Sangat Potensial, P Potensial dan KP Kurang Potensial berdasarkan kriteria dari 6 enam faktor, yaitu keadaan dan prospek pemasaran, potensi kewirausahaan, input produksi, prasarana, potensi pertumbuhan, dan persepsi pengusaha terhadap implementasi kebijakan pemerintah dalam pembinaanpengembangan komoditas pertanian. Berdasarkan ketiga komponen tersebut, penentuan DSP dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. a. Apabila ketiga data tersedia, dilakukan kombinasi antara data produksi dengan data pendapat instansi terkait agar diperoleh komoditas potensial Tabel I.5. Langkah selanjutnya dilakukan kombinasi antara hasil dari Tabel I.5 data produksi + instansi terkait dengan data primer Tabel I.6. b. Apabila hanya terdapat data produksi, maka data tersebut langsung dikombinasikan dengan data primer Tabel I.7. c. Apabila hanya terdapat data pendapat instansi terkait, maka data tersebut langsung dikombinasikan dengan data primer Tabel I.8. d. Apabila dalam pelaksanaan survai suatu sektor tertentu tidak terdapat responden pengusaha, maka penentuan DSP didasarkan atas kombinasi data produksi dengan pendapat instansi terkait, tanpa dikombinasikan dengan data primer Tabel I.9. TABEL I.5 KOMBINASI PENDAPAT INSTANSI DAN DATA PRODUKSI Pendapat Instansi Data Produksi SU U KU SP SP SP P P SP P KP KP P KP KP Sumber : Bank Indonesia 27 TABEL I.6 KOMBINASI DATA PRIMER DAN TABEL I.5 Primer Tabel I.5 B C K SP SP SP P P SP P KP KP P KP KP Sumber : Bank Indonesia TABEL I.7 KOMBINASI DATA PRIMER DAN PRODUKSI Primer Data Produksi B C K SP SP SP P P SP P KP KP P KP KP Sumber : Bank Indonesia TABEL I.8 KOMBINASI DATA PRIMER DAN DATA INSTANSI Primer Instansi B C K SP SP SP P P SP P KP KP P KP KP Sumber : Bank Indonesia TABEL I.9 KOMBINASI DATA INSTANSI DAN PRODUKSI Instansi Data Produksi SU U KU SP SP SP P P SP P KP KP P KP KP Sumber : Bank Indonesia Keterangan : SP = Sangat Potensial SU = Sangat Unggul B = Baik P = Potensial U = Unggul C = Cukup Baik KP = Kurang Potensial KU = Kurang Unggul K = Kurang Baik Penentuan Daftar Skala Prioritas dapat digambarkan dalam Diagram Alir Metode Penetapan DSP berikut ini. 28

1.6.6.5 Analisis Dukungan Ketersediaan Infrastruktur